20
Gedung asrama lantai 5.
Aku memulai pencarianku dari lantai paling atas lalu nantinya akan menyusur ke lantai bawah. Begitu rencananya.
Lorong lantai 5 masih sama lenggangnya seperti tadi malam. Aku membukai kamar yang berjajar di lorong satu persatu. Menelisik tiap ruangan yang berdebu dan hanya dibersihkan apabila ada penghuni baru. Mungkin Karma terjebak suatu masalah, semisal pihak balai mencarinya karena urusan serum biovitamin, sehingga Karma harus bersembunyi di sini.
Mungkin saja, apa pun mungkin terjadi di sini, termasuk kalau ternyata Karma sebenarnya sedang bersenang-senang di suatu tempat sambil menghisap rokok. Atau minum alkohol, atau sedang tidur di kamar salah satu gadis penghuni baru Balai Pelatihan Perempuan Santa Carla. Perempuan yang bisa memujinya setiap saat. Tidak sepertiku.
Sementara aku dan Diandra sibuk mencemaskannya dan mencarinya di dalam kamar kosong, kamar mandi dan di bawah tempat tidur berdebu gedung asrama.
Kalau itu benar-benar terjadi, aku bersumpah akan menambah jahitan di tulang pipinya, dan membuat wajahnya semirip mungkin dengan tokoh Kenshin dari film kartun berjudul Samurai X.
Benar dugaanku soal menyampaikan perasaan padanya. Kalau aku tak mengakuinya, dia akan mencariku terus. Lalu kemarin, ketika aku sudah mengakuinya, dia malah menolakku.
Mungkin memang benar, kalau manusia dibekali dengan insting berburu lebih tinggi dari insting untuk menetap dan tinggal. Sial sekali. Padahal aku benar-benar menyukai perempuan eksibis itu. Membayangkan cara dan sikapnya saat menghadapiku, ah!
Aku memutuskan untuk membuang pikiran-pikiran kotor itu untuk sementara dan mengupayakan cara yang lebih cepat untuk menemukannya.
Semua kamar di lorong sudah kugeledah. Kecuali kamar milik Karika yang terletak di ujung. Sepagi ini tentu pemiliknya sedang latihan di ruang gimnastik.
Tak masalah jika aku masuk sebentar. Hanya untuk mengecek. Lagipula tidak ada kamar asrama yang terkunci. Dan Karika tak akan keberatan. Diandra bilang kalau Karika tidak setuju dengan rencana Ibu Margot. Artinya kami ada di sisi yang sama. Artinya dia tidak akan keberatan jika aku masuk.
Aku sibuk meyakinkan diriku sendiri, sambil memegang gagang pintunya, sepersekian detik aku tertegun karena mengingat peristiwa tadi malam.
Pikiran tentang keterlibatan Karika dalam eksperimen ini masih menjadi pertanyaan buatku, sebenarnya. Aku memang mendengar sendiri kalau dia, keberatan dengan rencana Ibu Margot tentang eksperimen ini.
Mengenai spesialisasi profesi, ia tentu seorang yang memiliki integritas tinggi terhadap pekerjaannya. Tapi dari sekian banyak orang yang berprofesi di bidang sains, ahli sains, ilmuwan, dan sebagainya, kenapa Ibu Mergot memilih Karika? Kenapa bukan seorang genetic engineer? Kenapa bukan seorang ilmuan?
Sedang, dari ceritanya semalam, Karika hanya seorang spesialis, sedang dalam masa tugas di sebuah panti rehabilitasi mental—kalau aku jadi Ibu Margot, dengan uang yang pasti lebih banyak dari yang dibawa Diandra tiap [ulang tugas, aku tak akan memilih Karika.
Apa benar Karika tidak memiliki andil apa pun selain keterpaksaan itu? Jika memang tak setuju dengan eksperimen itu, kenapa ia masih di sini? Kenapa ia tidak pergi. Lari (jika tidak memungkinkan untuk pergi dengan cara yang baik). Bukankah setiap pekerjaan memiliki kontrak? Apakah ia sudah dibodohi oleh kontrak kerjanya sendiri?
Benarkah ia tidak suka di sini? Ia terlihat menikmati, ia terlihat baik-baik meski sudah dua kali aku mendapatinya sedang bertengkar mulut dengan Ibu Margot. Ini semakin aneh buatku.
Dan Diandra, mengapa ia begitu paham? Mengapa ia begitu membela Karika yang orang baru di sini? Tidak adakah yang bisa menjelaskan padaku sejak awal tentang ini? Sehingga aku tidak terlihat bodoh sendiri?

KAMU SEDANG MEMBACA
7. Sembilan Belas GXG (END)
Romance18+ Siapa pun yang ada di sini, jika sedang sial, ketika tiba akan ditempatkan sekamar dengan seorang perempuan yang diduga, telah membunuh neneknya sendiri. Atau seorang kleptomaniak, atau seorang sosiopat yang terobsesi pada pisau, atau sesederhan...