Chapter 30 : Pulang

584 45 0
                                    

Setelah hampir 7 bulan berada di Jakarta, menemani dan mengikuti agenda timnas yang cukup padat, akhirnya Shabrina memiliki waktu libur yang lumayan panjang. Kurang lebih 1,5 bulan sebelum kembali bersiap untuk agenda terdekat yaitu piala AFF 2022. Seluruh pemain timnas sudah kembali ke klub masing-masing minggu lalu dan hari ini giliran tim official yang mendapatkan rehat. Coach Shin dan beberapa jajarannya memutuskan untuk kembali ke Korea, pulang kampung. Dan Shabrina juga memutuskan untuk pulang ke Surabaya

Selama bekerja di federasi, Shabrina belum pernah pulang sekalipun. Dia menuju bandara. Sesampainya di bandara dan check in tidak lama kemudian panggilan boarding. Shabrina naik ke pesawat dan memutuskan untuk tidur. Lumayan 1,5 jam. Sampai di Juanda dia memesan taksi online dan pulang ke rumah. 1 jam berada di taksi, kini Shabrina sudah sampai di depan rumahnya. Shabrina memencet bel rumah dan bibi yang membuka

"Ya Allah mbak" kata Bibi kaget kemudian Shabrina memeluknya
"Kangen Bi" kata Shabrina "Bibi sehat?"

Bibi tidak menjawab tapi justru menangis. Shabrina masih memeluk Bibi erat. Bibi adalah orang yang merawat Shabrina sejak lahir. Dan sudah bekerja selama 22 tahun di rumah. Baginya, Bibi adalah bagian dari keluarganya, bagian dari hidupnya juga

"Papa sama Mama belum pulang ya?"
"Belum mbak. Bapak belum pulang dari kemarin, mungkin ada operasi darurat. Kalau Ibu pulang jam 1 malem kemarin trus sudah berangkat lagi jam 6 tadi"

** ** ** ** **

Shabrina terbangun saat mendengar suara mobil Mamanya. Shabrina segera cuci muka ke kamar mandi dan keluar kamar

"Ma" panggil Shabrina yang melihat Mamanya duduk di meja makan, menikmati jus buah buatan Bibi
"Ya Allah, Nik. Pulang kok gak bilang-bilang sih kamu" kata Mama sambil menghambur ke pelukan Shabrina
"Sengaja biar Mama kaget. Mama tumben udah di rumah?"
"Iya operasinya cancel. Udah makan belum kamu, Nik?"
"Belum, Ma"
"Jalan-jalan yuk trus nanti lanjut makan"
"Ayo"
"Mama siap-siap dulu ya. Kamu juga" kata Mama kemudian meninggalkan Shabrina naik ke lantai atas

Shabrina masuk ke kamarnya lagi untuk mandi. Setelah selesai dia membuka instagram untuk membunuh waktu tunggunya. Di tab explore muncul pemberitahuan akan ada launching tim Persebaya di Stadion Gelora Bung Tomo besok malam. Shabrina tertarik karena ada Ridho disana. Tapi dia ragu. Mana mungkin dia ke GBT sendirian? Dia sama sekali belum pernah ke GBT, apalagi menonton pertandingan Persebaya. Shabrina bimbang, di satu sisi dia ingin datang, tapi disisi lain dia ragu apa situasinya bisa dia kendalikan

Akhirnya dengan mengumpulkan seluruh keberanian, dia memesan satu tiket VIP. Berbekal pengalaman menemani timnas bermain dan duduk di tribun stadion, dia merasa cukup berani berada disitu sendirian. Lagipula ini adalah acara internal Persebaya dan bonek. Jadi rasanya sangat kecil kemungkinan bisa terjadi kerusuhan. Hanya saja dia harus lebih waspada dengan lingkungan sekitar

"Nik. Ayo" kata Mama dari luar kamar

Shabrina segera keluar kamar. Mengambil kunci mobilnya di gantungan

"Pakai si putih aja ya Ma. Sayang kan gak dipakai disini" kata Shabrina yang keluarganya pasti paham kalau Shabrina menyebut kata putih berarti itu mobilnya, karena mobil Papa berwarna hitam dan mobil Mama berwarna abu-abu
"Iya. Kesel juga Mama sama Papamu. Sok-sokan mau ngasih pelajaran sama anak tapi gak mikirin itu maintenance gimana. Ntar rusak kan sayang ya Nik"
"Udah, gitu-gitu juga suaminya Mama. Mama sendiri kan yang milih"
"Gak milih. Dijodohin. Gapapa sih, kalo gak sama Papa gak dapet anak cantik nan baik hati kaya Nonik kok"
"Malah jadi TMI"
"Apa itu?"
"Too Much Information"

Shabrina segera memanaskan mobilnya sebentar kemudian melajukan mobil ke Pakuwon Mall Surabaya, tentu saja atas mandat dari Ibu Negara. Sampai di Pakuwon Mall mereka segera turun dan Mama mengajak Shabrina jalan-jalan dulu sebelum makan. Mama membeli beberapa keperluannya dan Shabrina hanya mengikuti saja sampai mereka tiba di salah satu tempat makan sushi. Selesai memesan Shabrina dan Mama duduk berhadapan

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang