.
.
.Alea nampak buru-buru membereskan beberapa piring kotor ke sink selepas dirinya dan suaminya sarapan. Setelah selesai membereskannya dan bersiap, keduanya pun berangkat.
"Sepertinya aku akan terlambat menjemputmu, ada meeting dan sedikit pekerjaan yang harus kuselesaikan." Ucap Aiden menghentikan mobilnya di depan kafe.
"Tidak apa, kau selesaikan dulu pekerjaanmu. Baiklah, hati-hati suamiku." Pamit Alea dengan kilat mencium pipi Aiden
Aiden menarik tangan Alea
"Ada apa?" Tanya Alea yang kembali menoleh
"Kurang.." Keluh Aiden mendekatkan wajahnya ke wajah Alea
"Hmm..dasar." Umpat Alea
Jemari Aiden meraih pipi Alea dan memberikan kecupan hangat pada bibir Alea.
"Baiklah, aku pergi dulu sayang." Ucap Aiden.
.
.
."Pagi Mbak Alea, oya ada undangan untuk mbak Alea, aku letakkan di meja ruangan mbak Alea. Sebenarnya yang mengantar tadi menyampaikan ingin bertemu mbak Alea langsung, dan kuminta menunggu, tapi sepertinya buru-buru dan katanya sih mau menelepon mbak Alea nanti." Sahut Ninis
"Terima kasih Ninis. Masih pagi sudah ada undangan juga." Balas Alea masuk ke ruangannya.
Alea memeriksanya dan tertulis undangan pembicara seminar.
Tak berapa lama pun ponsel Alea berdering, nampak nomor asing. Dan benar penelepon tersebut hendak mengkonfirmasi tentang bersedia tidaknya Alea menjadi salah satu pembicara tamu di seminar bisnis yang akan diadakan nantinya.
Tanpa pikir panjang, Alea menyetujuinya, meski tidak tau nantinya akan diijinkan oleh suaminya atau tidak.
"Semoga Aiden mengijinkannya karena tempatnya lumayan jauh, butuh waktu satu jam untuk ke sana. Ah..besok saja aku cerita, toh masih lama." Gumam Alea selesai menutup teleponnya
.
.
.Namun undangan tersebut sedikit mengganggu pikiran Alea karena Alea yakin jika dirinya tidak akan diijinkan oleh Aiden mengingat jauh dan kehamilannya sudah memasuki trimester ketiga.
.
.
.Hingga beberapa hari, Alea masih belum menyampaikan soal undangan tersebut, namun sikap Alea tetap tidak bisa disembunyikan dari Aiden
"Apa ada masalah di kafe? Sepertinya ada yang kau pikirkan." Selidik Aiden sambil membantu Alea menata piring yang di cuci Alea.
"Mm... sebenarnya ada yang mau kusampaikan." Sahut Alea melepas apronnya dan menatap suaminya yang berdiri bersandar di kitchen set.
"Sepertinya penting sekali ya?" Selidik Aiden lagi.
Aiden menuju sofa dan duduk, disusul Alea dengan membawa secangkir teh untuk suaminya.
"Minggu depan ada undangan sebagai pembicara tamu untukku." Jelas Alea.
"Bagus dong, lalu apa yang mengganggu pikiranmu?" Sahut Aiden
Alea menjelaskan di mana seminar itu diadakan. Sesaat Aiden terdiam untuk berpikir. Alea sadar sepertinya Aiden sedikit keberatan.
"Aiden... Aiden kenapa kau diam saja."
Panggilan nama sudah lama tidak dilakukan Alea sejak dirinya hamil. Meski Aiden merindukan panggilan itu, namun situasi ini serasa tidak nyaman baginya.
Aiden menatap serius wajah Akea yang oenuh harap.
"Jika kau khawatir, kau bisa mengantar bahkan menemaniku." Bujuk Alea lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Aiden & Alea
Romance[Warning 21+] Ibarat simbiosis mutualisme, pernikahan itu mereka lakukan demi untuk memajukan bisnis masing-masing. Mereka adalah Aiden dan Alea Akankah cinta tumbuh di antara keduanya? Dan akankah pernikahan mereka menjadi pernikahan yang selalu di...