Chapter 21 - Bara

555 34 0
                                    

Bara pulang dari hotel tempat timnas menginap penuh dengan amarah, jujur dia merasa harga dirinya diinjak-injak sekarang. Bella meninggalkan dia untuk mengejar laki-laki yang sama sekali tidak memiliki ketertarikan dengan Bella. Awalnya Bara pikir Bella meninggalkannya karena memang dia punya pasangan baru, seorang pemain bola, seperti yang dikatakan Okta. Tapi apa yang sebenarnya terjadi justru melukai harga dirinya. Bella meninggalkan Bara yang begitu mencintainya demi mengejar Ridho yang jelas-jelas menolaknya. Hancur perasaan Bara

Bara memang salah, dia sadar itu. Harusnya sejak awal dia selalu ada untuk Bella. Tidak hanya egois mementingkan urusannya sendiri saja, tapi sayangnya nasi sudah menjadi bubur. Bella sudah enggan bertemu dengannya lagi. Sesungguhnya Bara sangat mencintai Bella. Karena Bella adalah perempuan pertama yang mengejar Bara dengan begitu luar biasa. Bara merasa sangat dicintai dan dikagumi oleh Bella. Bella memberi asupan yang luar biasa untuk ego Bara yang ternyata justru membuat Bara lupa diri. Bara merasa Bella begitu mencintainya sehingga dia tidak memiliki kekhawatiran bahwa Bella akan meninggalkannya. Tapi mungkin memang benar, cinta itu butuh dipupuk, seperti sekarang, rasa cinta yang dulu Bella tunjukkan secara ugal-ugalan pada Bara menghilang begitu saja

Sampai di apartemen, Bara segera membuka laptopnya. Mencari informasi tentang Ina. Entah ini jahat atau tidak, demi mendapatkan Bella lagi dia akan menggunakan segala macam cara. Termasuk dia akan menggunakan Ina sebagai alat untuk membuat perasaan Ridho hancur. Seperti Ridho menghancurkan perasaan Bella dan Bara secara bersamaan. Bara akan menggunakan Ina sebagai alat untuk mengancam Ridho menjauhi Bella. SBara yakin, kalau Ridho tidak membuka kesempatan bagi Bella, Bella tidak akan seberani itu karena Bara tahu, Bella begitu mencintainya. Kalau Bella tidak digoda, pasti Bella tidak akan mudah berpaling. Bara tahu Bella agresif jika sedang mendekati laki-laki, dan dia tidak ingin Ridho luluh sama sepertinya dulu. Sebelum semua itu benar-benar terjadi, Bara harus menghentikannya segera karena hanya Bara yang berhak memiliki Bella

Bara mulai mencari-cari informasi soal Ina. Sampai ada satu artikel muncul, tentang seorang dokter baru yang menggantikan dokter lama di timnas sepakbola bernama Shabrina Faradilla. Bara membuka berita itu dan benar, foto yang terpampang di artikel sama persis dengan wanita yang Bara lihat kemarin, wanita yang disebut-sebut bernama Ina.

"Oh nama panggilannya Ina" gumam Bara

** ** ** ** **

Setelah memikirkan segala kemungkinan dan resiko, Bara memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Kalau dia ingin membawa Bella lagi ke dalam pelukannya, tidak ada pilihan lain selain harus pulang ke Indonesia. 

Bara sudah sampai di Soekarno Hatta. Dia sudah dijemput sopir Papanya. Dia masuk ke mobil yang akan mengantarnya ke rumah orang tuanya. Sampai di depan gerbang dia segera masuk ke rumah                                          

"Pak, tolong bawain koper saya ke kamar ya"
"Siap mas" jawab pak Sugeng

Bara masuk ke dalam rumah. Mencari-cari dimana Mamanya. Mengetuk pintu kamar Mamanya

"Ma, ma" panggil Bara 
"Halo" jawab Mamanya kemudian keluar kamar dan memeluk Bara
"Sehat, Ma?"
"Sehat. Udah ketemu Papa?"
"Belum, baru aja sampai. Papa dimana?"
"Di belakang kayanya, lagi ngasih makan ikan"

Bara dan Mamanya menuju ke kebun belakang. Papa memang ada di sana

"Pa" panggil Bara
"Eh udah pulang kamu. Udah menyerah di Singapura?"
"Bukan menyerah sih. Mau lanjut disini aja"
"Kirain nyerah. Udah mau Papa tawarin megang proyek di Bintaro"
"Gaklah. Ntar dulu. Aku masuk kamar ya"
"Sana istirahat" kata Mama

Bara masuk ke kamarnya. Tidak istirahat tapi memilih mencari informasi tentang Shabrina. Akhirnya dia menemukan akun instagram Shabrina. Tidak diprivat, lebih mudah baginya melihat-lihat feed instagramnya. Shabrina tidak cukup sering mengunggah foto di instagramnya. Tapi sekarang dia membuat story. Bara membukanya dan dia melihat Shabrina sedang berada di sebuah mall. Kesempatan bagus. Bara segera mengambil kunci mobil dan pergi, tanpa berpamitan dengan orang rumah. Hanya pak Sugeng yang heran melihat Bara pergi dengan terburu-buru. Bara memacu mobilnya secepat kilat, membelah macetnya jalanan ibukota. Dia berhasil sampai di Senayan City. Segera memarkir mobil di basement dan menuju lobby mall dengan tergesa. Dia membuka profil instagram Shabrina lagi, tapi tidak ada yang baru. Apakah Shabrina sudah pergi?

Bara mencari kesana kemari, tapi belum menemukan keberadaan Shabrina. Dia masih berkeliling mall sampai menemukan Shabrina sedang duduk sendirian di sebuah kedai kopi, sibuk dengan laptopnya. Bara meyakinkan diri untuk mencoba mendekati Shabrina. Dia segera masuk ke kedai kopi itu dan memesan minuman. Setelah minuman pesanannya ada di hadapannya dia segera menuju ke kursi di samping Shabrina

"Permisi ya mbak ikut duduk disini" tanya Bara
"Oh iya silahkan" jawab Shabrina singkat

Bara menyesap kopinya pelan-pelan, sambil memikirkan bagaimana memulai percakapan dengan Shabrina. Akhirnya terlintas di kepalanya untuk membuat skenario.

Bara berdiri dan sengaja menumpahkan kopinya yang mengenai celana Shabrina

"Astaga maaf mbak maaf" kata Bara sambil berusaha (akting) meminta maaf

Shabrina berdecak. Terlihat kesal

"Gapapa mas" jawab Shabrina sambil mengambil tissue dan mengelap celananya yang basah
"Duh saya gak enak sama mbak. Maaf ya mbak" katanya lagi
"Iya mas gapapa" kata Shabrina kemudian mengemasi barang-barangnya. Sepertinya Shabrina berniat pergi dari sini
"Mbak saya ganti aja ya celananya, saya beliin yang baru disini"
"Eh gak usah mas gapapa. Beneran kok" jawab Shabrina sungkan
"Tolong mbak. Saya bisa merasa bersalah seumur hidup kalo mbak nolak" kata Bara lagi

Shabrina sempat diam cukup lama sambil membereskan barang-barangnya

"Yaudah boleh deh mas" jawab Shabrina
"Mbak ukuran celananya apa biar saya cari"
"Bareng aja mas" kata Shabrina 

Akhirnya Bara berhasil jalan bersama dengan Shabrina. Bara mencoba menyamakan langkah kakinya agar bisa berdiri di samping Shabrina

"Oh ya namaku Bara. Mbak siapa?" kata Bara sambil mengulurkan tangan
"Shabrina" jawab Shabrina sambil membalas uluran tangan Bara
"Nama yang sangat cantik" kata Bara
"Terima kasih" jawab Shabrina

Bara mengajak Shabrina masuk ke salah satu toko baju yang lumayan branded. Tapi masih menengah ke bawah

"Pilih aja mbak yang mana yang mbak Shabrina suka"
"Apa aja mas, ikut aja kalo saya"
"Beneran mbak cari aja"
"Saya juga beneran mas, apa aja"

Akhirnya Bara mengalah, menyudahi perdebatan ini. Bara mengambil sebuah celana kulot warna krem

"Kalo yang ini gimana?" tanya Bara
"Boleh" jawab Shabrina
"Ukurannya?"
"M"

Bara menyerahkan celana dengan ukuran yang disebutkan Shabrina kemudian Shabina mencobanya. Bara duduk dan menunggu. Tidak lama kemudian Shabrina kembali

"Gimana mbak?" tanya Bara
"Ini aja mas"
"Oke" jawab Bara kemudian menuju ke kasir

Setelah selesai membayar Bara memberikan celana itu pada Shabrina. Shabrina masuk ke toilet wanita kemudian kembali ke tempat Bara berdiri menunggu dengan sudah mengenakan celana yang baru saja mereka beli

"Terima kasih ya mas. Maaf malah bikin mas Bara repot"
"Saya yang harusnya minta maaf soalnya udah bikin mbak Shabrina ribet gini"
"Gapapa mas. Kalo gitu saya permisi pulang ya"
"Eh mbak tunggu. Boleh minta akun instagramnya?"
"Boleh" jawabnya

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang