Yang dinanti... Ungkapan perasaan

47 4 1
                                    

.
.
.

Aiden resah karena sudah jam 9 lewat Alea belum pulang juga.

"Apa mereka pergi berkencan? Haruskah aku menanyakannya pada Ninis untuk mencari tau yang terjadi?" Gumam Aiden mondar-mandir di ruang tengah.

Tepat jam 21.30 Alea sudah kembali ke rumah dengan murung. Aiden yang mencoba berpura-pura tidak tau dengan cepat menyalakan TV.

"Kau baru pulang? Aku menunggumu sangat lama, kau bahkan tidak mengangkat teleponku dan tidak membalas pesanku." Tanya Aiden

Alea masih terdiam dan menghampiri bunga-bunga dari Favian yang ia pajang di vas, kemudian mengambilnya dan melemparnya begitu saja.

"Apakah aku tidak pantas dicintai dengan tulus? Apakah semudah itu orang menganggap cintaku hanya bisa dinilai dengan materi? Aku benci, bahkan aku benci diriku sendiri yang seperti pengemis cinta. Aku hanya ingin dicintai dengan tulus." Ucap Alea dengan terisak

Aiden mencoba mendekati Alea dan memeluk Alea, seketika Alea menenggelamkan wajahnya pada dada Aiden. Isakan Alea menjadi.

"Kau boleh melampiaskannya padaku jika ingin." Ucap Aiden dan seketika kedua tangan Alea telah melingkar erat di tubuh kekar Aiden

"Dia datang Aiden, dia menemuiku di kafe, dia yang hampir 10 tahun terakhir selalu aku harapkan kehadirannya tiba-tiba muncul dan memintaku kembali padanya." Ucap Alea terisak.

"Bukannya itu kabar baik? Kau sudah tersiksa menantikannya, maka aku tidak akan menghalangimu." Balas Aiden

Alea melepaskan pelukan Aiden dan mendorong tubuh Aiden

"Apa? Kau bicara apa? Kau tau, selama ini aku juga sangat kesal padamu, kenapa kau mempermainkan perasaanku? Bahkan setelah semua yang terjadi diantara kita, kini dengan mudahnya kau mengatakan itu padaku? Aku benci diriku sendiri, aku sangat membencinya." Keluh Alea terisak sesenggukan

"Kenapa kalian mudah sekali menilai cinta dengan materi? Kenapa? Padahal aku ingin kehidupan cinta yang normal, bisa saling mencintai, saling sayang dan saling perhatian. Aku hanya ingin dicintai dengan tulus." Ucap Alea lagi terisak

Aiden jadi merasa bersalah karena pernikahan kontrak yang dia lakukan pada Alea. Aiden merasa Alea sudah mengorbankan kehidupan cintanya demi ambisinya. Tak terasa Aiden berkaca-kaca mendengar semua perkataan Alea kemudian kembali mendekati Alea dan berusaha memeluknya.

Alea menggeleng menjauh dari Aiden, menolak pelukan yang Aiden berikan.

"Maafkan aku, ini semua karenaku, jika aku tidak memintamu untuk menikah denganku, mungkin kau tidak akan sesakit ini, maafkan aku Alea." Jelas Aiden terus berusaha mendekati Alea

"Sekali lagi maafkan aku Alea." Ucap Aiden perlahan meraih tangan Alea.

Alea menatap Aiden kemudian memeluknya

"Aku mohon jangan berniat meninggalkanku dan jangan memintaku untuk meninggalkanmu. Aku hanya kesal karena kau telah mempermainkan perasaanku. Dan kenapa dia hadir disaat aku sudah bisa menata hatiku dan disaat aku sudah bisa membangun perasaan cintaku padamu. Aku hanya memikirkanmu Aiden, aku hanya ingin bersamamu, karena aku mencintaimu." Ungkap Alea tiba-tiba kemudian Aiden melepaskan pelukannya dan menatap Alea dengan menyahut

"Alea... Apa ini benar-benar....?"

"Iya, ini benar-benar ungkapan perasaanku, aku jatuh cinta padamu Aiden, aku ingin menjadi istrimu yang sebenar-benarnya?" Ungkap Alea.

"Tidak Alea, tidak boleh seperti ini, karena sebenarnya malam ini aku sudah berniat melamarmu dengan memberikan ini." Sahut Aiden kemudian mengeluarkan cincin yang ada di sakunya dan menyematkannya di jari manis Alea.

Aiden & AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang