Merindukan

12 3 0
                                    

.
.
.

Kehamilan Alea sudah memasuki trimester kedua. Dan kondisi ngidamnya pun sudah terlihat lebih baik, meski masih belum menyukai aroma tubuh suaminya, tapi dirinya sudah tidak mual atau muntah lagi saat Aiden memeluknya

"Minumlah selagi panas." Ucap Alea memberikan teh panas pada suaminya yang duduk santai di sofa.

"Sepertinya kau sudah jauh lebih baik dengan kehamilanmu." Tanya Aiden kemudian meletakkan cangkir teh panasnya di meja.

"Begitulah." Jawab Alea yang duduk di samping Aiden.

Aiden mengangkat kaki kirinya ke sofa sehingga dirinya menghadap Alea dan mendekatkan tubuhnya.

"Sayangnya aku masih belum bisa menciummu ya?" Keluh Aiden dengan menyibakkan rambut Alea ke belakang bahu, sehingga sisi leher jenjangnya pun terekspose.

Aiden mendekatkan wajahnya pada wajah Alea

"Apa aromaku tercium?" Tanya Aiden

"Sedikit." Jawab Alea

"Apa boleh begini?" Ijin Aiden merapatkan duduknya pada Alea dan mencium ceruk leher Alea.

Tidak ada jawaban dari Alea yang artinya Aiden mendapatkan ijin.

Aiden memeluk Alea yang kini duduk membelakanginya kemudian meraba perut Alea yang mulai membesar dan mengeras seraya berbisik

"Hei kesayangan ayah, sehat-sehat di dalam ya. Maafkan ayah yang tidak bisa sering menyentuhmu karena mama baru tidak suka dengan aroma ayah, maka dari itu mohon kerjasamanya untuk tidak membuat mama repot ya, biar ayah bisa selalu mengobrol dan menyentuhmu seperti ini. Ayah akan menantikanmu." Ucap Aiden masih mengelus perut Alea.

Alea tersenyum senang kemudian tangannya meraih pipi suaminya sementra Aiden kembali mengecup ceruk leher Alea.

Alea menyadari bahwa kali ini tubuhnya tidak ada respon menolak saat Aiden menyentuhnya.

"Meski aku masih belum menyukai aroma suamiku, namun kali ini tubuhku tidak bereaksi mual. Haruskah aku mengijinkannya jika suamiku meminta lebih? Karena sejujurnya aku merindukan pelukannya, belaiannya dan juga cumbuannya." Batin Alea

Alea terlihat menikmati cumbuan yang diberikan Aiden, begitu juga Aiden yang terus intens mengecupi sisi leher Alea. Aiden benar-benar terlihat berhasrat, mengingat sudah 3 bulan lebih tidak bisa menyentuh Alea sama sekali.

Kecupan Aiden merambat hingga telinga Alea, dengan mulut berusaha menggigit dan melepas tali masker yang mengikat di telinga Alea.

"Sayang apa yang kau rasakan?" Tanya Aiden saat berhasil melepaskan masker Alea.

"Aku baik-baik saja suamiku." Balas Alea yang juga menikmati cumbuan Aiden.

"Aku benar-benar merindukanmu. Apa boleh aku melanjutkannya." Bisik Aiden dengan mengecupi cuping telinga Alea sementara tangan Aiden telah menjamah dada Alea yang sedikit berisi karena kehamilannya.

"Aku juga sangat merindukanmu suamiku. Sebenarnya selama trimester awal kehamilan, aku benar-benar merasa kesepian karena tidak bisa bermanja-manja padamu. Sepertinya sekarang aku baik-baik saja." Jawab Alea.

"Apa itu artinya aku diijinkan untuk melakukan lebih dari ini? Karena kau tau, aku tidak bisa berhenti nantinya." Ijin Aiden.

"Sayang.. lakukanlah apa yang memang kau inginkan, tapi tolong lakukan dengan perlahan, dan dokter bilang di luar saja." Ungkap Alea.

Tak ada jawaban dari Aiden karena Aiden benar-benar sudah tidak bisa menahan lagi keinginannya yang selama ini ia tahan.

Aiden menggendong Alea menuju kamar tidur mereka. Menidurkan Alea di ranjang. Aiden melepaskan kaosnya dan kembali menjamah tubuh istrinya. Menyibakkan baju Alea dan melepaskannya. Kini keduanya sudah sama-sama polos tidak ada penghalang satu pun.

Aiden mengecupi perut Alea yang membesar dan keras. Ciuman itu telah mendarat di dada Alea dan lidahnya mulai menari-nari di sana. Lenguhan Alea terdengar seksi membuat Aiden semakin berhasrat.

Aiden bangun menarik tangan Alea dan memberikan bantal pada pinggang Alea.

"Sayang, aku akan memulainya. Katakan saja jika kau merasa sakit atau tidak nyaman." Ucap Aiden mencoba melonggarkan kedua lutut Alea

"Aahhh..." Desah Alea saat Aiden berhasil memasukinya perlahan

"Tubuh kekar ini, aku sangat merindukannya." Batin Alea dengan tangannya meraba dada bidang Aiden

Aiden mulai bergerak naik turun pelan dan menatap sendu Alea

"Kenapa Alea sangat menggemaskan dengan wajah cantiknya yang mengekspresikan gejolak hasrat dengan perutnya yang sedikit membesar seperti ini. Ahh... Istruku, aku benar-benar mencintaimu." Batin Aiden kemudian mengecup bibir Alea

Aiden terus mendorong tubuhnya pelan dengan lutut menumpu tubuhnya.

"Sayang aahh... hh... Jangan terlalu dalam, aku takut." desah Alea

"Iya sayang, aku akan mengeluarkannya sedikit." Ucap Aiden

"Ahh... Mmh.." desah keduanya

"Sayang.. apa kau sudah hampir?"

"Sedikit lagi." Ucap Alea hingga ia pun mendapatkan pelepasannya.

"Mmh... Aiden... ahh..." Racau Alea

"Baiklah, aku akan menyelesaikannya." Bisik Aiden dengan terus mendorong tubuhnya dan segera menarik pusat tubuhnya saat kemikmatan cinta menghampirinya juga.

"Ahh.. Terima kasih istriku." Bisik Aiden kemudian mengecup kening Alea.

Aiden bangkit, meraih tisu yang ada di nakas untuk membersihkan cairannya yang menempel di perut Alea.
.
.
.

Aiden & AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang