24

755 92 9
                                    

Beberapa jam sebelumnya.

Akhirnya [Name] tersadar. Sudah lima hari dirinya tidak sadarkan diri. Sarah dan Reza lantas berlari untuk memeluk temannya. Mereka memeluknya dengan erat.

Sarah dan Reza sangat bersyukur kalau temannya sudah sadar. [Name] tersenyum. Ia sangat berterima kasih kepada mereka, karena sudah merawat dirinya yang dalam keadaan pingsan.

Detik itu [Name] merasakan pusing. Membuatnya mendorong kedua temannya dan memegang kepalanya yang sakit. [Name] meringis, ada sesuatu yang mencoba untuk keluar.

Sarah terkejut. Gadis berambut putih itu bergerak untuk menenangkan [Name]. Memberikan minuman yang dapat menenangkan temannya. [Name] meminum air tersebut lalu rasanya sudah kembali tenang.

Reza menatap khawatir. Ia berjalan mendekat lalu merendahkan tubuhnya. Memperhatikan [Name] dari bawah. Kedua matanya mulai menyipit, tatapan matanya menunjukkan tatapan khawatir.

"Kau kenapa [Name]?" Reza bertanya. [Name] tersentak, matanya melirik kearah Sarah yang berada didekatnya.

Sarah menekukkan kedua alisnya. Memegang pinggangnya. "Ha'ah! Kena jelaskan pada kami"

"Korang berdua tau kan aku keturunan Oceanapia. Nah kuasa airku nih hilang kawalan, hehehe" Sarah tidak yakin dengan itu. Tapi itulah adanya.

"Apa karena Grantasu?" tanya Sarah sekali lagi. [Name] tersentak, ia kembali mengingat pertarungan dengan Grantasu saat itu. Perasaanya sakit ketika harus melihat sosok robot sang Ibu.

Ia tidak sanggup untuk melawannya kalau seperti ini. Apalagi, jiwa sang Ibu ada disana. Hanya jiwanya saja. [Name] menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Kedua tangannya gemetaran. Ia sedikit terisak disana. Sarah dan Reza saling menatap satu sama lain. Sarah memberikan kode kepada temannya untuk keluar dari ruangan ini untuk sekarang. [Name] butuh waktu sendiri.

"Okelah. Kalau ada apa-apa cakap je, oke?" [Name] mengangguk. Lalu merasakan usapan lembut yang diberikan oleh Reza diatas kepalanya [Name].

Gadis berkerudung maroon itu lantas menunduk. Merasa bersalah kesekian kalinya kepada Sarah. Sarah menghela nafas panjang, ia dapat menebak apa isi pikiran temannya itu. Sarah langsung menyeret bagian kerah belakang Reza.

Reza berteriak karena merasa tercekik. Sarah memasang muka malas lalu tidak mempedulikan semua omelan dari laki-laki tersebut. [Name] sedikit tertawa dengan tingkah kedua temannya.

Set

Pintu kembali tertutup. Sekarang ia sendirian didalam ruangannya. Gadis itu menundukkan pandangannya, menutup mukanya menggunakan kedua tangannya.

Kilasan ingatan ketika sang Mama datang untuk mencekiknya barusan kian menempel diingatannya. Ia jadi takut ketika bertemu robot berwujud Mamanya. [Name] sangat takut. Takut harus melihat orang yang sangat kita sayangin menjadi robot dan harus melawannya.

Sialan.

Itu yang barusan gadis itu pikirkan. Ia mencoba menenangkan dirinya terlebih dahulu. Ia harus bisa mengendalikan dirinya sendiri. Perasaanya tidak karuan. Setiap mengingat kejadian itu membuatnya terus ketakutan dan menajdi hilang kendali.

[Name] melebarkan kedua matanya ketika merasakan rasa sakit yang terus menusuk didalam tubuhnya. [Name] memegang area dadanya, meremas pakaian yang ia gunakan.

"Tidak.. Jangan sekarang" [Name] berguman. Keringat dingin menetes hingga membasahi lantai. Tubuh gadis itu mulai lemas dan berakhir terjatuh kebawah.

Bruakh

[Name] masih tersadar. Ia tidak ingin membuat keributan. [Name] bersyukur kalau kedua temannya tidak mendengarnya.

Wajah gadis itu semakin pucat. Dengan lemas ia mulai menggapai tempat tidurnya, dan menaikinya. Ia membaringkan dirinya diatas kasur, lalu memejamkan matanya dengan rapat. Setidaknya ia harus menahan rasa sakit ini untuk kesekian kalinya, semenjak keberadaan kekuatan Air Oceanapia, membuat [Name] sering merasakan sakit di dadanya.

HIRAETH (BOBOIBOY X READER) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang