Haii Geng!!!
Gimana kabar kalian?
Masih aman kan? Meski udah mau ganti tahun, tapi masih gini- gini aja?
Hehhehe
Happy Reading sayangkuh. ❤❤❤❤
Tangan itu dengan terampil menata baju-baju yang sudah dia pilih ke dalam koper berukuran besar. Ini pertama kalinya mengisi koper orang lain, perutnya memang belum terlalu terlihat membesar, tapi sudah cukup membuatnya terasa kurang nyaman saat duduk di lantai terlalu lama. Beberapa kali dia terlihat merubah posisinya, padahal dia baru menyusun setengah isi koper.
"Biar aku saja yang lanjutin," ujar Dipta yang menyadari ketidaknyamanan istrinya.
"Ini juga udah mau selesai." Lea dan keras kepalanya adalah dua hal yang sulit dipisahkan.
"Ya udah gini aja, biar kamu lebih nyaman." Dipta mengangkat koper miliknya dan meletakkannya di atas sofa.
Lea tersenyum tipis. "Ada aja idenya."
"Sayang, kamu yakin nggak apa-apa aku tinggal?" tanya Dipta entah yang sudah ke berapa ratus kalinya.
"Nggak apa-apa, nanti juga aku nyusul kok," jawab Lea dengan santainya.
"Kayanya kamu semangat banget pisah sama aku, kamu pasti ...."
Wanita yang baru usai menata isi koper Dipta hanya merotasi bola mata jengah, dia sudah hapal apa kelanjutan apa yang akan suaminya ucapkan. "Aku nggak ada niatan cari cowok lain yang lebih muda," potongnya yang membuat Dipta mendengus. " Lagi pula siapa yang mau sama wanita yang perutnya kaya gini," lanjutnya sambil menunjukan baby bump-nya yang sudah mulai terlihat.
Dipta menghela napas berat, lalu memeluk Lea dari belakang. "Aku pasti bakal kangen peluk kamu kaya gini, kangen cium kamu kaya gini." Dipta menciumi seluruh bagian wajah Lea. "Kangen dengerin cerita random kamu sebelum kita tidur ...."
"Kan bisa telepon, bisa video call juga." Seperti biasanya Lea menanggapi sikap Dipta yang sedikit berlebih dengan datar, seolah perpisahan mereka bukan susuatu hal yang besar.
"Sayang, sebenarnya kamu cinta nggak sih sama aku?" tanya Dipta yang mulai kesal dengan semua respon Lea.
Lea mengedikkan bahunya"Nggak tau," jawabnya dengan enteng.
"Ahhhh, harusnya dari awal aku sadar diri, kamu mau nikah aku juga terpaksa, karena sayang sama dp vendor yang bakal hangus."
Dipta yang rasional dan mengedepankan logika entah pergi kemana jika sudah membahas hal seperti ini. Bahkan sejak Lea hamil, suaminya itu jadi jauh lebih sensitif, padahal yang mengalami banyak perubahan hormon itu adalah dirinya. Lea tak ingin bertengkar dengan suaminya, terlebih malam ini adalah malam terakhir sebelum mereka melakukan hubungan jarak jauh untuk beberapa waktu, memutuskan untuk berhenti menggoda suaminya. Dia berbalik dan memeluk suaminya menyandarkan kepalnya di dada bidang suaminya.
"Terlepas dari aku yang merasa sayang dengan DP vendor yang bisa hangus, aku nggak mungkin menerima lamaran kamu jika aku tidak menginginkannya. Waktu itu aku memang belum mengakui jika itu cinta, tapi aku punya keyakinan jika nggak apa aku menikah meski belum ada perasaan, karena kamu orangnya ...."
"Kalau sekarang gimana?" Dipta memotong kalimat Lea, dia ingin mendengar inti dari pembicaraan Lea.
"Menurut kamu, kalau aku nggak ada perasaan sama emang bisa aku sampai kaya gini?" Lea menarik tangan Dipta untuk mengelus perutnya. "Mungkin kamu nggak tau, tapi aku bukan wanita yang mau disentuh sama orang yang nggak aku sukai." Lalu Lea menuntun tangan Dipta dan meletakkan di dada sebelah kiri. "Sejak dulu, dia selalu berdebar lebih kencang tiap dekat sama kamu."
![](https://img.wattpad.com/cover/355388101-288-k903767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your's Profesional Wife
Любовные романыBerawal niat baiknya untuk membantu sahabatnya, hidup Leanetta yang sudah tenang harus kembali jungkir balik. Semua dimulai saat Anantasia yang berprofesi sebagai pacar sewaan tiba-tiba terserang diare tepat sebelum janji temu dengan klien yang aka...