Pertemuan terakhir ke 2

48 2 0
                                    

Saat itu, saat aku sudah mulai mengikhlaskan nya aku merasa perlu bertemu sekali lagi untuk terkahir kali nya menghabisi waktu berdua. Arria setuju saat itu, kami menginap di sebuah apartemen di kota bandung.

Arria menjemput ku ke rumah lalu berpamitan. Sesampai disana awal nya kita tidak terlalu banyak bicara dan hening. Namun aku putuskan untuk memeluknya terlebih dahulu, aku memeluknya dengan erat, dia pun membalas memelukku, aku sangat senang bisa bertemu lagi dengannya. Aku sangat senang bisa memeluk lagi dia. Aku berterima kasih kepada Allah karna memberikan ku kesempatan untuk bertemu dengan suamiku lagi.

Kami berpelukan sambil membahas obrolan random. Beberapa menit kemudian arria tiba-tiba membahas hal yang membuat aku sedih

"Kamu yang kuat ya, kamu pasti bisa jalaninnya tanpa aku, kamu jangan nangis terus nanti ya, kamu harus bahagia meskipun ga sama aku, kalau kamu bahagia aku juga pasti bahagia meskipun aku ga liat kamu, aku mau kamu nikah sama laki-laki lain, aku mau kamu bahagia sama dia dan punya anak sama dia" ucapnya yang membuat tangisku pecah

"Maaf ya aku gabisa bahagiain kamu, tapi aku ikhlas banget kamu dibahagiain laki-laki lain, aku mau kamu nikah sama yang lain, yang bisa bahagiain kamu"

"Aku sayang banget sama kamu, tapi aku udah bener bener gabisa sama kamu, aku masih terus sayang sama km sampai nanti, aku bakal liatin perkembangan kamu sampai nanti kamu punya anak, habis itu tugas aku udah selesai"

"Kamu jangan sedih terus, jangan nangis-nangis ya, cari laki-laki dewasa yang udah mapan, jangan sampai salah pilih lagi kaya aku ini"

"Kamu pengen aku bahagia kan? Kalau kamu pengen aku bahagia kamu juga harus bahagia, aku bahagia kalau liat kamu bahagia sayang, aku sayang banget sama kamu"

Kalimat-kalimat yang lembut namun menyakitkan untuk aku dengar. Saat itu aku hanya mengiyakan dan menangis sesegukan dipelukannya. Satu sisi aku sedih, satu sisi aku senang.

"Maaf, makasih udah masih sayang sama aku, aku kira kamu udah ga sayang aku, aku kira kamu ga peduli sama aku, makasih udah mau bilang aku sayang lagi, aku seneng di panggil kamu sayang lagi aku seneng banget kamu sayang aku" ucapku sambil terisak-isak.

"Aku sedih banget ngejalanin semua ini, aku sayang banget sama kamu, tapi aku tau kamu udah gabisa sama aku, aku terlalu lemah buat nerima semuanya, aku ga kuat, aku takut sendirian, aku takut ditinggalin"

"Aku pernah bilang ke kamu kalau aku ngerasa gagal dalam segala hal, urusan temen, keluarga, juga pasangan"

"Aku gbs bersosialisasi dengan baik makannya aku gabisa punya temen, dikeluarga juga kadang aku ngerasa aku nge bebanin belum bisa buat apa apa, pasangan juga aku malah nyakitin kamu dan bikin kamu ninggalin aku"

"Aku ngerasa buruk banget jadi manusia, aku ngerasa ga pantes buat siapa pun, aku harus gimana, aku sakit hati banget, aku cape sama diri aku sendiri, banyak masalah di dalam diri aku, aku pengen kontrol ke psikolog, aku pengen tau aku kenapa"

"Aku sayang banget sama kamu, aku nyerahin semua yang aku punya ke kamu, aku percaya kamu, aku bergantung sama kamu, sekarang kamu pergi aku gimana? Aku ngerasa ancur dan ga punya siapa-siapa"

"Aku ga keberatan sama rasa sakit yg aku terima dari kamu, cukup kamu ada di sisi aku juga udah bikin aku seneng, meskipun kamu cuekin aku dan main game aku tetep seneng bisa liat muka kamu"

"Aku sedih banget waktu berlalu begitu cepat, aku butuh waktu lebih lama bareng kamu banyak hal yang belum kita capai, banyak harapan yang belum kita penuhi"

Aku meluapkan semua keluh kesah ku saat itu dengan tangis yang menjadi jadi dibarengi dengan ketakutan perpisahan setelah ini.

Setelah menangis waktu telah menunjukkan pukul 15.00 sore. Saat itu aku mengajak arria untuk sholat berjamaah. Aku sangat bahagia kala itu, sudah lama aku tidak di imami olehnya. Selepas solat aku menyalami tangannya dan dia mencium keningku lalu berpelukan sebentar.

Selesai solat kami kami memutuskan untuk tidur sebentar sambil menunggu adzan magrib tiba. Setelah magrib dan melaksanakan sholat kami memesan makanan lewat aplikasi. Kami memesan sebuah paket ayam dan nasi. Arria tidak bisa makan menggunakan tangan. Saat itu aku menyuapi nya menggunakan tanganku. Dia sangat senang dan makan dengan lahap kala itu.

Setelah melaksanakan sholat isya kami memutuskan untuk ke kamar dan mengobrol. Semakin lama obrolan semakin dalam

"Ga kerasa ya udah mau pagi aja, waktu nya kurang, aku butuh lebih lama lagi hehe" ucapku padanya

"Aku sayang banget sama kamu, aku takut banget kehilangan kamu, kamu benar-benar gabisa ya balikan? Iya aku tau sih jawabannya cmn aku pengen meyakinkan diri aku aja"

"Masih banyak tempat yang pengen aku kunjungi sama kamu, masih banyak makanan yang pengen aku coba bareng kamu, masih banyak hal konyol yang pengen aku lakuin bareng kamu"

"Lihat deh city light nya cantik banget, aku pengen nangis liat yang secantik ini, ketambah aku liat bareng kamu, tapi suasana romantis ini malah kaya suasana berduka ya"

"Aku pengen menikah seumur hidup sekali, dulu tujuan aku adalah nikah, ternyata takdir aku ga kaya gtu, aku pengen peluk kamu selamanya, aku pengen hidup bareng kamu selama mungkin, aku pengen punya keluarga kecil yang sederhana dan bahagia arria"

"Aku bakal makin kangen habis ini, momen berdua yang kita habisin bersama, momen yang bakal jadi hal tersedih karna kali terakhir kita ketemu"

Oceh ku malam itu dengan tangisan tersedu membuat pemandangan kota bandung yang indah menjadi pemandangan kelabu dan berduka.

Tidak terasa malam terlah berlalu, pagi hari kami bergegas untuk mandi dan beberes barang-barang kami. Kami turun kebawah untuk cek out. Kami keluar dari apartemen dan mampir di salah satu tempat makan yang sangat ramai dan mengantri.

Kami memesan dua porsi mie, beberapa toping dan minuman. Kami makan dan sedikit berbincang, aku sedikit sedih karna aku harus pulang dan tidak bertemu lagi dengan arria.

Sesampainya di rumahku, aku mengajak arria ke kamarku terlebih dahulu, aku harap ini kesempatan terakhir untuk aku membujuk nya Kembali padaku. Awalnya arria menolak namun akhirnya menyetujui untuk berbicara dikamar ku.

Aku menangis lagi kali itu dan bertanya kepada arria kenapa dia meniggalkan ku. Dia tidak bergeming, dia asik dengan hp nya, dia tidak mau melihat mataku. Aku menangis sejadi-jadinya dan memegang tangan nya jikalau dia kabur dan pulang begitu saja.

Aku menangis lama karna takut dan sakit hati, tangisan ku membuat perut ku mulai sakit dan mual, akhirnya ku muntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam perutku. Arria hanya diam dan bermain hp, dia menghiraukan aku yang sedang muntah-muntah. Dia tidak berusaha menenangkan ku, dia tidak berusaha memegang ku atau mencari minum serta obat. Dia hanya terdiam dengan ponselnya.

Aku menarik tangannya untuk memegang tanganku. Perut ku rasanya sakit mengeluarkan makanan yang ada di dalam perut. Aku menangis tidak henti. Sesaat muntahku berhenti, arria berdiri dan beranjak pergi, namun saat itu aku tahan kaki nya. Aku bersujud di kaki nya dan memohon jangan meninggalkan ku dalam kondisi seperti ini. Aku sedang sakit namun dia bersikeras untuk pergi.

Aku terus menahan kaki nya sekuat tenaga sambil berlutut, aku menangis dan memohon jangan pergi. Aku benar-baenar ketakutan saat itu. Seberapa keras aku menahannya namun tenaga nya lebih besar dari ku. Akhirnya di pergi begitu saya meninggalkan ku yang lemah. Aku menangis hingga akhirnya aku tertidur.

Itu adalah kali terakhir aku melihatnya.

Tujuh bulan bersamamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang