"Ini kenapa ojek yang aku pesan nggak ada yang bisa datang."
Adis berdiri di depan restoran, tepatnya di pinggir jalan dengan perasaan cemas. Berkali-kali ia mencoba memesan ojek online, namun tidak ada satu pun yang menerima pesannya.
Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Aji juga tidak masuk kerja mengharuskan dirinya harus pulang sendiri. Teman kerjanya satu persatu sudah meninggalkan restoran, tinggal dirinya yang belum. Beberapa masih ada di dalam.
Jalanan yang sepi membuat Adis ketakutan. Berbagai pikiran buruk menghantuinya, bagaimana jika ada orang jahat yang mendekatinya. Ditambah lagi hawa dingin udara malam.
"Nggak ada pilihan lain, aku harus telpon Sinta. Semoga saja Sinta belum tidur."
"Hallo, ada apa Dis?"
Adis lega Sinta langsung mengangkat panggilannya tanpa harus menunggu lama.
"Hallo Sin, aku bisa minta tolong nggak. Tolong jemput aku di restoran." Pinta Adis dengan melas sembari menatap ke sekeliling jalan. Sunyi yang ia dapati. Ada juga kendaraan yang lewat tapi itu hanya sedikit.
Sinta yang awalnya rebahan karena biasa yaitu menonton salah satu drama, mendadak menegakkan badan menjadi duduk.
"Lo belum pulang? Aji ke mana?"
"Aji nggak masuk. Lagi nggak enak badan dia."
"Oke oke. Lo jangan khawatir, gue jemput lo sekarang."
Sinta mematikan sambungannya. Lalu turun dari ranjang dengan tergesa-gesa. Kamar Arshan kini menjadi tujuannya. Ia mengetuk pintu kayu itu dengan keras.
"Kak.. Kak Arshan." Kaki Sinta bergerak tidak karuan. Jika sedang cemas seperti itulah tingkahnya. Tidak masalah jika Arshan memarahinya yang paling penting sekarang adalah Adis.
"Kak.. buka pintunya. Kakak belum tidur kan? Kak.." Sinta memanggil lagi.
Arshan yang tengah menekuni laptop dibuat kesal. Malam-malam begini adiknya itu mengganggu saja. Laptop di pangkuannya ia matikan lalu meletakkan di atas nakas. Di luar kamarnya, Sinta masih mengetuk pintu dengan keras.
"Berisik Sinta." Ucap Arshan setelah pintu ia buka.
"Akhirnya.. Kak, tolong antar aku jemput Adis. Adis nggak ada yang jemput. Kasihan dia, dia di sana sendirian. Aji lagi nggak masuk, anak itu katanya sakit." Melas Sinta dengan meraih tangan Arshan.
Arshan menghela napas sejenak. "Ya sudah, tunggu sebentar. Kakak ambil kunci mobil dulu."
"Iya jangan lama-lama." Sambil menunggu Arshan, Sinta mengirim pesan kepada Adis. Menyuruh sahabatnya itu untuk bersabar.
"Ayo." Arshan menutup pintu kamarnya.
Sinta berjalan di depan dengan langkah lebar. Untung saja kakaknya itu bersedia. Jika tidak, kepada siapa lagi ia minta bantuan. Pak Tono juga tidak mungkin, karena pria paruh baya itu sudah tentu tidur pulas.
Adis menanti kedatangan Sinta dengan sabar sambil menahan dinginnya malam. Seperti inilah resikonya jika tidak punya kendaraan sendiri. Ingin beli, tapi tabungannya masih jauh dari kata cukup.
Lelah berdiri, Adis memilih duduk berjongkok. Matanya juga sudah tidak bisa menahan kantuk. Hari ini ia benar-benar lelah saking banyaknya pengunjung yang datang. Hingga akhirnya sebuah mobil berhenti di depannya.
Arshan menurunkan kaca mobilnya. Adis segera berdiri. Bingung sebenarnya, ia kira Pak Tono yang datang tapi perkiraannya salah.
"Jangan bengong. Cepat masuk!" Titah Arshan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATASAN CINTA
RomanceKenapa kau takut untuk menatap mataku. Bukankah kau yang mengendalikan hati. Cinta memang hal buruk, kau mengakuinya. Aku menyadari rasa yang kutemukan pada cinta, sangat sulit untuk membuat hatiku mengerti. Dimana cinta akan terjadi, terjadi apabil...