Aku menangis dengan rasa mual yang aku alami ketika makan. Keesokan harinya aku putus kan untuk pergi ke klinik. Aku di sana sendirian. Dokter mendiagnosa mengenai keluhan ku adalah asam lambung. Dia menyatakan ku untuk tidak sembarang makan, dan menjaga jadwal makan.
Hari demi hari tidak ada kabar apapun dari arria, dia tidak berusaha meminta maaf padaku, dan aku tidak berusaha menghubunginya terlebih dahulu. Kondisiku semakin buruk, jam tidur ku berantakan, makan pun tidak teratur. Aku selalu muntah ketika makan, aku selalu muntah ketika merasa sedih dan cemas.
Saat itu sebuah pesan masuk, ibu arria memberi tahu ku bahwa arria masuk igd, aku sangat panik dan sedih, aku sudah bersiap untuk pergi ke RS namun ketika aku mencoba menelepon ibu nya katanya sudah pulang ke rumah. Akhirnya aku meminta maaf tidak bisa kesana terlebih dahulu karna aku takut merepotkan dengan penyakit asam lambung ku.
Karena penyakitku tidak mereda, dengan aku yang pusing, mual dan muntah-muntah akhirnya keluarga ku memutuskan untuk membawaku berobat lagi.
Kali kedua aku di bawa ke klinik. Saat itu pukul 21.00 malam aku di bawa ke klinik karna aku yang muntah terus menerus. Dokter memberikan resep obat yang lebih baik dari sebelumnya, namun jika tidak mempan juga aku harus di bawa ke rumah sakit untuk di tangani obat lewat suntikan.
Beberapa hari berlalu, asam lambung ku sudah mulai sembuh. Aku bisa makan apa yang aku mau tanpa memuntahkan nya kembali, namun aku masih sering muntah ketika sedih dan tertekan.
Aku merasa sangat emosi dengan arria yang tidak ada kabar. Akhirnya ku putuskan untuk mengirimkan pesan akan membawa semua barang ku yang di sana dan berkata aku ingin berpisah. Tidak ada respon karna ternyata hp nya di pegang ibu nya. Apa yang aku chat pada arria di baca ibu nya. Aku merasa tidak nyaman dengan hal seperti itu, aku merasa segala privasi terganggu.
Aku sempat berdepat dengan ibu nya dan melontarkan kalimat yang membuat ibu nya sakit hati lalu mem block WhatsApp ku. Aku tidak takut, dan mungkin juga itu yang terbaik.
Aku datang ke rumah nya dengan bapak ku kala itu untuk membawa semua barang dan berpamitan. Setelah pulang arria mengirimkan sebuah pesan.
"Aku talak kamu sekarang" sebuah kalimat yang sangat tidak ingin aku dengar namun harus aku terima. Aku pikir tidak apa karna pada awalnya adalah keputusan kami berdua. Sudah terlalu jauh jika orang tua sudah ikut andil dalam masalah.
Hari demi hari aku lewati seperti biasa, namun suatu waktu aku merasa ketakutan yang terdalam. Aku tidak ingin bercerai sebenarnya. Aku juga tidak menyangka bahwa arria sangat ingin bercerai. Aku memohon kepadanya untuk coba memikirkan nya kembali siapa tau masih bisa diperbaiki, namun dia kekeh tidak ingin memperbaiki apapun.
"Aku udah gabisa, aku ga suka sifat kamu, aku benar-benar gamau perbaiki apapun, aku pengen sendiri aku juga udah ga sayang kamu" kalimat yang sangat membuatku sakit hati. Aku menangis sejadi jadinya hingga muntahan berserakan di lantai kamarku.
Dunia ku terasa hancur, arria sudah tidak ingin bersama ku lagi. Dia pergi meninggalkan ku begitu saja tanpa memberi aku penjelasan dan kesempatan untuk memperbaiki. Dia membiarkan ku hancur dan menyalahkan diri sendiri.
Aku menangis setiap malam, sampai berpikir untuk mengakhiri hidup ini. Aku tidak punya keberanian untuk membunuh diriku sendiri. Aku hanya ingin sedikit melukai diri ku agar aku pergi ke rumah sakit dan berharap arria datang menemuiku.
Saat itu ku coba iris pergelangan tangan ku dengan sebuah gunting, ku gores sekuat mungkin namun tidak ada setetes darah pun yang keluar, yang ada hanya memar dan lecet yang memerah. Aku bodoh mana bisa menyayat menggunakan gunting yang tumpul. Aku juga tidak mempunyai keberanian untuk menusukkan gunting itu. Pada akhirnya aku hanya bisa menangis lagi sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh bulan bersamamu [END]
RomanceBagaimana bisa pernikahan hanya bertahan tujuh bulan? Aku bahkan tidak punya kesempatan untuk merayakan satu tahun pernikahan. "Aku talak kamu sekarang" sebuah pesan masuk yang membuat seluruh tubuhku bergetar. Kalimat yang sangat tidak ingin aku de...