Ujian

67 1 0
                                    

Memang betul adanya, menjelang pernikahan banyak sekali rintangan, banyak kesalah pahaman, banyak hal yang bertentangan, banyak hal yang bahkan membuat hampir tidak bisa dilanjutkan. Saat itu sangat luar biasa kami masih bisa bertahan sampai akhir.

Banyak sekali masalah yang datang, entah karena dalam diri kami atau dari orang tua kami. Kami sering bertengkar akan hal-hal kecil. Kami sering berhenti berkomunikasi sejenak ketika bertengkar. Ada saja yang jadi permasalahan, persiapan pernikahan, biaya, pemilihan suatu hal. Rasa-rasanya menjadi sangat rumit.

Kala itu kami bertengkar hebat menjelang beberapa hari pernikahan. Arria emosi dan membatalkan pernikahan kami. Arria mengeluarkan kalimat-kalimat menyakitkan yang membuat ibuku menangis. Aku kaget, kali pertama dia se kasar itu, kali pertama dia menentang orang tua ku. 

Saat itu dia berkata di depan keluargaku
"Udah gausah jadi aja, cari aja laki-laki yang mapan yang bisa kasih kamu 50 juta" sambil pergi begitu saja dari rumah ku.

Aku emosi saat itu, dia melontarkan kalimat seakan kami tidak menerima apa yang telah dia berikan. Padahal pertengkaran kami tidak ada hubungannya dengan itu. Entah kenapa dia berbica kearah sana. Seakan aku dan keluarga ku mempermasalahkan biaya yang dia beri.

Aku menangis didepan keluarga ku karena merasa sakit hati. Kenapa dia berani berkata seperti itu, kenapa dia tega seperti itu kepada kami. Namun ketika aku sedang menangis tiba-tiba dia datang kembali. Dia meminta maaf kepadaku dan keluarga ku karna emosinya yang tidak stabil saat itu. Dia menyesal telah berkata begitu.

Saat itu dia mengatakan tidak maksud untuk seperti itu. Dia tidak ingin membatalkan nya, dia masih ingin melanjutkannya. Akhirnya kita obrol kan baik- baik dan sepakat tetap melanjutkan nya. Aku dan orang tua ku memaafkan nya karna mungkin merasa ini hanya ujian dan dia hanya emosi sesaat.

Sesaat dia pulang, orang tua ku berbicara kepadaku. Ibu ku berkata kepadaku saat itu.

"Nanti kamu KB aja dulu, ibu ngerasa kurang yakin, ibu takut nanti kedepannya melebihi itu. Tapi ya doa kan saja mungkin setelah menikah arria tidak akan seperti itu lagi, ini hanya untuk berjaga-jaga jadi nanti KB aja dulu"

Aku pun mengiyakan, bukan karena perkataan ibu ku, namun memang aku sendiri belum siap untuk menjadi seorang ibu. Aku dan arria juga sepakat untuk tidak punya anak dulu. Arria pun sebenarnya tidak ingin punya anak. Aku mengiyakan dulu karna kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya.

Sekarang aku berpikir bahwa feeling keluarga ku benar. Namun aku sangat tidak ingin menerima kenyataan itu. Aku selalu berharap bahwa arria tidak bermaksud menyakitiku. Aku selalu percaya dia melepasku hanya takut melukaiku terus menerus.

Tujuh bulan bersamamu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang