Ayah

11 2 0
                                    

.
.
.

"Pagi Ninis..." Sapa Alea

"Pagi mbak... Gimana bulan madunya mbak? Pasti menyenangkan ya." Tanya Ninis

"Begitulah... Oya ini buatmu." Ucap Alea dengan memberikan sebuah parfum yang ia beli di Perancis

"Wah terima kasih mbak.. hmm... Wanginya enak." Balas Ninis sambil menyemprotkan parfum pemberian Alea di pergelangan tangannya.

"Iya sama sama..."

Mereka pun sibuk berkutat dengan pekerjaan kafe yang tidak sedikit. Pagi itu meski belum nampak ramai pengunjung, namun lumayan membuat mereka sibuk

Ponsel Alea berbunyi dan terlihat sebuah pesan singkat dari Aiden

"Ayah mengundang kita makan malam di rumah, dan meminta kita menginap malam ini, sore ini aku akan langsung menjemputmu di kafe."

"Kenapa harus menginap sih?" Gumam Alea kemudian membalas pesan singkat dari Aiden
.
.
.

"Sore Ninis." Sapa Aiden begitu sampai di kafe

"Sore Pak, mbak Alea sudah menunggu loh dari tadi." Goda Ninis

"Benarkah...?" Balas Aiden

"Itu tidak benar, Ninis hanya mengerjaimu saja."

"Jika iya pun tidak apa, bukannya wajar seorang istri merindukan suaminya, benar tidak Ninis?" Ucap Aiden

"Betul sekali." Jawab Ninis sedikit terkekeh dan Alea hanya menggeleng

"Ninis aku pergi dulu, sampai jumpa besok pagi." Pamit Alea disusul Aiden

"Bye Ninis."

"Iya..hati-hati di jalan Pak."
.
.

"Apa ada hal penting sampai ayah meminta kita untuk menginap?" Tanya Alea

"Ada hal yang ingin dibahas denganku." Jawab Aiden dengan fokus menyetir mobilnya
.
.
.

"Malam ayah.. kami datang." Ucap Aiden masuk ke rumah ayahnya

"Kalian datang juga." Sapa Ayah Aiden

"Apa kabar ayah?" Sapa Alea dengan menyalami ayah mertunya kemudian mengecup punggung tangan ayahnya

"Ayah sehat... Kalian gimana? Bulan madunya lancar? Sejak pulang bulan madu kalian belum kemari.

"Iya ayah, maaf, Aiden langsung disibukkan urusan kantor." Jelas Aiden Sementara Alea membereskan beberapa oleh-oleh untuk ayah Aiden
.
.

"Nak..apa Aiden merepotkanmu?" Tanya ayah Aiden di sela-sela makan malamnya

"Tidak ayah, Kak Aiden baik sekali terhadap Alea." Jawab Alea

"Tentu saja ayah, seperti ayah memperlakukan ibu." Balas Aiden

"Kalau ibumu masih ada, sepertinya akan senang sekali putra kesayangannya sudah menikah meski tergolong terlambat sih." Ungkap ayah Aiden

"32 tahun itu tidak terlambat ayah." Kilah Aiden

"Seusiamu, ayahmu ini sudah menggendongmu yang berumur 5tahun. Kau tau Alea bagaimana ayah membujuk Aiden untuk menikah. Jika dari awal ayah tau dia akan menikahimu, sudah sejak lama ayah melamarmu untuk Aiden. Maka dari itu, cepatlah kalian memiliki anak, supaya rumah ini akan ramai saat kalian datang kemari." Sahut ayah Aiden membuat Alea salah tingkah

"Ehem... Mengenai itu, kami mengalir saja ayah. Jika memang sudah saatnya, ayah pasti juga akan menimang cucu, benar kan sayang?" Sahut Aiden mencoba mencairkan salah tingkah Alea.

Aiden & AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang