Tiga Belas

60 2 0
                                    

    Di caffe depan kampus, rupanya Naren sudah menunggu, Levi-pun menghampiri Naren.

"Bang lo serius mau bantuin gue?"Naren menganggukan kepalanya ia menatap Levi dari atas hingga bawah...apa ini?penampilan Levi memang mengundang perhatian orang-orang bagaimana mungkin dia memakai gamis model kaftan berwarna Lilac dengan Rambut ungu-nya yang masih on-point.

"Anggep sebagai penebusan dosa karena bikin lo hampir mati"

"Astagaa bukan salah lo..."

"Tapi lo nggak nolak"Levi mendenggus dan mendudukan diri disamping Naren.

"Gue nggak mau kalo sampe ngulang semester lagi, ini aja gue udah ketinggalan sama yang lain yakali...."

"Lo nggak ada baju lain apa?!"risih juga melihat Levi memakai pakaian muslimah tersebut karena biasanya-kan Levi memakai pakaian terbuka.

"Nggak ada, udah akh buruan bantuin gue"

    Levi kira akan membosankan belajar dan menggerjakan tugasnya bersama Naren tapi nyatanya semua itu tidak terjadi justru menurut Levi ini adalah belajar juga menggerjakan tugas terseru yang pernah dialami-nya, berkali-kali Levi melihat parkiran, lalu pintu masuk tiap lonceng tanda pengunjung datang berbunyi berharap Boy masuk dan mencari dimana ia berada

Ctakkk

"Awhhh"Levi meringgis karena tiba-tiba saja mendapat sentilan di jidat dari Naren, tidak terlaku keras tapi cukup sakit.

"Bisa fokus?daritadi lo ngeliat ke luar mulu"Levi cemberut kemudian berusaha kembali fokus pada les yang Naren berikan.

"Lo tuh kaya kenapa bego banget?"meskipun baik, hangat dan menyenangkan tapi tak ayal jika Naren memang memiliki mulut yang pedas.

"Ya mana gue tau?emangnya gue minta buat jadi bego apa?"Balas Levi sambil cemberut.

"Gue juga heran kenapa gue bego sendiri padahal harusnya gue dapet gen pinter dadi Daddy sama Mommy gue"curhat Levi, ia dengar cerita dari Grandpa dan Daddy-nya jika baik Renatta ataupun Jordan mereka sama-sama orang yang pintar dan cerdas bahkan meskipun dulu Jordan bertingkah seperti dirinya tapi tak ayal jika Jordan memiliki banyak prestasi dibidang akademik maupun non akademik.

"Jangan-jangan lo....."Naren sengaja menggantungkan perkataan-nya, Levi malah berdecak kesal.

"Enggak yahh enak aja nihh buktinya muka gue mirip banget sama Mommy gue, terus kata Daddy mata gue juga mirip banget sama dia sama sifat gue juga Daddy banget"

"Enggak ah lo beda banget kok sama Tante Irish"Naren sengaja menyentil, Levi dibuat terdiam ia menghembuskan nafasnya lalu mengangkat bahunya.

"Seterah deh"

    Mereka kembali belajar, pelajaran itu dimulai dari pukul 11 Siang hingga pukul 4 sore semua tugas Levi yang meskipun deadline-nya besok sampai masih 2 minggu lagi akhirnya terselesaikan.

"Udah semua?ayo gue anter balik"ucap Naren setelah melihat Levi selesai membereskan barang-barang yang dibawanya.

"Nggak usah, gue bawa mobil...gue juga ada janji sama orang"

"Kalo gitu gue duluan"Levi mengangguk sebagai balasan dari pamitnya Boy.

"Nggak usah ngebut, kalo ada nenek-nenek mau nyebrang lo bantuin dulu"itu adalah bahasa rumit dari kata 'hati-hati di jalan' Naren berdehem setelahnya ia pergi dan keluar dari Caffe.

"Gila si...Boy?!"Bayangkan saja sudah 5 Jam Levi di Caffe ini tapi Boy tak kunjung datang, bodohnya lagi Levi malah tetap menunggu Boy hingga setengah Jam berlalu dan Boy masih belum kunjung datang.

The Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang