Chapter 79 : Keputusan Besar

323 33 13
                                    

Shabrina mulai menyadari kesalahan dan keegoisannya. Selama ini dia hanya sibuk memberi makan egonya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Ridho karena Ridho terlihat baik-baik saja. Namun ternyata ada banyak hal yang Ridho simpan sendiri demi menjaga perasaan Shabrina

"Kamu lebih penting dari siapapun yang pernah ada di hidupku, bahkan kamu adalah satu-satunya laki-laki yang bisa mengalahkan Papaku sendiri" kata Shabrina "Kamu itu duniaku. Kamu itu lelaki terbaik yang pernah aku temui, Dho. Mungkin jika bukan kamu, tidak akan ada yang sesabar itu menghadapi aku. Apa ada orang yang mau tetap menerima perempuan yang enggan menikah? Tapi kamu mempertaruhkan masa depanmu dan tetap bertahan sama aku bahkan sampai sekarang masih terus mencoba meyakinkan aku bahwa menikah denganmu itu bukan pilihan yang salah. Apa kamu yakin ada laki-laki lain yang akan menerima aku seperti kamu? Apakah menurutmu aku akan menggadaikan perasaanku untuk mencoba bersama orang yang baru padahal kamu sudah sempurna menjadi pasanganku?" tanya Shabrina

Ridho diam saja. Tidak menjawab. Namun kali ini, sorot mata Ridho sudah lebih tenang, sudah tidak terlihat pancaran penuh emosi seperti tadi. Shabrina menarik tangan kiri Ridho dengan kedua tangannya dan Ridho tidak menolak itu

"Aku minta maaf sudah mengecewakan kamu. Aku minta maaf udah bikin kamu mikir yang aneh-aneh. Tapi aku berani bersumpah, Dho, itu tidak terjadi seperti yang ada di penggalan video yang dikirim ke kamu itu. Memang waktu itu Nathan bilang dia suka aku, tapi suka dalam artian dia kagum karena aku masih muda, seumuran dia tapi udah jadi dokter. Dia juga sadar kalau dia gak boleh punya perasaan yang lebih sama aku karena aku ini pasanganmu. Dia tahu tentang itu, Dho. Dia juga mendukung hubungan kita kok. Waktu itu tuh habis pertandingan lawan Qatar. Jujur hatiku rasanya amat sangat berantakan setelahnya. Bahkan waktu itu kamu jauh lebih berantakan daripada aku kan, makanya aku gakmau ganggu kamu. Akhirnya karena suntuk di kamar, aku pergi duduk di taman nyari angin, awalnya sendirian sampai akhirnya Nathan dateng, cuma ngobrol bentar trus balik ke kamar masing-masing kok. Duduknya aja jauhan gitu lho. Kamu boleh tanya sama Nathan sendiri kalo kamu gak percaya sama aku"

Ridho segera menarik Shabrina dalam pelukannya. Ridho begitu takut Shabrina meninggalkannya lagi. Ridho selalu saja khawatir akan kehilangan Shabrina. Siapa laki-laki yang tidak tertarik dengan seorang Shabrina? Perempuan yang lemah lembut, santun, punya value yang tinggi, cerdas, ah terlalu sempurna.

"Aku berharap apapun akan kamu ceritakan sama aku, Na. Aku pengen tau dan pengen denger semuanya dari kamu sendiri, bukan dari orang lain. Aku pengen jadi orang pertama yang tau semuanya" kata Ridho sambil membenamkan wajahnya di pundak Shabrina "Aku pengen jadi yang paling penting di hidupmu. Entah tentang apapun itu, aku pengen kamu berbagi sama aku. Bahkan jika itu hal yang menyakitkan aku juga bersedia mendengar itu"
"Maaf ya sayang"
"It's okay. Mungkin memang kamu belum terbiasa untuk mengungkapkan atau menceritakan apa yang sedang kamu rasakan ya? Kamu terbiasa memendam itu sendiri kan selama ini? Aku harap mulai sekarang jangan ya. Aku gakmau kamu terlalu terbebani banyak hal"
"Aku masih belajar, dan semoga akan terbiasa"
"Pelan-pelan aja sih gapapa. Intinya, kamu sekarang kan punya aku. Aku gakmau kamu mikirin hal-hal yang memberatkanmu sendirian"
"Aku coba ya. Tapi jangan capek dengernya. Soalnya terlalu banyak yang aku pikirin"
"Salah satu alasan aku meminta kamu cerita sama aku itu ya biar kamu gak overthinking. Aku tuh gak tega kalo kamu sampai kepikiran suatu hal, bahkan ganggu aktivitasmu, atau malah bikin gak bisa tidur gitu. Aku gak tega sayang"
"Makasih ya udah khawatir" kata Shabrina
"Aku sayang banget sama kamu cantikku" kata Ridho
"Begitupun aku"
"Apa?"
"Ya sama"
"Apanya?"
"Iya aku sayang banget sama mas Edo" kata Shabrina dan Ridho tersenyum puas

Ridho segera melepaskan pelukannya dan menjalankan mobil lagi. Wajahnya sudah lebih sumringah dibandingkan dengan ketika awal bertemu tadi

"Sayang" panggil Shabrina
"Kenapa?"
"Entah kenapa ya gara-gara video tadi aku malah jadi kepikiran sesuatu"
"Apa?"
"Kira-kira siapa ya yang ngerekam itu dan ngirim videonya ke kamu? Tujuannya apa?" Tanya Shabrina dan Ridho juga baru menyadari ini "Entah siapapun yang merekam, menurutku ada beberapa kemungkinan di belakangnya"
"Kemungkinan?"
"Pertama, dia gak suka sama hubungan kita dan menjadikan Nathan kambing hitamnya. Dia pengen kamu menduga kalo aku ada sesuatu sama Nathan yang membuat kita salah paham dan kemungkinan terburuknya kamu meninggalkan aku. Kedua, mungkin dia pikir aku lagi deketin Nathan, jadi dia gak suka soalnya dia yang suka Nathan. Tapi menurutku kemungkinan yang pertama"
"Kok kamu bisa kepikiran gitu?" Tanya Ridho penasaran
"Aneh aja rasanya ada orang yang tiba-tiba ngerekam dan berhenti tepat di kalimat itu untuk dikirimkan khusus ke kamu. Gak masuk logikaku aja rasanya. Kalo dia suka sama Nathan tinggal konfrontasi aku aja kan? Kenapa harus bawa-bawa kamu? Kalo videonya cuma gitu kan kesannya malah jadi Nathan yang suka aku, bukan aku yang suka dia gak sih?"
"Masuk akal juga yang kamu bilang"
"Diantara kemungkinan-kemungkinan tadi, aku udah menduga ke satu orang sih"
"Siapa?"
"Orang yang pernah dibilang Azizah kalo dia itu susah ditebak dan bisa ngelakuin apa aja semau dia. Gak peduli apapun resikonya"
"Jangan suudzon dulu. Siapa tau cuma kebetulan" kata Ridho
"Masalahnya aku kan kemarin habis berantem sama dia, Dho. Dan ya gak bermaksud sombong tapi aku yang memenangkan duelnya kan? Mungkin harga dirinya terluka?"
"Kalo karena kejadian kemarin itu, dapet darimana dia video kamu sama Nathan sayang? Itu kan video lama?"
"Mungkin dia udah menyiapkan amunisi-amunisi, sengaja aja mau nyari-nyari ribut sama aku atau kamu juga"
"Udah udah. Kita mikirnya yang positif aja sekarang biar ngaruhnya ke hubungan kita juga positif. Yang paling penting di hubungan ini kan antara aku dan kamu. Kalo hubungan kita udah kuat, mau badainya sekencang apapun kan gak bakalan goyah" kata Ridho

Ridho pelan-pelan menjalankan mobil berkeliling kota Surabaya, sambil menggenggam tangan Shabrina

"Sayang" panggil Shabrina lagi
"Dalem" jawab Ridho sambil masih menyetir
"Nikah yuk" kata Shabrina

Ridho yang kaget tiba-tiba mengerem mobilnya. Mereka berdua hampir saja terhantam dashboard mobil. Untung saja jalanan sedang sepi jadi mereka tidak juga tertabrak dari belakang

"Hati-hati, Dho" kata Shabrina
"Kamu serius sama ucapanmu tadi?"
"Ya masa nyuruh kamu hati-hati gak serius sih"
"Bukan bukan" kata Ridho sambil geleng-geleng kepala "Yang sebelumnya"
"Yang mana?" Shabrina pura-pura tidak tahu
"Kamu serius mau nikah sama aku sayang?"
"Ya serius dong. Emang kamu udah gakmau ya?"

Ridho tidak menjawab tapi segera membawa Shabrina ke dalam pelukannya lagi. Ridho betul-betul tidak menyangka akan mendengar perkataan itu sekarang. Dia kaget sekaligus benar-benar bahagia dalam waktu yang bersamaan

"Aku menunggu saat seperti ini datang dalam waktu cukup lama dengan sabar. Akhirnya sampai juga" kata Ridho sambil mengusap kepala Shabrina "Kenapa tiba-tiba kamu berubah pikiran sayang?" Ridho melepaskan pelukannya
"Waktu kemarin kamu gak ada kabar itu rasanya duniaku berantakan, Dho. Apalagi denger rasa kecewamu ke aku barusan, hancur rasanya hatiku. Akhirnya aku sadar bahwa aku gak bisa hidup tanpa kamu. Aku bener-bener takut banget kehilangan kamu. Dan sebelum pelet yang aku pasang di kamu habis, aku harus menjebak kamu dulu nih sekarang"
"Udah pinter ngelawak ya" kata Ridho sambil mencubit pipi Shabrina "Kamu udah yakin bersedia untuk menikah?"
"Satu juta persen yakin kalo nikahnya sama kamu" jawab Shabrina
"Bener ya? Aku udah gak nerima revisi keputusan lho" kata Ridho sambil mengusap kepala Shabrina
"Intinya aku mau nikah kalo sama Rizky Ridho Ramadhani, kalo sama yang lain, aku gakmau"
"Seneng banget aku dengernya sayang" kata Ridho sambil mengusap pipi kiri Shabrina "Kalo gitu, kamu harus denger cerita ini dulu"
"Apa?"
"Aku tuh ada keinginan pribadi. Dari dulu, aku maunya menikah kalo mbak Zela udah menikah. Karena melangkahi kakak perempuan tuh kok berat rasanya. Dan alhamdulillah kok pas banget ini takdir yang dikasih Allah. Baru aja kemarin mbak Zela izin sama Ayah sama Ibu mau menikah tahun ini"
"Oh ya? Ngepasin banget. Mbak Zela kapan?" jawab Shabrina
"Belum tau pasti. Tapi kayanya secepatnya sih, soalnya Papanya mas Nanda udah sepuh dan sakit-sakitan. Keluarganya mas Nanda pengen mereka segera menikah. Kalo kita setelah mbak Zela gapapa kan sayang?"
"Gapapa banget dong. Kan kamu juga harus ketemu Papa sama Mama dulu"
"Kamu mau kapan aku dateng ke rumah buat memperkenalkan diri sama Papa sama Mama?"
"Aku pikir dulu kapan waktu yang tepat. Nanti aku ngomong dulu sama Mama dan Papa baru kamu ke rumah ya"
"Siap. Pokoknya gimana baiknya, intinya aku siap kapan aja ke rumah. Mau nanti sore nikahin kamu juga aku siap" jawab Ridho lagi dan Shabrina tertawa
"Sudah sesiap itu?"
"Sudah sejak pertama kali aku pengen nikah sama kamu itu aku siap, Na"
"Gak masalah kalo nanti punya istri yang gak bisa ngerjain kerjaan rumah, gak bisa masak?"
"Duh, sayang ini tangan mulus dan cantiknya kalo sampai kena debu sama kapalan karena megang pisau, apalagi kalo sampai kena panci panas, duhh sayang banget" jawab Ridho sambil mengusap tangan Shabrina yang pada akhirnya membuat mereka berdua tertawa

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang