Awal luka

66 2 0
                                    

Jika pada bab-bab sebelumnya rasa senang dan bahagia yang aku rasakan bersama arria, di bab kali ini akan ku ceritakan awal mula luka yang ku terima dari arria.

Setelah menikah kami memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua ku terlebih dahulu dikarenakan jarak rumah ku yang paling dekat dengan tempat aku bekerja. Saat itu setiap pagi aku berangkat kerja di antar arria, lalu setelah arria mengantarku dia bekerja sebagai ojek online di sekitaran tempat kerja ku. Aku tidak mempermasalahkan apapun pekerjaan arria, yang penting halal dan dia mau berusaha untuk bekerja.

Saat itu entah kenapa aku merasa bahwa arria makin santai terhadap pekerjaannya. Setelah dua bulan menikah aku memutuskan untuk berhenti bekerja. Aku berhenti bekerja bukan karena aku ingin membebankan suamiku, aku hanya ingin melihat seberapa jauh tanggung jawabnya padaku. Saat itu aku memutuskan untuk berhenti bekerja sementara dan di lain waktu aku akan bekerja kembali. Saat itu ku kira arria akan bekerja lebih keras karna aku berhenti bekerja. Tapi ternyata aku makin melihat dia bersantai pada pekerjaan.

Kami memiliki hutang bekas pesta pernikahan kami, dari pihak keluarga ku dan pihak keluarganya. Kami memutuskan untuk membayar keduanya setelah pernikahan. Maka dari itu pengeluaran kami lumayan banyak. Terlihat egois memang ketika banyak nya pengeluaran tapi aku malah berhenti bekerja. Aku tidak niat membebankan semua pada suami ku, aku hanya ingin mengetahui apa dia benar-benar bertanggung jawab untuk ku apa tidak.

Saat itu aku izin kepadanya untuk resign, diapun mengizinkan. Dia berkata tidak masalah jika aku tidak mau bekerja, dia tidak keberatan meskipun aku tidak bekerja. Aku sangat senang jika dia punya pemikiran seperti itu. Tapi sekali lagi ku tegas kan, aku tidak berniat untuk tidak bekerja selamanya, aku hanya berniat berhenti sementara.

Saat aku masih bekerja aku bisa menutupi kekurangan untuk membayar hutang atas nama suamiku. Saat aku masih bekerja aku memang memprioritaskan untuk membayar hutang atas namaku dari gaji pribadiku dan jika aku memiliki sedikit sisa gaji maka aku tambahkan untuk membayar hutang atas nama suami ku. Saat itu dia sudah tidak bekerja di konveksi kakak nya jadi hanya mengandalkan ojek online.

Seperti yang diketahui oleh banyak orang, penghasilan ojek online tidak menentu. Jikalau sedang ramai Alhamdulillah lebih dari cukup, namun jika sepi menjadi pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari.
Arria biasanya bekerja pada pagi hari dan pulang sore hari.

Saat itu, hari ketika aku resign aku mendapat gaji dan pesangon, uang tersebut aku niatkan untuk membayar hutang. Namun karna keadaan ojol sedang sepi maka sebagian dari uang tersebut aku gunakan untuk sehari-hari.

Setelah aku resign arria jadi jarang berangkat kerja pada pagi hari, dia pergi menjelang siang. Aku tidak mempermasalahkan itu asalkan dia tetap bekerja. Semakin hari pendapatan semakin menipis. Aku menjadi bingung dan berpikir untuk bekerja kembali. Aku juga berpikir untuk menyarankan arria mencari pekerjaan tetap.

Aku berusaha untuk mencari lowongan pekerjaan untuk arria dan untuk ku. Sudah berapa kali mendapat panggilan namun kami tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Aku pikir mungkin emang belum rezeki kami saat itu. Aku sedikit pusing kala itu. Memikirkan bagaimana jika hutang kami tidak terbayar, bagaimana kebutuhan sehari-hari, bagaimana dengan tagihan dan pengeluaran lainnya.

Saat itu waktu untuk membayar hutang kami. Uang yang aku simpan sebelum nya untuk membayar hutang nyatanya kurang. Aku meminta tolong kepada arria untuk mencari tambahan nya. Arria kebingungan saat itu, dia tidak bisa memikirkan dan mencari solusi, dia juga tidak bisa bekerja lebih keras lagi.

Aku sedikit kecewa saat itu, aku selalu membantu nya untuk menutup kekurangan untuk membayar hutang atas namanya, namun dia seolah tidak mau tau dengan kekurangan hutang atas namaku.

Aku marah saat itu, lalu aku kirim pesan pada dia ketika dia sedang bekerja.

Rana : Hutang aku gimana?
Masa mau jual mas kawin?
Kamu emang gatau solusinya gimana?

Arria : Aku gatau, yaudah jual aja emas

Rana : Aku gamau, pokonya aku gamau tau kamu cari solusinya,
aku malu sama sodara aku
kalau nunggak

Arria : Aku kan ga kenal sama sodara kamu, yang kenal kan kamu, aku kerja buat lunasin hutang aku

Rana : ko kamu ngomong gitu? Kan dari awal kamu udah sepakat buat kita bayar sama-sama, kenapa kamu cuma mikirin atas nama kamu doang, kamu bodo amat sama utang atas nama aku.

Arria : Jual aja emas kamu sendiri, itu kan hutang kamu.

Saat mendengar jawaban itu rasanya aku sakit hati sekali. Aku menangis untuk pertama kali nya di depan ibu ku. Aku tau tidak seharusnya aku menceritakan ini kepada ibu ku, namun saat itu perasan ku kacau, aku tidak tau harus bagaimana. Aku ceritakan kepada ibu ku, ibu ku menenangkan ku dan berkata yasudah jual saja emas nya.

Karna karasa sakit hati ku saat itu akibat ucapannya, aku menyuruhnya untuk pulang ke rumah nya. Aku tidak mau bertemu dia saat itu. Dia pun pulang kerumahnya selama beberapa hari. Selang berapa hari kami berbaikan dan dia kembali ke rumah orang tua ku. Aku memaafkan nya saat itu, aku juga sadar mungkin aku termakan emosi dan tidak berpikir jernih.


Tujuh bulan bersamamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang