Butuh waktu lama bagi Jaemin untuk menyadari mereka bertiga yang datang ke tempat syutingnya.
Di tengah-tengah ke asikannya mengobrol dengan Kim Ji In, Jaemin baru menyadari kalo Renjun berada di sana,
Dia berbalik ke arah Haechan dan Jeno yang berada tepat di hadapan Renjun.Deg!
Jantung Jaemin tiba-tiba berdetak sangat keras, ada beberapa kegembiraan yang tidak bisa dia jelaskan ketika melihat Renjun yang datang ke tempat syutingnya.
Ketika Jaemin melihat ke arah mereka, Jeno kebetulan melihat Jaemin juga di sisi lain.
Kemudian berseru untuk memanggil Jaemin."Oh! Itu Jaemin." Tangannya menunjuk ke arah Jaemin datang kemudian Jeno berteriak untuk memanggil Jaemin.
"Jaemin-ah!!"
Jaemin mengangguk untuk menerima panggilan Jeno.
Ji In juga melihat ke arah Jeno saat mendengar teriakannya.
"Siapa mereka? Teman satu group kamu?""Mmm," Jaemin berdehem sambil mengangguk untuk menjawab Ji In.
"Nuna, Aku... "
Jaemin tidak menyelesaikan apa yang ingin dia katakan, hanya menunjuk nya karena merasa tidak nyaman dengan Ji In jika dia pergi begitu saja.
Tapi Ji In sangat mengerti, jadi dia membiarkan Jaemin pergi tanpa merasa terlalu tidak nyaman.
"Pergilah.. Kamu tidak perlu berpikir jika ingin pergi.""Uh, Oke."
Jaemin bergegas pergi dari Ji In untuk menghampiri Jeno, Haechan, Dan Renjun.
Sayang sekali itu sudah terlambat ketika Jaemin datang.
"Sejak kapan kalian di sini?" Tanya Jaemin dengan ekspresi yang tidak dapat di sembunyikan kalo dia sangat puas dengan kedatangan mereka.
Renjun masih membelakangi Jaemin saat Jaemin datang, dan kemudian berbalik setalah Jaemin berbicara.
Ekspresi puas yang Jaemin tunjukan seketika hilang setelah melihat wajah Renjun yang begitu pucat, meskipun wajahnya sangat berantakan Renjun masih memaksakan senyumannya ketika melihat Jaemin.
"Injun-ah apa kamu baik-baik saja?" Tanya Jaemin khawatir.
Jaemin masih belum mengetahui situasinya sendiri, saat dia melihat Renjun
"Ha ha.. Aku baik-baik saja.."
"Kamu dari mana saja Jaemin-ah??, kita sudah menunggu mu sangat lama di sini. Kita bahkan sudah membagikan kopi untuk semua staf. Tapi kamu malah tidak ada di sini" Keluh Jeno
"Kopi?"
Jaemin terlihat bingung, dia melihat kopi yang ada di tangannya kemudian memerhatikan kopi yang ada di tangan Renjun.
Seketika dadanya seperti terhimpit sesuatu yang besar, nafas Jaemin seketika tersumbat dengan kepanikan yang dia rasakan.
Ketika Jaemin begitu panik, Renjun hanya terus mengalihkan pandangannya. Dia menghindari Jaemin namun tidak bisa mengalihkan pandangan tidak sukanya dari sosok Kim Ji In di tempat jauh yang ada di hadapannya.
"Renjun sudah membelinya khusus untuk kamu, dia juga sudah mentraktir semua staf kopi." Ucap Haechan yang bersemangat memberi tahu Jaemin kebenaran.
Jaemin awalnya hanya bengong, dia diam saja sambil melihat Renjun dengan kebingungan. Tapi setelah Haechan berbicara dia kembali pada dirinya sendiri kemudian berseru seperti semestinya Jaemin.
"OWW!! SUNGguh?!!.. Waw bayi kita...-"
Jaemin menghampiri Renjun untuk memeluknya dengan pelukan yang berupa pelukan ringan yang di lakukan sesama teman.
Sampai Haechan melanjutkan perkataanya, membuat Jaemin kehilangan pijakannya kembali karena Haechan.