Bersatu

17K 285 12
                                    

Adis kini bingung, apakah ia harus datang ke kantor Arshan sesuai permintaan Sinta jika ingin mendapat kata maaf dari sahabatnya itu. Tapi jika ia tidak ke sana, Sinta akan menjauhinya selamanya. Tapi di satu sisi ia malu sekaligus takut memasuki gedung perkantoran tinggi tersebut.

"Ah, Sinta. Kenapa harus datang ke kantornya Kak Arshan sih." Keluhnya sembari menggigiti kuku, berjalan mondar-mandir di samping ranjang.

Sampai deringan gawai membuatnya tersentak. Sinta menelpon, dengan cepat ia mengangkat panggilan masuk itu.

"Hallo."

"Lo nggak lupa sama permintaan gue kan, Dis?"

Adis menghela napas sejenak sebelum menjawab. "Nggak lupa kok Sin, cuma_"

"Bagus, gue tunggu di jam makan siang. Jangan lupa, masak yang enak sesuai saran gue. Ok, cantik."

Klik, setelah itu Sinta menutup teleponnya.

Adis menatap layar hitam tersebut, padahal ia belum selesai bicara tapi sahabatnya itu main matikan secara sepihak.

"Adis." Diluar pintu kamarnya, nenek memanggil.

Cepat ia membuka pintu. "Ya, Nek. Kenapa?"

"Ada tamu untukmu."

"Tamu, siapa ya Nek?"

"Mamanya Sinta."

"Hah, Bu Brata?" Kagetnya.

"Iya, sana kamu temui. Nenek mau buat minum dulu."

Tumben sekali wanita paruh baya itu datang ke rumahnya. Ada apa ya, pikir Adis penasaran.

"Bu Brata." Panggil Adis, lalu mencium tangan Bu Brata yang mengulas senyum keibuan dan mengelus sekilas lengannya.

"Tante nggak ganggu kamu kan, Nak?"

"Nggak ganggu sama sekali kok, Bu." Jawab Adis dan duduk di kursi yang bersebrangan.

"Tante kemari karena Tante kangen banget sama kamu. Sudah lama kamu nggak pernah main ke rumah. Terakhir pas kamu nginap waktu itu."

Adis tersenyum sungkan. "Iya Bu, maaf atas kesibukan saya sampai jarang main."

"Kenapa, Nak?" Tatapan Bu Brata sangat dalam. Suaranya juga pelan.

"Kenapa apa ya, Bu?" Adis balik bertanya dengan kening mengerut. Tidak mengerti maksud wanita di hadapannya.

Bu Brata berdiri dari duduknya dan pindah duduk di samping Adis. Menggenggam tangan Adis yang tertumpu di atas paha.

"Kenapa kamu menjauhi putra Tante? Bukankah kalian sama-sama saling cinta. Jangan pernah bohongi perasaanmu, Nak. Jangan siksa dirimu seperti ini. Tidak ada yang melarang hubungan kalian." Bu Brata berkata dengan lembut.

"Silahkan Bu." Nenek datang menyuguhkan minuman dan cemilan.

"Eh, terima kasih banyak Bu. Maaf, jadi merepotkan." Bu Brata nampak terkejut dengan kedatangan nenek.

"Tidak apa-apa, Bu. Ya sudah kalau gitu saya tinggal. Silahkan dilanjut lagi ngobrolnya."

Nenek pamit ke belakang, tidak ingin mengganggu pembicaraan serius mereka.

"Nenekmu pengertian sekali, ya. Tahu saja kalau Tante cuma mau bicara berdua sama kamu." Kekehnya. Mencairkan suasana agar Adis tidak tegang.

🍁🍁🍁

Arshan masih berada dalam ruang kerjanya meski jam makan siang telah tiba. Sejak pulang dari kota Surabaya, ia semakin terlena dengan pekerjaan. Selalu menyibukkan diri dengan berkas-berkas yang bisa saja ia tunda.

BATASAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang