Adis menggeliatkan tubuh. Tidurnya benar-benar cukup sehingga ia bangun dalam keadaan bugar. Setelah meregangkan tangan, barulah ia sadar jika kamar yang ia tempati bukanlah kamarnya. Sontak ia loncat dari ranjang sambil melempar selimut.
Sinta yang masih tidur berdecak kesal akibat guncangan yang Adis lakukan di atas ranjang.
"Lo ini apa-apaan sih Dis, ganggu tidur gue aja." Sinta mengucek matanya dengan suara serak. Padahal ia lagi mimpi indah tapi harus buyar gara-gara ulah Adis.
"Eh." Adis tersadar jika ini adalah kamarnya Sinta. Bagaimana bisa ia berada di rumah sahabatnya?
"Sin, kok aku ada di kamar kamu?" Tanyanya bingung.
"Semalam lo gue bangunin tapi nggak bangun-bangun. Ya, gue bawa lo pulang lah."
"Kok aku nggak ingat?" Adis berusaha mengingat tapi otaknya tidak ingat apapun tentang semalam. Selain ia yang tertidur di dalam mobil.
"Gimana lo mau ingat. Tidur lo aja udah kayak kebo. Untung kakak gue mau gendong lo."
Mata Adis membulat sempurna. "Kak Arshan yang bawa aku ke kamarmu!" Pekiknya. Ia takut jika pendengarannya salah.
Sinta menggangguk. "Iya lah, emang siapa lagi kalo bukan kakak gue. Pak Sapto juga nggak mungkin." Kekeh Sinta sambil membawa nama satpam penjaga rumahnya.
Tidak tahu harus senang atau bagaimana. Adis justru cemas sambil menggigiti kuku.
"Lo kenapa Dis. Kenapa muka lo pucat gitu?"
"Sin, kenapa kamu biarin aku digendong Kak Arshan." Keluhnya sekaligus takut.
Sinta memutar malas kedua matanya. Ia kira apa, tahunya hanya itu. "Ya nggak papa, Kak Arshan aja nggak ngerasa repot. Malah nih ya..."
Sinta sengaja menggantung ucapannya sambil tersenyum nggak jelas membuat Adis mengerutkan kening.
"Malah apa?" Tanya Adis penasaran yang berdiri di samping ranjang. Sinta kemudian menyingkirkan selimutnya lalu bangun dari tempat tidur dan mendekati Adis.
"Kak Arshan semalem ngelus pipimu." Bisik Sinta tepat di telinga Adis. Bola mata Adis nyaris keluar dari tempatnya.
Hah! Benarkah?
Sinta terbahak dengan reaksi Adis.
"Nggak mungkin." Elak Adis cepat.
"Apanya yang nggak mungkin. Orang gue lihat sendiri." Sahut Sinta cepat. "Mata gue juga belum rabun."
Selain menyelipkan rambut, Arshan juga mengelus pipi kanan Adis sebelum kakaknya itu keluar.
"Kenapa dia lakukan itu?" Adis menatap Sinta dalam sambil meraba pipinya. Entah yang kanan atau yang kiri yang di elus Arshan semalam.
"Nanti gue tanya sama kakak gue, kenapa sampe ngelus pipi lo."
Adis memukul bahu Sinta "Ya nggak gitu juga."
"Udah, cepet sana, basuh muka lo." Sinta mendorong tubuh Adis.
Tiba-tiba Adis teringat.
"Ya ampun Sin, nenek pasti nyariin aku semalam!" Adis kalang kabut begitu teringat neneknya.
"Di mana lagi tasku." Tubuhnya memutar mencari keberadaan tasnya.
"Ini dia." Segera Adis membuka tasnya dan menghubungi nenek.
Sinta menepuk keningnya. Kenapa ia juga bisa lupa. Pasti saat ini nenek kebingungan gara-gara Adis tidak ada di rumah.
"Gimana. Apa tadi nenek cemas?" Tanya Sinta kala Adis mematikan ponsel.

KAMU SEDANG MEMBACA
BATASAN CINTA
RomanceKenapa kau takut untuk menatap mataku. Bukankah kau yang mengendalikan hati. Cinta memang hal buruk, kau mengakuinya. Aku menyadari rasa yang kutemukan pada cinta, sangat sulit untuk membuat hatiku mengerti. Dimana cinta akan terjadi, terjadi apabil...