30 : Berkisah.

1.9K 285 29
                                    

Hai Gengs! 

Lama tak jumpa. 

Semoga kalian menikmati ceritanya. 

Happy Reading. 

Jarak yang terbentang ribuan kilometer, perbedaan waktu yang lebih dari dua belas jam yang membuat siang dan malam tak lagi sama. Saat dia sedang bersiap menutup harinya, sang suami sedang bersiap untuk memulai harinya, tentu saja tak mudah untuknya. Butuh berhari-hari hingga Lea bisa merasa terbiasa, meski untuk jauh dari Dipta Lea masih terus belajar untuk membiasakan diri.

Drama mual, hingga tak bisa makan apapun yang berakhir dia dilarikan ke IGD juga harus dia lewati. Namun menyembunyikan perasaan adalah salah satu keahlian seorang Leanetta, hingga bahkan saat kondisinya terlihat begitu lemah sepeninggal Dipta, dia terus menyakinkan orang disekitarnya jika dia baik-baik saja. Bukan tanpa alasan dia melakukan itu karena tak ingin menjadi beban, terutama untuk Dipta. Seperti yang pria katakan saat melamarnya dulu, jika dia ingin memiliki pasangan yang saling berbagi beban bukan menjadi beban satu sama lain.

Senyumnya mengembang saat melihat suaminya tengah sibuk menyiapkan sarapan dari layar ponsel pintarnya. Ini adalah salah satu kebiasaan mereka selama LDR, saat Dipta sedang bersiap-siap untuk memulai harinya dan Lea hendak tidur atau sebaliknya.

"Sayang, tadi kamu habis periksa kandungan, gimana hasil? Dedek sehatkan?" tanya Dipta yang sudah kembali ke depan layar ponsel dia letakan di meja makan.

"Alhamdulillah, dia sehat malah aktif banget, ini aja dari tadi nggak mau diem," jawabnya sambil mengelus perutnya sudah terlihat buncit, karena kehamilannya sudah memasuki minggu ke dua puluh.

"Sayang banget aku nggak bisa rasain langsung."Raut wajah kecewa terlihat jelas sekali di wajah Dipta.

"Udah deh nggak usah lebay!"

"Bukan lebay, cuma aku merasa melewatkan momen terpenting dalam pertumbuhan anakku."

"Jangan terlalu sedih ya Mas, ini aku juga tadi udah konsultasi sama dokter tentang penerbangan jarak jauh, kata dokternya selama kandunganku sehat dan aku juga sehat, katanya nggak apa-apa."

"Yakin mau nyusul kesini sendiri?" Lea mengangguk antusias, bahkan dia juga sudah membeli tiket pesawat dalam minggu dan juga menyiapkan segala kebutuhannya, meski itu masih dirahasiakan dari suaminya. Dia berencana mengejutkan suaminya nantinya. "Aku jemput aja ya, nggak tega aku biarin kamu pergi sejauh ini sendiri."

"Aku tuh udah biasa kali kemana-mana sendiri." Bagi Lea bepergian sendiri bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan.

"Tapi sayang, sekarang beda. Kamu nggak sendiri, kemana-mana kamu bawa bayi." Terlihat jelas jika Dipta sangat mengkhawatirkan istrinya.

"Aku bisa jaga diri kok, percaya deh."

Dipta sungguh tak bisa mengalahkan istrinya. "Dasar keras kepala! Ya udah tidur sana udah malam kan di sana, jangan lupa minum susu dan vitaminnya."

"Jadi nggak apa-apa aku sendiri?"

"Kita bicarakan nanti lagi, sekarang matikan teleponnya. Letakan hp kamu minimal lima meter dari kamu tidur dan pergi tidur."

"Aaaaaaaaa ... masih kangen," rengek Lea, dia sekarang memang sering merengek seperti ini.

"Udah malam sayang, nggak baik tidur terlalu malam. Nanti aku telpon lagi ya." Seperti biasa Dipta selalu sabar menghadapi rengekan istrinya.

"Masalahnya nggak bisa nanti, aku mau datang ke acara reuni."

"Ah iya, besok ya acaranya. Kamu pergi sama siapa?" Dipta melupakan jika besok adalah hari ulang tahun salah satu universitas tempat dia mengajar, sekaligus tempat kuliah istrinya. Biasanya setiap ulang tahun, kampus aka melakukan reuni akbar.

Your's Profesional WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang