Berdua di mobil

4.4K 143 0
                                    

Arshan membuka jendela mobilnya. Adis kini bisa melihat dengan jelas jika lelaki itu tengah menatapnya.

"Buat apa menjemputku. Kamu kan tahu, Kak Arshan nggak pernah menyukaiku." Adis kembali menatap Sinta.

"Karena gue paksa. Hehe.." Sinta memamerkan sederet gigi putihnya.

Aji juga memperhatikan Arshan. "Cowok itu Kakak lo, Sin?" Tanyanya. Wajah Arshan sudah tidak asing lagi baginya. Karena akhir-akhir ini Arshan sering makan di tempat kerjanya.

"Iya, kenapa emang. Cakep kan Kakak gue." Sinta tersenyum angkuh.

"Cakepan juga gue kemana-mana." Jawab Aji percaya diri.

Sinta melirik sinis Aji. "Muka lo aja pas-pasan gitu, sok bilang cakep. Dilihat dari mananya. Kalo dari Monas sih iya." Cibir Sinta.

"Tampang gue emang cakep dari lahir ya. Ya, nggak Dis?" Aji meminta pendapat Adis.

"Noh, Adis aja nggak mau jawab. Udah, nggak usah ngaku-ngaku lo."

Aji berdecak kesal. "Lo jadi cewek ngeselin bener ya. Untung lo cantik."

Adis tidak menghiraukan perdebatan kedua temannya. Ia hanya memperhatikan Arshan dari jarak lima belas meter. Mereka sama-sama saling tatap dengan pandangan yang berbeda. Jika Adis menatap dengan wajah bingung. Berbeda dengan Arshan, raut wajah laki-laki itu tetap datar.

"Capek gue ngomong sama lo. Udah Dis, ayo pulang." Sinta menarik tangan Adis menjauh dari Aji hingga membuat Adis tersentak. Tersadar dari lamunannya.

"Jangan mau Dis!" Aji turun dari motornya dan mengejar Sinta yang membawa Adis pergi.

"Maaf Sin, aku nggak bisa." Adis menggeleng dan melepaskan tangan Sinta dari lengannya.

"Kenapa?"

"Nggak papa, aku pulang sama Aji."

Adis tidak ingin membuat Arshan semakin membencinya akibat desakan Sinta. Ia masih ingat bagaimana penolakan lelaki itu ketika Sinta meminta untuk menjemputnya.

Aji sudah di belakang kedua gadis itu.
"Gue bilang juga apa. Ngeyel bener jadi cewek." Sahutnya.

"Diem deh lo!" Sentak Sinta dengan mata melotot.

Aji pun diam. Tidak meladeni Sinta lagi, yang pasti ujung-ujungnya bakal kalah. Ia juga masih normal, bisa hancur imagenya sebagai cowok jika tetap berdebat dengan perempuan seperti Sinta yang cerewetnya sungguh minta ampun.

"Lo nggak ngehargai gue sama Kak Arshan, Dis." Sinta pura-pura sedih.

"Nggak gitu Sin.. cuma aku udah janji pulang bareng Aji."

"Kan bisa lain kali." Sinta melirik Aji sebentar, setelah itu mendekatkan bibirnya ke telinga Adis. "Kapan lagi lo bisa berduaan sama Kakak gue. Kesempatan bagus ini jangan pernah lo sia-siain." Bisiknya.

Ah, andai Arshan sendiri yang berinisiatif menjemputnya pasti Adis tidak akan menolak. Dengan senang hati ia akan masuk ke mobil itu tanpa di minta.

"Bisik-bisik apa lo?" Tanya Aji ketus.

"Pengen tahu aja." Sewot Sinta.

"Jelas lah karena gue berdiri di belakang kalian. Kecuali kalau gue nggak ada." Ucap Aji kesal.

Adis memejamkan sejenak kedua matanya. Dari tadi Aji dan Sinta tidak ada lelahnya adu mulut. Ia saja yang mendengar sungguh pusing.

"Bisa nggak, kalian berdua nggak ribut mulu."

"Nggak bisa!"

Sinta dan Aji menjawab secara bersamaan.

"Heh! Ikut-ikutan aja lo." Sembur Sinta galak.

BATASAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang