Berdamai

10 3 0
                                    

.
.
.

Berita akuisisi yang Aiden sampaikan pada Alea cukup membuat suasana hati Alea membaik meskipun Alea tetap saja masih banyak diam dan menghindari Aiden.

Kesibukan Aiden dengan akuisisi perusahaan juga bisa membuatnya terhibur dari rasa kehilangan. Kini dirinya hanya harus bersabar menghadapi dinginnya sikap Alea meskipun sudah tidak se emosional sebelumnya

Meski masih menjaga jarak, Alea mulai kembali bisa tidur di kamar bersama Aiden, namun tak ada sentuhan fisik di antara mereka bahkan tatapan mata pun Alea hindari karena rasa bersalahnya terus memenuhi hati dan pikirannya setiap menatap Aiden.

Tak jarang Aiden berbuat konyol demi menghibur dan membuat Alea tertawa, meski usaha itu sia-sia saja. Namun Aiden tetap tidak menyerah dengan terus melakukan hal-hal tersebut karena rasa rindunya pada Alea.

Pagi ini Aiden sengaja memakai kemeja asal dan dasi tidak rapi, karena biasanya Alea akan mengomel.

Aiden menghampiri meja makan untuk sarapan, Alea yang sibuk mencuci beberapa perkakas masih belum menyadarinya. Begitu selesai, dirinya melepas apron dan menghampiri meja makan, mengambilkan nasi untuk Aiden dan meletakkan piring di depan Aiden dengan sedikit hentakan pada meja.

"Ada apa? Apa aku berbuat salah pagi ini?" Tanya Aiden sambil meletakkan secangkir tehnya di meja.

Namun Alea tetap menyibukkan diri dengan mengambilkan lauk untuk Aiden. Aiden berusaha menahan senyumnya, karena pasti Alea sudah sangat gemas dengan ulahnya.

Dan benar saja Aiden telah berhasil mengambil perhatian Alea. Tanpa ada ucapan sedikitpun Alea meraih kerah kemeja Aiden dan berusaha memperbaikinya.

"Sayang.. kau mau mencekikku ya? Haa tega sekali. Sudahlah... aku bisa memperbaikinya sendiri." Kilah Aiden dengan pura-pura menepis tangan Alea.

Alea pun menarik tangan Aiden untuk berdiri dan berusaha memperbaikinya dengan tetap diam. Aiden terus menatap wajah Alea. Alea yang menyadarinya mulai blushing dengan tatapan Aiden. Aiden senang saat mengetahui istrinya merona malu dan kembali meledeknya

"Tidak bisa kah kau lebih halus sedikit? Ini sama saja pemerkosaan. Ah.. aku tidak boleh berontak jika tidak mau ada berita pemerkosaan seorang suami oleh istrinya sendiri. Benar-benar malang nasibku." Omel Aiden meledek.

Alea yang mulai kesal segera menutup mulut Aiden dengan jemarinya. Kali ini tatapan mereka bertemu.

"Deg..." Jantung Alea berdebar seketika.

Lama dirinya tidak menatap dalam mata suaminya. Ada rasa rindu di hatinya, namun lagi-lagi rasa bersalah kembali memenuhi hatinya. Alea kembali tertunduk dengan menempelkan keningnya di dada Aiden.

"Lawanlah rasa bersalah itu jika kau mencintaiku dan anak kita." Bisik Aiden kemudian meraih dagu Alea dan kembali berucap

" Bisik Aiden kemudian meraih dagu Alea dan kembali berucap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aiden & AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang