Setengah sembilan pagi di hari Sabtu, Arshan tiba di rumah Adis. Sesuai ucapannya semalam, ia siap mengantar Adis berangkat kerja. Tentu kedatangan lelaki itu membuat nenek terkejut karena datang seorang diri.
"Nek." Sapanya mencium tangan nenek.
"Tumben Nak Arshan pagi-pagi kemari?" Tanya nenek bingung sekaligus penasaran. Angin apa yang membawa putra sulung Pak Brata itu ke rumahnya.
"Iya, Nek. Saya mau ngantar Adis kerja." Jawab Arshan sembari mendaratkan tubuhnya di kursi begitu nenek mempersilahkan duduk.
"Ngantar cucu nenek kerja?" Gumam nenek sedikit tidak percaya.
"Iya." Angguk Arshan.
"Tapi Adis masih tidur. Masuknya nanti jam sepuluh."
Arshan tersenyum sungkan. Datangnya rupanya kepagian.
"Nenek kira tadi Nak Arshan ke sini mengantar Sinta. Eh, tahunya cuma sendiri. Biasanya mereka kalau hari Sabtu gini olahraga bersama. Tapi karena Adis bilangnya capek, kegiatan mereka harus ditunda dulu di lain hari."
Arshan mengangguk. Pantas saja jam segini Adis belum bangun. Setahunya, gadis itu sangat rajin bangun pagi. Tidak tahunya karena mengeluh lelah.
"Sinta juga masih tidur. Sudah dibangunin Mama berkali-kali juga tidak ada sahutan."
Nenek tertawa kecil. "Belum berubah juga ya, adikmu itu. Kapan.. dewasanya." Sembari menggeleng kepala nenek.
Arshan menimpali dengan senyuman tipis.
"Nenek sampai lupa belum menawari Nak Arshan minum. Mau dibuatin apa, kopi atau teh?"
"Nggak usah Nek. Jangan repot-repot."
"Nggak repot kok Nak. Masa ada tamu dianggurin begini. Jadi mau minum apa?"
Karena nenek memaksa, akhirnya Arshan minta dibuatkan kopi.
"Nenek tinggal sebentar, atau Nak Arshan mau duduk di dalam?"
"Saya di sini saja."
"Baiklah."
Sepeninggal nenek. Arshan melihat ponselnya yang sedari tadi bergetar di saku celana. Pesan demi pesan berderet masuk, dan itu semua dari Cindi. Tidak ada satu pun yang ia balas atau buka. Ia biarkan saja sampai pesan itu berhenti dengan sendirinya.
Hingga kemunculan Adis dari dalam mengagetkan dirinya. "Akhirnya bangun juga kamu." Ucapnya.
Adis yang belum sepenuhnya sadar nampak kaget. Arshan duduk tegak menatapnya. Seringai tipis menyemat di sudut bibir lelaki itu.
"Kenapa di sini?" Memicing mata Adis.
"Apalagi kalau bukan menemui kamu." Jawab Arshan santai.
Ponselnya ia letakkan di atas meja karena pemandangan di depannya cukup menarik. Wajah Adis acak-acakan. Kaos bewarna ungu dengan gambar kartun minny mouse yang membungkus tubuh Adis membuat Arshan ingin sekali mengejek gadis itu.
"Mau apa lagi menemuiku?" Adis menguap lebar-lebar tanpa menutup dengan tangan. Sengaja ia lakukan agar Arshan ilfeel melihatnya.
Justru Arshan tidak risih, malah biasa saja. "Kamu lupa, semalam saya sudah bilang mau ngantar kamu kerja."
Nenek datang membawa secangkir kopi di atas nampan.
"Baru mau nenek bangunin. Kamu sudah bangun lebih dulu." Ucapnya sambil menaruh kopi itu di hadapan Arshan.
"Makasih Nek." Ucap Arshan. Nenek balas dengan anggukan.
"Tadi Adis dengar suara nenek ngobrol. Nggak tahunya..." Adis melirik Arshan dengan ekor matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATASAN CINTA
RomanceKenapa kau takut untuk menatap mataku. Bukankah kau yang mengendalikan hati. Cinta memang hal buruk, kau mengakuinya. Aku menyadari rasa yang kutemukan pada cinta, sangat sulit untuk membuat hatiku mengerti. Dimana cinta akan terjadi, terjadi apabil...