Tetesan darah merintik-rintik mengenai sepatu. Jantung berdetak jatuh menggelinding bersama genangan cairan darah. Lubang menganga pada dada menampakkan tulang rusuk hancur dan daging terkoyak-koyak. Tangan putus tulang patah berdenyut dan bergeleparan. Leher meledak tengkorak pecah kepala terhempas dengan mata memelotot dan lidah terjulur dan gigi tanggal.
Mayat hidup itu berhasil kalah berkat peluru daun dari air mata ibu. Air mata ibu tersenyum bangga seraya terus-menerus menembakkan peluru ke arah gerombolan zombi yang berdatangan. Tanaman sukulen dengan rantai daun bulat tersebut menari-nari melemparkan serangan.
Ia tak sendiri. Ada mickey microdasys merah berbentuk mirip centong berduri sebagai tameng sekaligus menusukkan duri-duri beracun kepada musuh, melambatkan gerak mereka dan menggerogoti nyawa perlahan-lahan, tetapi pasti.
Jangan lupakan sedum kuning, tanaman berbentuk daun-daun runcing melingkar menyerupai mahkota yang memproduksi matahari untuk menanam sukulen baru di halaman pertahanan dari rumah sang pemilik.
Berkat penyerang jarak jauh, tameng, benteng, serta sukulen suportif, rumah itu aman dari ancaman zombi pemakan otak manusia.
Sang pemilik adalah manusia. Orang terakhir yang bertahan hidup di apokalips pandemi disebabkan penyebaran virus perusak sistem pernapasan, yang lambat laun mengubah mereka yang sakit menjadi mayat berjalan.
Kerumunan zombi makin lama makin bertambah. Tak ayal air mata ibu kewalahan menghadapi musuh. Sukulen baru ditanam, ialah kaktus ekor tupai sepanjang beberapa meter, yang ambruk kemudian menimpa para mayat hidup yang tak sempat menghindar, meremukkan tubuh mereka sampai isi perut memburai, tulang-tulang hancur, daging terkoyak-koyak, darah berceceran, dan tangan serta kaki terpotong-potong.
Berikutnya ditanam kalanchoe bear paw, dengan daun besar menyerupai telapak beruang ia menghantamkan daun ke tanah, memukul mundur lawan sembari menghancurkan tubuh mereka.
Sang pemilik sinambung menanam tanaman lain seraya mengumpulkan matahari dari sedum kuning. Kerumunan zombi terus bertambah, seiring berjalannya waktu mereka bervariasi. Ada wanita bercepol yang suka mengeces dan meninggalkan genangan toksik bagi tanaman, ada pria bertubuh tinggi yang berlari cepat dan harus dibunuh cepat-cepat, ada perempuan berjas dokter yang menambah nyawa zombi lain sungguh menyusahkan. Ada yang mengendarai mobil dan menjadikan penyek tanaman, kelemahannya adalah sukulen ledakan seperti haworthia. Terdapat zombi raksasa menyerupai gargantuan yang melayangkan tiang listrik ke tanaman, dan saat nyawa banyaknya tinggal setengah, dia melemparkan zombi kurcaci ke barisan depan. Sungguh melelahkan.
Sang pemilik berhasil menyapu bersih para zombi. Kini halaman rumahnya penuh akan bangkai yang sudah tak berbentuk lagi. Potongan tubuh berserakan di mana-mana. Isi perut seperti paru-paru, hati, jantung, dan untaian usus memenuhi pemandangan. Lengan yang copot, tungkai yang lepas, kepala yang terpenggal, semua menyebar.
Para tanaman sukulen bersorak gembira dan bernyanyi dan menari, mereka adu telapak di udara merayakan kemenangan. Sang pemilik aman dari bahaya.
Kemudian gerombolan zombi datang lagi, kali ini mereka membawa berbagai macam benda. Kamera yang mahal beserta tripod, menggenggam mik, megafon, tongkat polisi, dan pistol. Masing-masing dari zombi melayangkan tatapan ngeri sekaligus marah, ke arah tumpukan onggokan daging dan ke arah pemilik yang bersembunyi di dalam rumahnya, dilindungi sukulen.
Tangan kurus ynag busuk dan berlubang-lubang melambai. Telapak kaki terangkat meninggalkan cacing-cacing di lantai, wajah yang hancur lebur menghasilkan suara. Sang pemilik merapalkan magis ke tanaman sukulen di halaman, membuat mereka berubah ganas dan menembakkan senjata.
"Angkat tangan! Anda ditangkap!" seru para zombi.
Sang pemilik lagi-lagi harus meghadapi serangan zombi.
🍀🍀🍀
Penulis: William_Most
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen 3 Tema: A Long Journey
Short StoryBuku ketiga dari Cerpen 3 Tema! Seperti biasa, akan ada 3 tema baru setiap bulan. Selamat membaca cerpen-cerpen keren dari para member FLC yang kece~