"Apa ada masalah, Nak?" Tanya nenek melihat Adis tidak bersemangat sekali pagi ini.
Adis yang berdiri di depan bunga mawar hanya menggeleng pelan sembari menyobek daun-daun kering menjadi sobekan kecil-kecil.
Nenek membelai kepala Adis, seolah tahu apa yang tengah di alami sang cucu. "Kalau ada apa-apa jangan dipendam sendiri. Bagi sama nenek."
"Cinta itu menyakitkan ya, Nek." Ucap Adis nyaris pelan.
Nenek tidak bisa menahan senyumnya. Rupanya cucunya itu mengalami masalah percintaan.
"Cucu nenek ini suka sama siapa. Nenek jadi penasaran?"
Adis menggeleng. "Maaf, Adis nggak bisa kasih tahu. Karena orang itu sangat membenci Adis." Tangannya melempar sobekan daun ke depan.
"Apa orang itu tahu kalau cucu nenek ini suka padanya?"
Adis mengangguk. "Tahu, dia tahu, Nek. Tapi tetap aja cuek, seolah Adis ini nggak ada." Lirihnya.
Nenek merasa kasihan. Cucunya menyukai seseorang tetapi tidak mendapat respon.
"Kamu ini seperti ibumu. Ibumu dulu juga suka sama seseorang. Tapi cintanya harus bertepuk sebelah tangan."
"Eh, jadi Ayah bukan cinta pertamanya ibu?" Adis sedikit tersentak mendengar pengakuan tersebut.
Nenek menggeleng. "Bukan, Ayahmu itu kakak kelas ibumu."
"Terus kenapa Ayah dan Ibu bisa menikah?" Seolah lupa dengan rasa sedihnya, Adis nampak semangat menanyakan kisah kedua orang tuanya yang selama ini baru ia tahu.
"Ya, karena kegigihan Ayahmu yang tidak pernah menyerah supaya bisa mendapatkan hati Ibumu. Ayahmu terus-terusan mengejar cinta ibumu. Meski awalnya sempat mendapat penolakan tegas karena sama sekali ibumu tidak suka. Tapi semangat Ayahmu patut di acungi jempol. Tiap ada waktu, ayahmu selalu datang kemari. Tidak peduli caci maki yang ibumu lontarkan. Karna katanya, cinta butuh perjuangan. Sampai lama-kelamaan, akhirnya ibumu luluh juga. Dan melupakan orang yang di sukainya."
Adis tersenyum mendengar perjuangan Ayahnya yang ternyata pantang menyerah. "Berapa lama Ayah berhasil mendapatkan cinta ibu?"
"Hampir satu tahun kalo tidak salah." Dengan tertawa nenek menjawab. "Dan kamu tahu, pernah malam-malam Ayahmu mendapat omelan dari kakekmu karena datang di saat orang sudah pada tidur semua."
"Kok bisa?"
"Itu karena ulah ibumu. Nyuruh Ayahmu datang bawa sate di jam setengah sepuluh malam." Jawab nenek sambil menyeka kedua air matanya. Mengingat masa-masa silam.
"Ayah memang hebat."
"Betul. Jadi pesan nenek. Jika kamu tidak sanggup melanjutkan, jangan diteruskan. Mungkin lelaki yang kamu sukai itu bukan jodohmu."
"Adis berusaha membuang perasaan Adis kok, Nek. Dia juga udah punya kekasih sekarang." Ucapnya lirih sambil menunduk.
"Nenek yakin. Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik darinya."
Adis mengangguk, sekarang hatinya cukup lega bisa melepaskan kegundahan yang mencongkol di hati. Sekarang fokusnya harus pada pekerjaan. Mungkin Arshan memang bukan jodohnya.
🍁🍁🍁
"Mama perhatikan dari tadi kamu diam saja." Ucap Bu Brata kepada anak bungsunya.
"Lagi nggak mood aja, Ma." Sinta masih marah perihal semalam.
Arshan melirik ke arah Sinta. Adiknya itu makan dengan tidak berselera.

KAMU SEDANG MEMBACA
BATASAN CINTA
RomanceKenapa kau takut untuk menatap mataku. Bukankah kau yang mengendalikan hati. Cinta memang hal buruk, kau mengakuinya. Aku menyadari rasa yang kutemukan pada cinta, sangat sulit untuk membuat hatiku mengerti. Dimana cinta akan terjadi, terjadi apabil...