Hanya kali ini

5.9K 180 0
                                    

Selesai menaiki beberapa wahana. Adis dan Sinta kini menyantap sosis bakar dan makanan ringan lainnya. Perut mereka keroncongan akibat terlalu banyak bermain. Bahkan tanpa memperdulikan Aji dan Arshan, mereka asyik menyantap tanpa bagi-bagi.

"Setelah ini gimana kalau kita ke rumah hantu." Ajak Sinta dengan antusias. Baginya sangat wajib masuk ke rumah hantu jika berada di pasar malam.

"Nggak mau. Takut aku." Geleng Adis cepat. Ia termasuk gadis bernyali ciut jika berbau horor.

"Tenang, kan ada gue sama Aji. Nanti kalau lo takut. Lo bisa peluk di antara kita berdua." Sinta memberi saran.

Aji yang disebut namanya langsung menoleh. "Oh, dengan senang hati gue." Sahutnya dengan senyum lebar.

"Tuh, Aji aja langsung sigap." Sinta terkikik dengan kesiapan Aji.

"Nggak, kalian aja yang masuk."

"Ya, nggak seru dong Dis. Enakan rame-rame. Ya, ya?" Bujuk Sinta dengan menggoyangkan lengan Adis, tetapi temannya itu tetap menggeleng.

"Terus lo mau sama siapa di sini. Sendiri?" Tanya Aji.

"Iya." Angguk Adis sambil menyedot minumannya.

"Nggak takut di culik?" Ledek Sinta. Menakut-nakuti supanya ikut dengannya.

"Emang siapa, yang mau nyulik gadis jelek sepertiku. Yang ada mereka mikir dulu sebelum nyulik." Kekeh Adis.

Sinta bisa melihat, wajah sahabatnya sangat redup saat mengatakan itu. Berharap bisa menggapai hati kakaknya, tapi sampai saat ini tidak pernah terwujud juga. Sahabatnya juga mengatakan bahwa sudah menyerah. Meski ia tidak suka kata itu. Tapi apa boleh buat, apapun yang Adis pilih. Ia harus bisa menerima.

"Siapa yang bilang gitu? Lo itu cantik, malah cantikan lo ketimbang Sinta." Jawab Aji. Ia bukan berbohong, menurutnya Adis memang cantik. Luar dan dalam.

Arshan tersenyum miring saat Aji berkata barusan. Dan itu diketahui oleh Sinta. Ia jadi geram dengan ekspresi kakaknya.

"Iya, bener kata Aji. Lo itu cantik, jadi jangan minder gitu." Ucap Sinta.

"Lo cantik, gue tampan. Gimana kalau kita pacaran aja. Mau nggak lo." Aji menaik-turunkan alisnya.

"Nggak-nggak, gue nggak setuju." Sahut Sinta cepat. Kedua tangannya menyilang membentuk huruf X.

"Gue nggak minta pendapat lo ya, noni." Ketus Aji.

"Tetep. Gue nggak setuju. Lo itu playboy cap tikus."

Mata Aji seketika membulat sempurna dikatai playboy cap tikus. Secara tidak langsung ia disamakan dengan hewan yang selalu meresahkan para petani. Astaga, dapat darimana Sinta kata-kata itu?

"Dan lo, Pipiyot. Nenek sihir jelek." Balas Aji tak mau kalah.

Adis tidak bisa menahan senyumnya. Kedua temannya itu memang selalu berhasil mengembalikan perasaannya yang semula sedih. Ada saja yang mereka perdebatkan.

"Lo samakan gue sama Pipiyot?" Sinta menunjuk dirinya dengan mata melotot.

"Iya. Kenapa, nggak terima? Mau gelud. Ayo, gue jabanin." Aji memasang kuda-kuda sebelum mendapat serangan dari musuh.

Sinta tersenyum jumawa. "Haha.. Lo mau ngajak gue gelud. Noh, langkahi dulu kakak gue." Menunjuk Arshan yang hanya berwajah datar, menonton pertengkaran mereka.

Aji dan Adis sama-sama menoleh ke arah Arshan.

"Udah Ji, jangan ladeni omong kosongnya Sinta." Ucap Adis.

"Lo nggak mau gue berantem lagi sama Aji, kan?" Tanya Sinta.

"Iya, jangan berantem lagi. Malu sama pengunjung lain." Adis menunjuk ke sekitar.

BATASAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang