Chapter 4 - Dua Wanita

743 52 0
                                    

Persiapan untuk playoff Piala Asia 2023. Pertandingan pertama timnas Indonesia akan melawan Chinese Taipei. Hari ini mereka melaksanakan latihan di Stadion Madya, Senayan. Semenjak kedatangan coach Shin Tae Yong, Ridho dipercaya menjadi bagian dari timnas senior. Sebuah pencapaian tertinggi dalam kariernya untuk Timnas Indonesia. Mungkin kalau bukan karena coach Shin, dia masih bermain di kelompok umur saja. Disini Ridho termasuk junior. Banyak sekali senior-seniornya yang sudah malang melintang di Liga 1 atau bahkan di luar negeri ada dalam tim ini. Bagaimana Ridho tidak bangga berada di posisi sekarang. Masalah besok menjadi starter atau tidak itu urusan belakangan, karena berada disini saja sudah merupakan sebuah kebanggaan luar biasa. Latihan kali ini lebih banyak materi tentang fisik. Coach Shin memang sangat ketat mengawasi kebugaran dan fisik pemain. Baginya, fisik jauh lebih utama daripada skill, ya meskipun skill juga sama pentingnya tapi skill luar biasa tanpa diimbangi fisik yang mumpuni juga kurang pas rasanya.

Latihan ditutup dengan evaluasi seperti biasa. Setelahnya mereka kembali menuju ke hotel. Ridho masuk ke kamar dan mandi, bergantian dengan Ernando. Ridho sekamar dengan Ernando pada TC kali ini

"Ndo" Ridho memanggil
"Opo?" jawabnya (Apa?)
"Pie jawabe?" tanya Ridho sambil menyerahkan HP pada Ernando (Gimana jawabnya?)

Mereka sama-sama berasal dari Jawa. Bedanya Ridho dari Jawa Timur dan Ernando dari Jawa Tengah. Tapi memang mereka berdua lebih nyaman menggunakan bahasa jawa ketika ngobrol. Apalagi mereka sekarang sama-sama merumput di Persebaya. Dia juga rekan sekamar Ridho di mess Persebaya

"Opone?" tanya Nando (Apanya?)
"Iki penake dijawab pie?" (Ini enaknya dijawab apa?"

Nando memegang HP Ridho yang terbuka aplikasi whatsapp disana. Ada chat masuk dari Bella

Bella

Mas Ridho kata Papa lagi di Jakarta ya?
Nginep di hotel mana?
Aku mau kasih hadiah buat mas Ridho soalnya keren banget udah masuk timnas senior. Hebat

"Iki sopo?" tanya Nando (Ini siapa?)
"Anake salah satu wong manajemen ning agenku" (Anaknya salah satu orang manajemen di agenku)
"Hee? Kok iso? Pacarmu to?" (Hee? Kok bisa? Pacarmu ya?)
"Ora Ndo sumpah" (Enggak Ndo sumpah)
"Kok ngene? De e seneng awakmu?" (Kok kaya gini? Suka sama kamu?)
"Ora ngerti aku, Ndo" (Gaktau aku, Ndo)
"Pie to cah iki" (Gimana sih anak ini)
"Tolonglah, Ndo"
"Awakmu pengen jawab pie?" (Kamu maunya dijawab gimana?)
"Pengen ora wae. Tapi sing ora nyakiti atine de e pie, Ndo? Aku nembe males tenan ketemu-ketemu ngene iki" (Pengen enggak aja. Tapi yang gak menyakiti hatinya dia gimana? Aku lagi males ketemu-ketemu kaya gini)
"Wis angel angel. Sing duwe masalah asmara sopo sing repot sopo" (Duh susah. Yang punya urusan masalah asmara siapa yang repot siapa)

Hanya Nando satu-satunya harapan Ridho. Sungguh dia sedang kehabisan energi untuk membalas pesan Bella. Nando segera mengetik beberapa kalimat disana. Dengan matanya yang melihat keatas sesekali, mungkin berpikir akan menggunakan kata-kata apa

Bella

Mas Ridho kata Papa lagi di Jakarta ya?
Nginep di hotel mana?
Aku mau kasih hadiah buat mas Ridho soalnya keren banget udah masuk timnas senior. Hebat

Maaf ya, Bel
Lagi fokus ke latihan jadi gak bisa nemuin dulu. Ini juga lagi karantina ketat dan lusa harus berangkat ke Thailand

Oh gitu
Yaudah mas gapapa
Tapi nginepnya di hotel mana? Biar hadiahnya aku titip resepsionis aja, besok mas Ridho ambil kalo pas lewat

Wah gak usah repot-repot Bel
Disimpen aja
Next time aja kalo ketemu ya. Makasih

** ** ** ** **

Seluruh pemain dan official sedang berada di dalam bus menuju ke bandara untuk berangkat ke Thailand. Sampai di bandara mereka masuk ke waiting room. Seluruh rombongan sudah dibantu check in oleh salah satu official timnas. Setelah selesai pengecekan imigrasi mereka boarding menuju ke pesawat yang akan mengantar mereka menuju ke Buriram, Tahiland. Pesawat hanya diisi oleh pemain, pelatih dan official timnas saja. Tidak ada penumpang lain karena memang khusus disewa oleh PSSI agar mereka tidak perlu transit di Bangkok. Perjalanan akan menempuh waktu sekitar 3,5 sampai 4 jam jadi Ridho memutuskan tidur saja di pesawat untuk menghemat energi. Sampai di Buriram dan selesai pengecekan imigrasi mereka segera masuk ke dalam bus yang akan mengantarkan mereka ke hotel. Ridho duduk di bagian belakang bersebelahan dengan Ernando.

Mereka istirahat satu hari dan besoknya langsung memulai latihan. Latihan lebih terfokus pada taktik dan passing dengan intensitas yang tinggi. Seluruh pemain mengikuti latihan dengan penuh rasa semangat. Pelatih ingin lebih mematangkan formasi dan pergerakan antar pemain. Pertandingan akan berlangsung dalam 2 leg. Leg pertama pada tanggal 7 Oktober 2021 dan leg kedua di tanggal 11 Oktober 2021. Jika mereka sukses mengalahkan Chinese Taipei, mereka akan lolos ke babak kualifikasi Piala Asia 2023 mendatang. Semoga hasil postif bisa mereka raih.

Alhamdulillah mereka meraih kemenangan di leg pertama dan kedua yang mengantarkan mereka ke babak kualifikasi Piala Asia. Sebuah kehormatan untuk Ridho pribadi mendapatkan kesempatan ikut dalam tim ini. Meskipun dalam 2 laga ini dia tidak dimainkan tapi sebuah kebanggaan luar biasa juga untuk Ridho bisa mendapatkan pengalaman ini. Gol Witan di menit 90 + 3 menyempurnakan kemenangan mereka dengan skor 3-0 setelah leg pertama kemarin pertandingan berakhir dengan skor 2-1.

** ** ** ** **

Pemusatan latihan untuk melawan Australia sudah dimulai hari ini. Seluruh pemain U23 bersiap untuk berlatih di stadion Madya Senayan. Ridho turun dari lift hotel, berjalan santai sampai ada yang memanggilnya

"Mas Ridho" panggilnya
"Bella?" tanya Ridho kaget. Dia tidak menyangka Bella akan datang
"Aku mau ngasih ini sama mas Ridho. Sesuai janjiku" katanya
"Tau darimana aku disini?"
"Dari Papa, mas"
"Lain kali gak perlu kaya gini, Bel. Ngrepotin"
"Gak repot kok mas. Cuma kaya gini aja"
"Yaudah makasih ya. Aku mau latihan dulu"

Tiba-tiba Bella memeluk Ridho. Ridho terhuyung karena kaget dan tidak siap menerima pelukan Bella. Ridho segera melepaskan pelukan Bella. Pelukan itu memang tidak lama tapi membuat Ridho amat sangat kaget

"Semangat mas" kata Bella sambil tersenyum
"Maaf ya, Bel. Ini kan di depan umum. Ada baiknya kamu jangan seperti ini"
"Oh, sorry mas. Aku terbiasa seperti ini sama semua temen-temenku sih. Maaf kalo mas Ridho gak nyaman" jawab Bella sambil
melambaikan tangan santai

Ridho merasa terheran-heran. Bisa-bisanya dia seperti itu, aneh sekali memang anak itu. Terlalu agresif dan berani. Ini di depan umum, di depan banyak orang, apa maksudnya. Bisa disebut pelecehan kan ini? Ridho menitipkan hadiah Bella ke resepsionis, nanti akan dia bawa ketika sudah kembali ke hotel

Mereka berkumpul seperti biasa sebelum memulai latihan. Tapi sebelum mulai latihan mereka diberi sedikit pengumuman oleh Coach Shin melalui kak Jeje

"Ada dokter baru yang mulai saat ini akan menemani laga-laga kita selanjutnya. Dokter ini akan membantu dokter Ifran. Mungkin untuk pertama kalinya ada tim medis perempuan di timnas ya" ujar kak Jeje mengartikan kalimat dari coach Shin diikuti teriakan heboh dari anak-anak "Ada baiknya kita berkenalan terlebih dahulu supaya minimal kalian mengenal dan mengetahui namanya. Silahkan" kata kak Jeje mempersilahkan

Seorang permpuan muda berhijab masuk ke lapangan dengan kaos khas official timnas yang agak kebesaran, dengan manset hitam serta celana training panjang khas seragam official juga. Jilbab yang ia pakai rapi dan tetap sporty sesuai dengan kondisi. Tandanya dia mengerti dia sedang berada di lingkungan olahraga. Begitu dia mendekat, Ridho kaget, dia sangat mengenal perempuan ini. Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya

"Selamat siang semuanya. Perkenalkan nama saya Shabrina. Kalian boleh memanggil saya Ina. Saya yang akan membantu dokter Ifran dalam tugasnya mengawal timnas sepakbola. Mohon bantuannya" katanya lembut dan membungkukkan badan diikuti tepuk tangan meriah dari anak-anak

Dia Shabrina yang sangat Ridho kenal. Mana mungkin Ridho bisa melupakan wajah dan suara yang sangat dia kagumi itu. Meskipun penampilannya berubah karena memakai hijab, tapi Ridho masih sangat mengenalinya. Mata mereka bertemu, Ridho tersenyum padanya tapi entah kenapa dia memilih untuk memalingkan pandangan dan tidak membalas senyum Ridho. Apa dia lupa dengan Ridho?

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang