03. Mencari Jupiter

26 2 1
                                    

Saya bertemu dengan seorang gadis bangsawan cantik berambut pirang bergelombang. Wajahnya sedih dan hampir meneteskan air mata ketika saya mempertanyakan perihal kakaknya yang hilang dan ditemukan meninggal dalam keadaan terpotong-potong.

"Saya tidak tahu pastinya, Tuan Jurnalis. Pihak Kerajaan juga tidak bisa menemukan bukti yang jelas sehingga kasusnya ditutup." Begitu penjelasan yang saya dapatkan.

"Ditutup? Begitu saja?" Saya kembali bertanya.

Wanita tersebut mengangguk pelan. "Pembunuhan berantai itu selalu terjadi setiap sebulan sekali dan tidak pernah menemukan titik terang. Ketika satu mayat diperiksa dan dicari pelakunya, muncul mayat berikutnya di bulan lain yang kemudian meninggalkan misteri yang sama."

"Sulit sekali, ya."

Mewawancarai keluarga korban dari pembunuh berantai tersebut agaknya membuat saya kesulitan dalam mencari tahu siapa terduga pelaku. Masalahnya korban jelas tidak akan mengetahui banyak perihal apa saja yang ada dalam penyelidikan dan informasi lebih lengkap tentang kejadian tersebut. Maka dari itu, pada hari berikutnya, saya menemui seorang informan yang bertugas menangani kasus internal kerajaan dan bertanggung jawab langsung kepada Yang Mulia Raja. Bisa dikatakan bahwa lelaki itu adalah tangan kanan raja saat ini.

"Cara membunuhnya tidak biasa. Antara satu korban dan korban lainnya dilakukan dengan sangat berbeda. Selain itu, pembunuh juga memilih korban secara acak di lokasi-lokasi yang berbeda. Jika bulan ini di kota A, bulan depan kota B, bulan depannya lagi kota C. Tidak terstruktur sehingga motif dan pergerakannya tidak bisa diprediksi." Sang tangan kanan Raja itu memberikan penjelasan.

"Apakah tidak ada kemungkinan meski itu hanya hal kecil untuk mengetahui pelakunya?" Saya bertanya dengan penasaran. Ini sudah berlangsung selama satu tahun lebih Kerajaan Roseria diteror oleh pembunuh kejam. Korbannya sudah ada empat belas orang dengan satu mayat di satu bulan. Sudah cukup berlangsung lama dan pelakunya masih belum bisa ditemukan.

"Jupiter. Pelakunya adalah Jupiter." Sang tangan kanan bersuara.

Jika hanya itu yang ia ketahui maka seluruh penduduk kerajaan juga tahu. Jupiter adalah nama samaran dari pelaku pembunuhan tersebut. Nama itu ditemukan pada secarik kertas yang diletakkan di samping mayat. Hanya satu kata itulah barang bukti yang ditinggalkan oleh sang pembunuh. Namun, pembunuhan yang dilakukannya sangatlah bersih sehingga tak ada bukti lain selain hanya sebuah kertas dengan nama.

"Kalau terus seperti ini, menurut Anda kira-kira seberapa lama Jupiter akan tertangkap?" Saya bertanya lagi sebab khawatir. Jika pihak kerajaan saja tidak memiliki cukup kuasa untuk melakukan pencarian dan penangkapan, mau berapa lama rakyat hidup dengan teror yang begitu mengerikan? Nyawa mereka bisa terancam kapanpun setiap bulan berganti. Siapapun bisa menjadi korban.

"Saya sendiri sudah memeriksa ke lokasi-lokasi pembunuhan dan bertanya pada bangsawan yang bertugas di area tersebut. Tetapi tetap saja tidak membuahkan hasil yang maksimal. Namun ...." Sang tangan kanan raja menjeda ucapannya, ia tampak berpikir.

"Namun?" Saya bertanya mengulang.

Lelaki yang menjadi lawan bicara saya saat ini mendongak, menatap lurus saya dengan serius. "Ada organisasi yang didirikan oleh bangsawan kerajaan di setiap daerah. Organisasi tersebut dijalankan oleh banyak bangsawan dengan satu orang pemimpin."

"Anda mencurigai organisasi tersebut?"

"Kami masih menyelidikinya sebab korban-korban yang ditemukan berasal dari daerah milik bangsawan yang tergabung dalam organisasi tersebut."

Saya rasa itu penjelasan yang cukup. Saya hanya perlu bertanya yang menjurus pada kesimpulan saat ini lalu mencatat hal pentingnya saja. Lantas, ketika kebutuhan wawancara saya sudah selesai, saya berpamit pulang.

Hanya berjarak berpuluh menit menggunakan kereta kuda untuk sampai di rumah saya. Kamar dengan dinding kayu sederhana menjadi tempat saya beristirahat saat ini. Pekerjaan saya adalah jurnalis berita. Sekarang saya harus memuat beritanya dan menyebarkan ke masyarakat.

Dalam hati, saya bersyukur tidak ada yang tahu mengenai Jupiter dan justru pihak penegak hukum istana mencurigai organisasi bangsawan. Baguslah. Dengan begitu mereka akan fokus pada organisasi bangsawan tersebut dan kesalahpahaman akan semakin berlanjut dan saya bisa menjalankan hobi saya tanpa diketahui sama sekali.

Perkenalkan, nama saya Jupiter, seorang lelaki dari kalangan rakyat biasa yang membunuh karena hobi. Sekarang merangkap sebagai seorang jurnalis untuk bersembunyi dan melihat perkembangan pencarian Jupiter yang adalah saya sendiri.

🍀🍀🍀

Penulis: _restiqueen_

Cerpen 3 Tema: A Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang