Helaian nafas yang cukup panjang mengisi keheningan di ruangan itu.
Jaemin mencoba mengatur emosinya agar tidak menjadi sesuatu yang membuat orang lain tidak nyaman karena suaranya."Jisung-ah." Suara Jaemin terkesan cukup kasar ya.. meskipun terdengar pelan saat dia memanggil Jisung yang dengan lahapnya memakan sebuah ramyeon kesukaannya.
Jisung sama sekali tidak memperhatikan Jaemin datang, dia terkejut setelah Jaemin memanggilnya.
"Ya ampun! Hyung membuat kaget... Kau sudah kembali" Jisung tidak berniat menyembunyikannya dari Jaemin, Jisung hanya berhenti menyeruput mienya, menunggu sampai Jaemin pergi dari hadapannya.
"Tidak.. Apa ini?! Kamu makan ramyeon lagi?!" Ucap Jaemin yang mulai tidak santai untuk membiarkan Jisung.
"Uh, haha.. Ini sangat enak, Hyung ingin mencobanya?"
"Apanya yang enak?! Jika ibumu tahu kamu hanya makan mie dia pasti akan sangat khawatir dengan kesehatanmu!."
Meskipun Jaemin menggerutu pada Jisung dia masih berjalan menghampiri Jisung untuk mencoba ramyeon yang jisung makan karena kebetulan Jaemin belum sempat memakan sesuatu yang lain selain kopi. Jaemin merasa lapar namun sangat malas untuk memesan apalagi memasak langsung sekarang.
"Hehe,, ibuku tidak akan tahu selama tidak ada yang mengatakannya pada dia"
"Bagaimana hyung? Enak?"
"Ugh!! Ini memang enak, tapi kamu tetap harus berhenti makan mie seperti ini, lambungmu tidak akan bisa mengatasi makanan seperti ini jika terus menerus" Ucap Jaemin
"Aku mengerti, tenang saja" Jisung meyakinkan Jaemin untuk tidak khawatir padanya dan berniat untuk melanjutkan makannya setelah Jaemin terlihat lebih tenang.
"Di mana Renjun?" Tanya Jaemin
"Dia di kamarnya. Mungkin dia tidur" Jawab Jisung
Mereka hanya berdebat ketika Jaemin kembali, Jisung memang melihat barang yang Jaemin bawa tapi dia belum sempat bertanya dan ketika Jisung ingat untuk bertanya Jaemin segera pergi setelah mendengar di mana Renjun berada. Membiarkan mulut Jisung menganga tanpa satu katapun dari suaranya yang keluar.
Jaemin pergi ke kamar Renjun, mengetuk 2 kali pintu kamarnya dan masuk meskipun tidak ada orang yang menginginkannya untuk masuk.
Pemanas ruangan di sana menyala dengan baik, sampai lantainya sangat menyengat di kaki Jaemin. Dengan seseorang yang terbungkus selimut dengan posisi tidur meringkuk ke samping tempat tidur.
Renjun tidur sangat nyenyak tapi karena demamnya suara dengkuran kecil tampak sangat jelas sekarang.
Jari-jarinya yang menyelinap ke luar selimut terlihat berdenyut di beberapa waktu.Dalam hati nuraninya dia tidak tega untuk membangunkan Renjun, tapi jika dia tidak makan dan meminum obatnya mungkin demamnya tidak akan mereda.
Jaemin menggosok tangannya agar tidak terasa terlalu dingin ketika dia ingin memeriksa suhu tubuh Renjun.
Suhu tubuh Renjun masih terasa panas di telapak tangan Jaemin,
Dia berlutut untuk dapat sejajar dengan tempat tidur Renjun.Jaemin memandangi Renjun yang tertidur seperti bayi di hadapannya.
Sekali-kali Dia kehilangan kendali matanya yang selalu tertuju pada bibir Renjun yang terlihat menggoda di dalam keinginan nafsunya.
Pikirannya melayang kemana mana ketika membayangkan bagaimana lembutnya Jika dia bisa mencicipi bibir manis Renjun.Untuk sekarang Jaemin segera menyangkal pikiran nakalnya itu kemudian meluruskannya ke sesuatu yang lebih baik.
"Ow! Itu pikiran yang berbahaya.." Dia bergumam pada dirinya sendiri ketika Renjun tertidur di depannya