"Kak Arshan duluan saja." Adis melepas paksa tangannya. Ia harus pulang dengan Aji tidak peduli jika harus menunggu.
Arshan menoleh ke belakang dengan wajah datar. "Mau pulang sama siapa kamu?" Tanyanya dingin.
"Ya, sama Aji."
"Temanmu itu sudah pulang sama Sinta."
Adis tertawa kecil. "Kak Arshan tahu dari mana kalau mereka udah pulang?" Ia tidak akan percaya begitu saja.
"Dari Sinta." Jawabnya singkat.
"Udah, nggak usah bohong. Lebih baik Kak Arshan pulang sendiri aja sana." Usirnya tanpa takut.
"Kamu pikir saya bohong!"
"Iya. Kalau emang Sinta udah pulang sama Aji. Mereka bakal ngechat dulu." Jawab Adis lugas. Dipikir-pikir tidak pernah seberani ini dirinya bicara banyak dengan Arshan. Biasanya ia akan menunduk takut.
Arshan menunjukkan bukti pesan yang Sinta kirim di ponselnya. "Sudah yakin?"
Adis mengangguk lemah. Benar-benar menyebalkan kedua temannya itu. Awas saja nanti.
"Ayo pulang!" Ajak Arshan sambil memasukkan ponsel ke saku celana.
"Aku bisa pulang sendiri." Adis meninggalkan Arshan begitu saja. Arshan hanya bisa menghela napas kasar. Ribet memang berurusan dengan wanita.
Adis membuka ponselnya hendak menelpon Aji namun benda itu langsung diambil paksa oleh seseorang. Yang tak lain adalah Arshan, membuat Adis kesal bukan main.
"Kembalikan ponselku!" Adis menyaut kembali ponselnya. Arshan malah memasukkan ponselnya ke saku celana sebelah kiri lalu meninggalkan Adis.
Mau tidak mau Adis mengejar langkah lelaki itu. Beberapa orang di sekitar mereka menyaksikan mereka. Mungkin mereka beranggapan, sepasang kekasih yang tengah bertengkar.
"Masuk!" Perintah Arshan dengan membuka pintu mobil ketika Adis sudah berada di belakangnya.
"Yakin menyuruhku masuk?" Tanya Adis terlebih dahulu.
"Banyak omong sekali." Decak Arshan dan mendorong pelan tubuh ramping itu untuk masuk ke mobilnya.
Setelah duduk di belakang kemudi, Arshan melihat Adis belum memasang sabuk pengaman.
"Pakai sabuk pengamannya." Titahnya dingin.
"Ah iya, maaf lupa." Adis segera memasangnya. Barulah Arshan menjalankan mobil.
"Sekarang mana ponselku?" Adis menadahkan tangan kanannya.
"Nanti." Jawab Arshan tanpa menoleh.
"Tapi aku butuh ponselku." Lirih Adis. Tidak mungkin ia mengajak Arshan bicara untuk mengusir kebosanan di dalam mobil.
"Buat apa?" Arshan menoleh sekilas.
"Buat dengerin musik." Terpaksa Adis berbohong. Jelas-jelas ia ingin mengirim pesan kepada kedua temannya itu. Untuk memarahi mereka.
"Kamu bisa nyalakan radio itu." Arshan menunjuk dengan dagunya.
"Mana bisa aku." Ucapnya kesal. Apa laki-laki itu lupa, jika ia tidak tahu cara menyetel musik.
"Tinggal putar saja. Seperti ini." Jelas Arshan sambil memperlihatkan caranya. Lagu berbahasa Inggris pun mengalun merdu setelah Arshan putar.
Meski tidak tahu artinya, tapi bagi Adis lagu tersebut sangat menenangkan pikirannya. Diam-diam ia melirik Arshan. Ada apa dengan laki-laki itu? Kenapa sekarang terlihat baik sekali kepadanya. Tapi ia tidak akan goyah dengan pendiriannya. Tetap harus melupakan perasaannya pada laki-laki di sampingnya kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATASAN CINTA
RomanceKenapa kau takut untuk menatap mataku. Bukankah kau yang mengendalikan hati. Cinta memang hal buruk, kau mengakuinya. Aku menyadari rasa yang kutemukan pada cinta, sangat sulit untuk membuat hatiku mengerti. Dimana cinta akan terjadi, terjadi apabil...