Chapter 88 : Tragedi

198 41 11
                                    

Shabrina semakin cemas karena merasa sangat terganggu dengan bayang-bayang orang yang mengikutinya. Bahkan dalam laga Persija melawan Persis saat ini juga Shabrina masih merasa diikuti. Setelah selesai pertandingan dan Ridho selesai beres-beres, Shabrina diminta segera menyusul

"Ridho" panggil Shabrina yang sudah melihat Ridho menunggunya di depan ruang ganti
"Balik?"
"Yuk" kata Shabrina lagi

Seperti biasa setelah pertandingan, Shabrina yang menyetir mobil. Di tengah perjalanan akhirnya dia memutuskan untuk berbicara pada Ridho

"Sayang" panggil Shabrina lagi
"Dalem sayang. Kenapa?"
"Akhir-akhir ini kok aku merasa kaya lagi diikutin dan diintai sama orang ya"
"Hah gimana?"

Ridho yang awalnya setengah rebahan langsung duduk karena kaget mendengar apa yang Shabrina ucapkan

"Diikutin gimana maksudnya?" tanya Ridho lagi
"Akhir-akhir ini tuh aku merasa ada yang ngikutin dan ngintai aku gitu lho. Kaya kelihatan dari ekor mata kalo ada yang ngikutin gitu. Cuma kalo sengaja dilihat tuh gak ada. Aku tuh cemas banget rasanya"
"Bentar-bentar. Udah berapa lama kaya gini?"
"Semenjak kita balik ke Jakarta kemarin, tepatnya semenjak kejadian sama Bella kemarin berarti"
"Berarti kemungkinan orang suruhan Bella sayang?"
"Dugaanku aja sih"
"Kamu masih rutin minum obatnya yang diresepin psikiater kan?"
"Masih kok"
"Aku khawatir anxietymu kumat lagi"
"Enggak sayang. Aku yakin banget berasa ada yang ngikutin. Bukan karena anxiety. Feelingku kali ini kuat banget kalo ini bukan karena rasa cemasku yang berlebihan"
"Kalo gitu kita harus waspada"
"Aku harus gimana ya? Gak tenang banget rasanya"
"Kalo saranku gini, sekarang intinya kamu jangan sendirian ya kalo kemana-mana. Mumpung Gita belum ada agenda di timnas putri, ajakin aja Gita kemana-mana. Trus jangan di tempat sepi sendirian. Mau itu pagi, siang terutama malem. Kalo ada apa-apa langsung telepon aku. Oke?"
"Oke" jawab Shabrina mantap
"Sering-sering kasih kabar ke aku apapun yang lagi kamu lakukan. Boleh juga share location biar aku juga bisa ngawasin kamu. Pokoknya kalo ada yang mencurigakan langsung hubungi aku. Jam berapapun itu. Setuju?"
"Siapppp bosss" jawab Shabrina nyaring, merasa tenang karena ada Ridho di sisinya
"Oh iya aku besok sebelum TC mau balik Surabaya bentar. Mungkin 2 sampai 3 hari aja disana"
"Acara apa?"
"Mau fitting buat acaranya mbak Zela. Cuma ada satu ganjalan nih"
"Apa?"
"Ibu minta aku ajakin Shabrina gitu, soalnya Shabrina juga udah dibikinin seragam sama kaya keluarga yang lain. Dan Ibu juga minta Shabrina fitting. Cuma ini masalahnya tuh Shabrina mau apa enggak kalo diajak balik ke Surabaya. Kan katanya Shabrina gakmau lagi pulang ke Surabaya. Kalo Shabrina mau sih besok sore mau aku ajak naik pesawat gitu" kata Ridho

Shabrina tersenyum mendengar ucapan Ridho

"Shabrina mah mau ya balik ke Surabaya kalo disana ada Ridho. Cuma kayanya tetep harus izin sama coach Shin dulu sih" kata Shabrina

Shabrina membuka ponselnya dan segera memencet ikon whatsapp, mengirim whatsapp meminta izin pada coach Shin dan untung saja coach Shin memberi izin dengan catatan maksimal 2 hari sebelum jadwal TC Shabrina sudah hadir di hotel

"Ayo naik pesawat" kata Shabrina
"Oke kita berangkat minggu malem dari sini. Balik kesini lagi Rabu malem ya"
"Okeeeee"
"Surabaya gak lagi menyakitkan kan?"
"Enggak. Selama ada Ridho juga di Surabaya"

** ** ** ** **

Shabrina sedang menunggu di lobby hotel. Dia dan Ridho sudah sampai di Surabaya kemarin malam. Siang ini mereka sudah janjian dengan penjahit yang Ibu pesan khusus untuk menjahit baju keluarga. Ridho juga bilang kalau Ibu dan Ayah ikut juga ke butik milik penjahit keluarga itu

"Permisi mbak. Sudah ditunggu di depan" kata satpam mengingatkan Shabrina
"Oh iya, terima kasih pak" kata Shabrina

Shabrina segera menuju mobil hitam yang sedang menunggu di lobby luar

Monofonir (Rizky Ridho Ramadhani)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang