Aku menangis sejadi jadinya hari itu, hari dimana terakhir kali aku bertemu arria. Aku menangis tiada henti hingga membuat keluarga ku kebingungan. Mereka bertanya apa yang terjadi, namun aku tidak sanggup untuk menceritakan nya.
Rasanya sakit sekali ditinggalkan begitu saja. Rasanya diriku sangat tidak berharga. Aku merasa begitu buruk dengan arria yang tidak tahan pada emosi ku yang tidak stabil. Aku yang terlalu ketakutan kehilangan nya sampai melakukan hal yang membuatnya tidak nyaman.
Aku terus menangis tanpa berkata apapun kepada orang tua ku. Orang tua ku menanyakan arria bagaimana. Orang tua ku bahkan menyarankan untuk memanggil nya kembali kesini, namun ku tolak. Akhirnya setelah tangisku sedikit mereda aku katakan kepada mereka bahwa arria sudah tidak ingin melanjutkan hubungannya.
Orang tua ku menenangkan ku dan menyemangati ku untuk tidak terlalu fokus pada masalah itu terlebih dahulu. Orang tua ku menyuruhku fokus pada kesehatanku yang tidak karuan. Aku mengiyakan meskipun deras nya air mata masih mengalir melalui pipi ku.
Semenjak kejadian itu aku murung di dalam kamar, aku tidak mau makan, bahkan jam tidur ku berantakan. Aku tidak tidur hingga siang hari. Ketika aku tidur pun melebihi delapan jam. Aku merasa sangat sedih ketika bangun tidur. Aku merasa hampa tidak ada dia di sisi ku. Aku menangis terus menerus dan ketakutan.
Setelah beberapa Minggu berlalu aku coba untuk terus mendekat diri kepada Allah. Aku beribadah disepertiga malam meminta petunjuk yang terbaik untuk ku. Aku menangis dalam sujud ku, aku menangis dalam doa ku. Air mataku bercucuran mengenai mukena yang ku pakai. Lantunan zikir ku kirimkan berharap bisa meluluhkan hati arria.
Kala itu aku masih mengharapkan arria untuk kembali. Aku selalu berdoa kepada Allah untuk memperbaiki hubungan kami. Aku berdoa agar hati nya yang keras menjadi luluh. Aku berharap rasa cintanya pada ku tidak hilang. Aku benar-benar memohon sambil menangis tiada henti. Rasanya sakit sekali kala itu.
Sudah ku coba beberapakali menghubungi arria untuk memohon padanya agar tidak menceraikan ku. Aku spam chat dan telfon padanya namun tetap di abaikan olehnya. Aku marah dan meluapkan kekesalanku padanya, namun saat itu aku tidak menyangka bahwa arria akan mengeluarkan kalimat yang membuatku semakin sakit hati.
"Kamu rendah banget ngemis dan mohon mohon kaya gitu, gaada harga dirinya"
"Hibur aku dong dengan ngemis cinta dengan badan kamu dengan iming-iming sayang"
"Kirain badan kamu mulus ah sial! Aku kepaksa muji badan kamu biar kamu senang doang"
"Rendah banget gila sampai mohon-mohon"
Bak dihujani peluru, kalimat-kalimat arria sangat membuat ku sakit dan kecewa. Mana bisa orang yang paling aku sayang dan aku percaya melontarkan kalimat seperti itu. Aku masih merasa tidak percaya meskipun itu sudah cukup jelas di luar batas. Aku tidak bisa membencinya, aku anggap dia melakukan itu agar aku melepasnya dan melupakannya.
Berminggu minggu aku berdoa tidak ada jawaban atas apa yang aku pertanyakan. Aku belum mendapatkan jawaban yang pasti apakah aku harus tetap mempertahankan atau mengikhlaskan. Namun setelah aku pikir aku akan mencoba mengikhlaskan nya. Aku berdoa kepada Allah dan berserah diri tentang semua hidup ku, aku pasrahkan padanya karna aku mengetahui bahwa Allah maha mengetahui apa yang terbaik untuk ku.
Jam tidur ku kala itu makin berantakan, ibadahku terhambat karna jam tidur yang tidak karuan. Saat itu aku memutuskan untuk ke klinik sekedar meminta obat untuk masalah tidur ku, namun dokter merujuk ku untuk menemui psikiater karna aku menunjukkan gejala kejiwaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh bulan bersamamu [END]
RomanceBagaimana bisa pernikahan hanya bertahan tujuh bulan? Aku bahkan tidak punya kesempatan untuk merayakan satu tahun pernikahan. "Aku talak kamu sekarang" sebuah pesan masuk yang membuat seluruh tubuhku bergetar. Kalimat yang sangat tidak ingin aku de...