Chapter 52 : Shabrina

700 64 23
                                    

Setelah acara makan bersama mereka berpisah, Ridho dan Shabrina naik mobil sendiri, sementara mas Nanda mengantar mbak Zela, Ayah, Ibu dan Althaf ke apartemen. Shabrina merasa hatinya kembali penuh. Saat tadi air mata tidak dapat dia tahan keluar dari tempat asalnya, Ridho memberinya kekuatan dengan usapan lembut yang ia berikan, tidak lama kemudian mbak Zela bahkan Ibu Ridho juga ikut menenangkannya bahkan memeluknya. Sungguh, Shabrina merasa sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka saat ini

"Kok gak bilang sih kalo ketemu sama semua keluarga" kata Shabrina sambil bergelayut manja di lengan Ridho
"Namanya juga kejutan" jawab Ridho sambil mengelus kepala Shabrina
"Makasih ya. Seumur hidup baru sekali ulang tahunku dirayakan, aku bahkan lupa kalo hari ini hari ulang tahunku"
"Selamat bertambah usia, semoga hal-hal baik selalu menyertai kamu, jangan bosen ngadepin aku ya sayangkuuuu" kata Ridho kemudian memeluk Shabrina sebentar

Mobil melaju meninggalkan parkiran restoran menuju ke kosan Shabrina

"Papa sama Mama gak ngucapin?" tanya Ridho dan Shabrina menggeleng
"Aku gak pernah merayakan dan dirayakan, Dho. Papa dan Mamaku sibuk kerja, mungkin gak inget juga kalo hari ini ulang tahunku" mata Shabrina menerawang "Aku juga belum pernah merasakan kehangatan keluarga seperti dikeluargamu hari ini" Shabrina tercekat, dia tidak mampu meneruskan kalimatnya

Ridho melirik Shabrina. Matanya terlihat berkaca-kaca. Dia ingin membuat Shabrina bahagia di hari lahirnya, tapi kenapa justru jadi seperti ini?

"Nangis aja kalo mau nangis" kata Ridho sambil menggenggam tangan Shabrina erat

Seperti di perintah, air mata Shabrina tumpah. Ridho mengusap-usap tangan Shabrina

"Kok bisa ya ada keluarga sehangat keluarga kalian? Seperti gak ada jarak antara orang tua dan anak. Kalian bisa saling bercanda dengan nyaman dan tetap saling menghormati dalam waktu yang bersamaan. Kok aku gak pernah merasakan itu ya?" tanya Shabrina sambil sesenggukan

Ridho diam dan mendengarkan. Membiarkan Shabrina mengeluarkan semua kegundahan hatinya

"Aku memang memiliki orang tua yang masih lengkap, tapi rasanya aku seperti sendirian. Keluargamu terlalu cemara untuk aku yang seperti ini. Aku merasa gak pantas untuk kamu, Dho"
"Eh, gak boleh bilang gitu sayang. Aku gak suka ya kamu bilang kaya gitu"

Ridho menepikan mobil, menatap ke arah Shabrina yang masih menangis dan sibuk mengusap air mata yang tak berhenti mengalir di pipinya. Ridho merengkuh Shabrina ke dalam pelukannya. Shabrina justru menangis semakin kencang, sampai terisak, Ridho bisa merasakan kaos yang ia pakai mulai basah di bagian bahu oleh air mata Shabrina. Ridho hanya sibuk mengusap kepala dan pungung Shabrina saja, mungkin bisa memberikan kekuatan bagi Shabrina, pikirnya.

"Papa dan Mama mungkin tidak seperti Ayah dan Ibu yang punya banyak waktu untuk anak-anaknya, tapi Papa dan Mama tetap orangtua yang baik kan? Beliau berdua merawat kamu, memberikan fasilitas terbaik, menyekolahkan kamu di sekolah dan kampus terbaik, mendidik kamu jadi wanita yang luar biasa seperti ini. Tanpa Papa dan Mama, tidak akan ada Shabrina di dunia ini. Tidak ada Shabrina yang akan aku cintai dengan seluruh jiwa dan ragaku. Tidak akan ada Shabrina yang menjadi sumber penyemangatku" kata Ridho mencoba menenangkan Shabrina "Semua orangtua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mungkin keluarga orang lain terlihat lebih menyenangkan bagimu, tapi bisa jadi, keluargamu adalah keluarga yang diimpikan orang lain juga"

Shabrina masih menangis, tapi tidak sebanyak tadi. Tangisnya sudah mulai mereda

"Aku berniat memberi kebahagiaan di hari ulang tahunmu. Tapi kenapa justru malah kaya gini sih sayang. Maaf ya" kata Ridho

Shabrina melepaskan pelukan Ridho. Ridho segera mengusap air mata Shabrina yang banyak tumpah di pipinya. Ridho mengusap kepala Shabrina dengan lembut

"Aku bahagia. Aku bahagia banget bisa mengalami hal-hal yang baru pertama kali aku rasakan sama kamu. Maafin aku karena jadi se-emosional ini"
"Kamu punya aku, kalo ada apa-apa cerita semuanya ya. Jangan dipendem sendiri"

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang