Kehilangan

11 3 0
                                    

.
.
.

Alea memasuki ruang NICU, menatap sedih bayinya yang masih sangat lemah, membuat air mata Alea tak kuasa menetes saat jemarinya menyentuh tangan dan kaki mungil bayinya.

"Apa dia akan baik-baik saja? Dia begitu kecil" Tanya Alea.

"Iya sayang, dia akan baik-baik saja karena dia kuat sepertimu." Hibur Aiden.

"Maafkan mama nak. Cepatlah membaik karena mama tidak sabar ingin segera menggendongmu." Bisik Alea dengan terisak.

"Lebih baik kau kembali ke kamarmu, kau juga butuh pemulihan." Saran Aiden.
.
.

Aiden berpamitan pada Alea yang ditemani ibunya.

"Aiden pamit dulu bu, nanti setelah urusan kantor selesai, Aiden segera kembali kemari."

Ibu Alea mengangguk. Aiden kembali menghampiri Alea dan mengecup kening Alea.

"Istirahatlah, sampai nanti sayang."
.
.
.

Aiden telah menyerahkan bukti foto mobil dan nomor polisi mobil yang dia dapatkan dari Alea. Berharap segera mengetahui siapa pelaku yang sengaja menabrak Alea.

"Apakah dia orang yang sama dengan yang menguntit Alea? Dan mungkinkah ini ada hubungannya dengan pak Surya?" Gumam Aiden serius dengan memainkan jemari di meja kerjanya

"Sepertinya aku juga harus bertindak sendiri, aku tidak sabar jika harus menunggu investigasi dari polisi saja." Gumamnya lagi.

Sementara Aiden akan fokus pada pemulihan Alea dan bayi mereka, Aiden meminta pak Leo untuk mencari orang yang bisa mereka sewa untuk mengusut semuanya.
.
.
.

Pak Bisma syok saat Aiden menceritakan apa yang pernah dialami Alea dan menghubungkannya dengan pak Surya.

"Meski belum terbukti, namun ayah juga merasa semuanya mengarah pada Surya. Dia hanya tidak ingin semua yang ia ambil kembali kepada kita." Ucap pak Bisma

"Sementara polisi juga masih investigasi, Aiden sudah meminta bantuan beberapa orang untuk mengusutnya Ayah." Sambung Aiden.
.
.

Siang itu pak Bisma berniat menemui pak Surya di kantornya.
.
.

"Wah suatu kehormatan, sahabat terbaikku datang menemuiku langsung di kantor. Apa ada sesuatu hal penting? Oh iya sampai lupa, selamat ya atas kelahiran cucuku, namun aku turut prihatin atas musibah tersebut." Sahut pak Surya

"Hmm... Mereka akan baik-baik saja.. Apa itu tidak sesuai yang kau harapkan?" Balas pak Bisma

Pak Surya menatap tajam pak Bisma kemudian menyahut

"Baguslah, aku ikut senang, lalu apa yang membuatmu berniat sekali menemuiku?" Tanya pak Surya

"Jangan usik anak-anakku, bukannya kau sudah cukup mendapatkan semua ini? Tadinya aku sudah mencoba ikhlas, namun karena ini berkaitan dengan anak-anakku bahkan cucuku, aku tidak bisa diam saja. Jika kau bertindak lebih, aku akan pastikan kau kehilangan semua hasil kecuranganmu ini, karena apa yang kau tanam pasti akan kau tuai, ingat itu. Aku pamit." Ucap pak Bisma meninggalkan pak Surya

"Hah dia mengancamku rupanya." Gumam pak Surya
.
.
.

Sudah 3 hari Alea di rawat di Rumah Sakit. Karena kondisinya sudah pulih, dirinya pun diperbolehkan pulang, sementara bayinya masih harus dalam perawatan NICU.

"Mana bisa aku meninggalkan bayi kita sendirian?" Isak Alea.

"Jangan khawatir sayang, dia aman, karena ada perawat dan dokter yang akan terus menjaga dan memantaunya." Hibur Aiden.

Dengan berat Alea juga Aiden harus meninggalkan Rumah Sakit tanpa bayi mereka.

"Kau masih butuh pemulihan, istirahatlah, aku akan meminta bibi mengurus rumah dan memasak untukmu." Ucap Aiden membantu merebahkan Alea di tempat tidur.

"Kalau hanya memasak aku masih bisa kok." Balas Alea.

"Baiklah, tapi setidaknya biar bibi membantumu, jangan forsir tenagamu, dan kau harus makan makanan yang bergizi, demi asimu supaya cepat keluar." Jelas Aiden lagi mengecup kening Alea.

"Apa sudah ada kabar tentang pelaku?" Tanya Alea

"Belum, tapi kau tidak perlu khawatir karena aku juga sudah meminta beberapa orang untuk membantu mengusutnya." Jelas Aiden
.
.
.

Beberapa hari ini Aiden memilih bekerja dari rumah, mengingat kondisi Alea yang masih syok meskipun kesehatannya sudah pulih, namun emosinya masih labil yang pmembuat asi yang dikluarkan Alea sangat kurang. Mereka pun harus bolak-balik ke Rumah Sakit mengantar asi yang tidak seberapa untuk bayi mereka.
.
.

Satu minggu berlalu, polisi berhasil menangkap pengendara mobil yang menabrak Alea. Dan pagi yang harusnya semangat bagi Alea juga Aiden menuju rumah sakit untuk menengok bayi mereka, ditambah kabar ditangkapnya di penabrak, namun menjadi pagi yang benar-benar tidak pernah Alea dan Aiden harapkan.

Panggilan dari Rumah Sakit masuk ke ponsel Aiden, bayi mereka yang tadinya baik-baik saja selama satu minggu ini tiba-tiba mengalami gagal nafas. Segala macam upaya dokter membantunya namun kenyataannya Alea dan Aiden harus mengikhlaskannya.

Aiden nampak syok, kakinya terasa lemas hingga membuat tubuhnya terhuyung saat mendengar kabar tersebut dari telepon.

"Bagaimana caraku memberitahu Alea?" Gumam Aiden.

Alea yang curiga melihat sikap suaminya pun mulai panik dengan mengucapkan puluhan pertanyaan apa yang terjadi. Aiden benar-benar tidak tega melihat istrinya, namun mau tidak mau dirinya harus memberitahukannya.

Tangis Alea seketika pecah bahkan dirinya pingsan mendengar apa yang diucapkan suaminya. Aiden berusaha menyadarkannya.

"Ini mimpi kan sayang? Aku hanya bermimpi kan?" Isak Alea dalam pelukan Aiden.

Aiden sempat tidak mengijinkan Alea ke Rumah Sakit, namun Alea tetap memaksa karena bagaimanapun dirinya ingin melihat bayinya untuk terakhir kalinya.

Syok dan kesedihan yang dirasa Alea membuatnya beberapa kali pingsan. Aiden benar-benar tidak tega melihat kondisi Alea.
.
.
.

Siang itu pemakaman langsung dilakukan. Alea terduduk dan terisak di pusara bayinya, Aiden berusaha membujuk Alea untuk pulang.

"Maafkan mama nak, maafkan... mama tidak akan bisa memaafkan diri mama sendiri. Mama benci diri mama, karena mama, kau harus pergi meninggalkan mama, bahkan mama belum sempat menggendongmu." Isak Alea sesenggukan.
.
.
.

Alea tertidur lelah setelah hampir seharian hanya bisa menangis dan pingsan.

"Bagaimanapun itu, aku tidak bisa menerimanya, bahkan aku akan menghukumnya sendiri untukmu." Gumam Aiden menyelimuti Alea dan memberikan kecupan di kepala Alea.
.
.
.

Aiden & AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang