Favian

13 3 0
                                    

.
.
.

Alea merebahkan badannya di tempat tidur, dengan menghela nafas ia bergumam

"Padahal baru sehari Aiden pergi, tapi kenapa sudah merindu seperti ini sih. Ternyata Aiden benar, kami benar-benar slaing merindu"

Alea berbaring miring dengan memeluk guling dan mencium dalam aroma Aiden yang menempel di guling.

"Aiden.. bisakah kau pulang lebih cepat? Aku ingin sekali mencurahkan keresahanku sehari ini." Gumam Alea

Alea bangkit dan memeriksa ponselnya

"Kenapa kau belum juga menelepon?"

Alea sempat terkantuk sampai dering ponselnya menyadarkannya.

"Sayang, apa kau sudah tidur?" Sapa Aiden di ujung panggilan videonya

"Ah hampir saja aku ketiduran, kenapa kau lama sekali." Keluh Alea

"Maaf sayang karena baru saja selesai meet dinnernya. Sepertinya kau juga merindukanku ya?" Sahut Aiden

"Tentu saja." Jawab Alea

"Andai saja kau ikut, pasti kita sudah melakukannya malam ini." Goda Aiden

"Melakukan apa..." Selidik Alea yang sebenarnya tau arah pembicaraan Aiden

"Berpelukan.. bukannya kau suka memelukku dan menciumi aromaku?" Balas Aiden mengalihkannya dan Alea tertawa kecil

Namun Aiden menyadari ada sesuatu yang dipikirkan Alea

"Alea apa ada sesuatu yang kau pikirkan?"

"Eh... Ah.. tidak ada.." Jawab Alea

"Kau yakin?" Selidik Aiden dan Alea mengangguk kemudian menyahut

"Aku hanya merindukanmu. Kau memang benar, aku sangat ingin memelukmu, namun apa daya hanya guling yang bisa kupeluk saat ini. Apa kepulanganmu bisa dipercepat?" Ucap Alea berharap

"Eh... Sudah sekangen itu padaku ya?" Ledek Aiden.

"Awas kau saat pulang nanti, akan kubuat kau merengek meminta padaku." Sahut Alea meledek

"Ampun... Istriku sudah berani mengancam ya sekarang." Balas Aiden membuat Alea terkekeh.
.
.

"Tidurlah, sudah sangat larut, bukannya besok kau ada workshop?" Saran Aiden setelah panjang lebar saling bertukar cerita.

"Baiklah.. kau juga segeralah istirahat, aku merindukanmu suamiku." Balas Alea

"Aku juga dan aku akan memimpikanmu. Mmuach.."
.
.
.

Sementara Favian terlihat merenung di kamarnya

"Andai saja aku memberikan kepastian pada Alea dari dulu, andai saja aku tidak berpikir idealis saat itu, andai saja aku sering memberinya kabar, mungkin aku tidak akan kehilangan cintanya. Ah.. semuanya hanya andai, hingga akhirnya penyesalan yang aku rasakan. Tapi yang penting sekarang Alea bahagia." Gumam Favian kemudian membuka laptopnya dan mencoba mencari tau tentang Aiden.
.
.

"Ternyata suami Alea memang bukan orang sembarangan." Gumam Favian lagi dengan terus membaca-baca info tentang Aiden

"Jika memang yang Alea ceritakan pada akhirnya terjadi, aku siap membantunya, mungkin ini caraku untuk menebus kesalahnku padanya. Alea harus bahagia." Gumam Favian
.
.

Di tempat tidurnya, Favian mencoba memejamkan mata namun sulit. Pikirannya kembali ke masa-masa SMA bersama Alea.

[Flashback]

Aiden & AleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang