Setelah tangisnya reda. Aji mengulurkan satu buah cup es krim kepada Adis.
"Aku nggak selera." Adis menggeleng lemah dan menghela tangan Aji.
"Es krim ini bagus buat meningkatkan suasana hati." Aji meletakkan es krim tersebut di atas meja lalu mendudukkan tubuhnya di kursi samping.
Meski tidak tahu apa yang menyebabkan Adis menangis tetapi Aji tidak maksa. Ia akan menunggu temannya itu berkata dengan sendirinya. Meski rasa penasarannya cukup tinggi.
"Ambil lah." Aji mendekatkan lagi es krim tersebut. Adis hanya diam dengan wajah yang tidak bersemangat membuat Aji berdecak kesal.
"Sebenarnya lo ini kenapa sih. Tiba-tiba nangis, sekarang gue suruh makan es krim tapi nggak mau. Jangan buat gue tambah bingung, Dis."
Adis mengangkat wajahnya mendengar kekesalan Aji. Temannya itu rela menanggung malu di depan umum gara-gara tangisannya. Dan sekarang, dengan sabar Aji masih menemaninya di depan minimarket.
"Apa mau gue suapin?"
"Nggak usah, aku bisa sendiri."
"Gitu dong, di makan." Aji terlihat senang Adis menuruti kemauannya.
"Gimana enak, kan?" Rasa coklat termasuk rasa kesukaan Adis. Untuk itu Aji membeli rasa tersebut.
"Iya, enak." Adis mengangguk pelan.
"Habisin kalau gitu. Biar rasa sedih lo cepet ilang."
"Makasih, dan maaf tadi."
"Udah lupain aja, yang penting lo nggak sedih lagi." Aji mengibas tangan.
Adis hanya menimpali dengan senyuman tipis.
"Tadi Sinta, WA gue." Aji mengeluarkan ponselnya. "Dia nanya kenapa belum pulang juga. Sekarang tuh anak ada di rumah lo."
"Kamu balas apa?"
"Belum gue balas sih." Jawab Aji sambil melihat lagi isi pesan dari Sinta.
Ponsel Aji kemudian berdering. "Nah, dia nelpon nih." Aji langsung mengangkatnya.
"Ha_"
"Lo di mana Ajiii! Kenapa pesan gue nggak lo bales-baless!!" Dari sebrang sana Sinta langsung memarahi Aji, membuat laki-laki itu segera menjauhkan ponselnya.
"Ya Allah, Sin.. lo ya, bener- bener. Ucap salam dulu kek. Main sembur aja. Bisa budek kuping gue." Jawab Aji kesal.
Adis menggulum senyum sambil memakan es krimnya. Benar-benar luar biasa kedua temannya itu. Jarang sekali akur dimana pun tempatnya. Baru baikan tapi semenit kemudian akan kembali beradu mulut. Seperti sekarang ini.
"Iya-iya, nih gue kasih ke Adis. Cerewet banget lo." Aji mengulurkan ponselnya.
"Hallo."
"Dis, lo kenapa nggak angkat panggilan gue. Pesan gue juga nggak lo bales."
"Ya, maaf Sin, tadi aku sibuk banget."
"Bohong. Gue tahu lo ngindari gue. Sekarang Lo dimana? Cepet pulang. Capek gue nunggu lo di rumah."
"Sejak kapan kamu di rumahku?"
"Udah tiga jam lebih, lah. Sampe gue ikut makan malam juga."
"Pulang aja lah, Sin. Aku juga masih belanja di minimarket."
"Nggak mau, gue nggak bakal pulang sebelum ketemu sama lo." Sinta tetap pada pendiriannya.
"Nanti Mama Papamu marah, Sinta. Jangan keras kepala deh."

KAMU SEDANG MEMBACA
BATASAN CINTA
Storie d'amoreKenapa kau takut untuk menatap mataku. Bukankah kau yang mengendalikan hati. Cinta memang hal buruk, kau mengakuinya. Aku menyadari rasa yang kutemukan pada cinta, sangat sulit untuk membuat hatiku mengerti. Dimana cinta akan terjadi, terjadi apabil...