Bunga dari seseorang

26 3 0
                                    

.
.
.

Sore hari Alea kembali mendapatkan kiriman bunga. Alea yang menerimanya nampak senang sambil menciumi bunga tersebut.

"Kali ini tidak ada pesan yang tertulis, apa ini dari Aiden? Malam ini kan dia akan mengajakku makan malam." Gumam Alea kemudian masuk ke ruangannya.

Sementara nampak sebuah mobil terparkir di seberang dengan seorang pria menatap Alea dari dalam mobil.

"Ah... Kau menyukai bunga pemberianku ya? Sepertinya malam ini aku harus menemuimu" Gumam si pria yang tak lain adalah Favian.
.
.
.

Namun sore ini kafe Alea terlihat sangat padat sekali. 

"Hah..padahal aku ada janji akan makan malam di luar bersama Aiden." Keluh Alea

"Mbak Alea tenang saja, serahkan pada kami, kami bisa diandalkan kok." Ucap Ninis

"Masa aku setega itu meninggalkan kalian yang sibuk sementara aku malah asik kencan dengan Aiden." Kilah Alea.

"Aduh mbak Alea ini, lagi pula ini memang tugas kami mbak, mbak tidak boleh menyiakan kencan ini." Ucap Ninis

"Baiklah.... selepas makan malam akan aku usahakan kemari lagi." Sahut Alea.

Alea pun mengirim pesan untuk Aiden supaya Aiden tidak perlu menjemputnya, namun dirinya akan langsung menyusul di tempat mereka akan makan malam.
.
.

Sudah hampir jam 7 malam, Alea segera berpamitan pada Ninis. Namun saat Alea hendak keluar kafe, Alea dikagetkan dengan kehadiran seseorang, seseorang yang telah hilang dari ingatan juga hati Alea, namun tiba-tiba ia ada di hadapan Alea

"Malam Alea.." sapa orang itu

"Favian...." Ucap Alea lirih dengan mematung

Alea masih tidak mempercayainya, pria yang pernah membuatnya tersiksa karena merindukan, kini tiba-tiba ada dihadapannya

"Apa kabar Alea.. apa kau menyukai bunga yang aku kirimkan?" tanya Favian

"Ah.. bunga itu darimu ya? Hmm... Seperti yang kau lihat, aku baik, sangat baik." Jawab Alea datar

Suasana hati Alea yang tadinya ceria karena akan bertemu Aiden, kini berubah 180°. Ninis yang penasaran dengan tamu Alea pun memperhatikan dari jauh

"Maafkan aku Alea, aku tidak pernah memberi kabar padamu, dan tiba-tiba menemuimu seperti ini, aku pikir bisa jadi surprise untukmu, namun melihat ekspresimu, sepertinya aku salah. Apa kita bisa mengobrol sebentar?" Pinta Favian yang kemudian duduk dan disusul Alea

"Kau benar, hampir 10 tahun aku jadi gadis yang merindu sendiri, setiap saat berharap kau akan kembali menemuiku dan berkata bahwa kau merindukan dan mencintaiku. Namun semua itu semu. Tapi itu sudah jadi masa laluku."

"Aku mengerti apa yang kau rasakan Alea, namun semua itu demi masa depan yang ingin aku berikan untukmu. Kini semuanya telah kucapai dan aku pikir aku sudah pantas untuk kembali menemuimu." Jelas Favian

Alea menggeleng dan pikirannya dipenuhi oleh sosok Aiden. Alea sadar bahwa dirinya hanya mencintai Aiden.

"Bagaimana Alea? Apa kau bersedia menerimaku lagi? Aku akan memberikan apapun yang kau butuhkan, aku berjanji kau tidak akan kekurangan sedikitpun." Bujuk Favian lagi

"Aku hanya membutuhkan Aiden, aku merindukannya." Batin Alea masih terdiam.

Ponsel Alea berdering beberapa kali. Namun Alea tidak mengangkatnya.

Favian masih berusaha meyakinkan Alea supaya bisa menerimanya hingga kemudian Alea memberitahukan mengenai pernikahannya.

"Aku sudah menikah Favian, bahkan sudah hampir satu tahun pernikahan kami. Kami saling mencintai, jadi sebaiknya kau melupakannya, kenangan kita hanya masa lalu karena sudah tidak ada lagi sisa cinta dariku."

Namun Favian masih ragu akan pengakuan Alea tersebut.

"Apa itu benar Alea? Aku tidak percaya, karena aku benar-benar tau perasaanmu 10 tahun lalu." Jelas Favian.

"10 tahun itu tidak sebentar Favian. Ada banyak hal yang aku lalui termasuk bertemu dengan suamiku dan suamiku adalah anugerah terindah dalam hidupku. Sebaiknya kau pulanglah, aku harus pergi karena aku sudah berjanji akan makan malam bersama suamiku." Sahut Alea

Sementara itu Aiden telah sampai di kafe karena merasa khawatir Alea tak kunjung datang menemuinya. Aiden bertemu Ninis di depan kafe yang sedang membersihkan beberapa meja.

"Pak Aiden?" Sapa Ninis agak gugup sambil menoleh ke dalam kafe karena Alea masih menemui tamunya

"Kenapa kau gugup? Alea dimana?" Tanya Aiden sambil mencari Alea

"Mbak Alea baru ada tamu, melihat ekspresi mbak Alea sepertinya penting sekali, padahal tadi sudah sangat bersemangat untuk pergi menemui pak Aiden." Ucap Ninis

"Begitu ya.." Jawab Aiden mencoba melihat ke dalam

Ada rasa kecewa karena Alea tidak memberitahunya terlebih dulu bahkan tidak mengangkat teleponnya. Aiden pun berbalik untuk pulang

"Pak Aiden tidak menunggu mbak Alea saja?" Tanya Ninis lagi

"Tidak, aku akan pulang saja, aku sudah mengirim pesan padanya dan aku mempercayai Alea, dia pasti akan menceritakannya padaku nanti. Jangan bilang Alea kalau aku kemari ya. Aku pulang dulu."

"Baik pak.."

Selang beberapa menit dari kepulangan Aiden, Favian pun pulang meninggalkan Alea. Mengetahui Favian pulang, Ninis bergegas masuk menghampiri Alea.

"Mbak Alea tidak jadi keluar bersama pak Aiden?" Tanya Ninis berbasa-basi sementara Alea hanya menggeleng

"Pasti Aiden kecewa padaku karena sudah menungguku terlalu lama. Dia mengirim pesan untuk menunda makan malam kami." Jelas Alea.

"Mbak Alea baik-baik saja kan?" Selidik Ninis kemudian Alea menjelaskan pada Ninis siapa tamu tadi

"Aku mengerti bagaimana perasaan mbak Alea, tapi kini sudah ada pak Aiden. Pulanglah mbak, pak Aiden pasti sudah menunggu mbak Alea." Saran Ninis
.
.

"Akhirnya mereka bertemu juga. Apa Alea melupakan janjinya sampai-sampai dia tidak mengangkat teleponku. Apa aku terlambat untuk mengungkapannya? Aku memang pecundang." Gumam Aiden dengan menatap cincin yang akan dia berikan untuk Alea.
.
.
.

Aiden & AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang