01. Jangan ke Sana

31 6 3
                                    

Clover dan Kuroba setidaknya hanyalah dua anak manusia yang terikat oleh hubungan darah. Mereka tidak menyadari, bahwa dalam diri mereka terdapat sebuah kekuatan yang dapat menghancurkan dunia, amat berbahaya dan berisiko apabila digunakan secara tidak sadar. Namun, terlambat. Pada hari ini, kedua anak tersebut akan menyaksikan betapa dahsyatnya kekuatan yang mereka miliki.

"Kak Kuroba, berapa delapan dikali delapan?" tanya Clover yang memakai jepit rambut bunga matahari. Ia dan kakaknya kini berada di halaman belakang rumah.

"Jawaban yang sama untuk hari sejak dimulainya petualangan kita, Dik!" jawab Kuroba dengan bangga.

"Dan sekarang, untuk dua pangkat enam, akankah kita bertualang di antariksa?" Mata Clover berbinar-binar.

"Ummm .... Seorang anak 6 tahun seharusnya tidak membahas perpangkatan di usianya. Dan, kita tidak akan menuju antariksa."

"Yah ...."

Kuroba menyeringai. "Tapi, kita akan menuju dunia Geometri!"

"Horeee...!" Clover bersorak gembira.

Lantas keduanya berlari menuju tengah halaman yang tiba-tiba menunculkan miniroket dengan pintu terbuka. Clover dan Kuroba pun memasukinya. Pintu menutup, lalu roket lepas landas.

Beberapa saat kemudian, roket tersebut terjun kembali ke bawah, maka dihantamlah tanah berbalut rerumputan hijau. Pintu membuka, mesin roket mati. Berikutnya Clover dan Kuroba keluar dan menjejakkan kaki pada tanah.

Tahu-tahu, pemandangan di sana telah berubah. Seperti dunia pada permainan terkenal di kalangan remaja, segalanya tersusun atas bagian terkecil berupa kotak, tetapi dengan warna yang bervariasi. Panorama berupa alam bebas bak dunia tak terjamah terkesan begitu indah.

Clover melihat sebuah bunga matahari raksasa yang cukup lucu karena bentuk dasarnya adalah kotak-kotak. "Kakak, lihat! Itu bunga matahari yang lucu!"

Dunia Geometri yang Kuroba sebut memang amat menakjubkan. Ada banyak bunga di sana, bukit rerumputan, awan pun berupa kotak.

Kala itulah sesosok makhluk menyerupai burung raksasa muncul di angkasa. Kepalanya berjambul, berleher putih, perut berwarna cokelat gelap, begitu pula sepasang sayap nan terbentang lebar, ekornya bergaris hitam. Burung itu terbang melintasi langit dan bayangannya cukup luas menutupi daratan. Matahari sampai tertutup, burung tersebut mengeluarkan suara nan melengking.

"Kakak, apa itu?" tanya Clover terkesima.

"Itu Garuda!" seru Kuroba.

Mereka berdua mengejar sosok raksasa di langit. Clover dan Kuroba bergandengan tangan berlari, harus menaiki bukit serta menuruni lembah. Tak ada yang bisa mengentikan mereka. Semangat mengejar Garuda terus membara. Bahkan sungai diarungi, hutan dilewati. Anak-anak yang hebat, bagaikan keberanian Garuda.

Saat mencapai pohon setinggi ratusan meter, tampak sarang burung besar di puncaknya. Garuda mendarat di sana, mengeluarkan suara melengking lagi.

"Kakak, kita sudah sampai!" Clover menunjuk dengan antusias.

Namun, Kuroba tak ada di sampingnya. Sosok sang kakak telah menghilang. Ia sudah berlari ke depan, meninggalkan sang adik. Mau bagaimanapun Clover mengejar, ia tak akan pernah dapat menyusul. Sosok yang ia susul terlalu cepat.

Tahu-tahu, Clover tersandung lalu menggelinding. Jurang di dasar amat dalam. Semak-semak mengiris kulitnya, dedaunan tajam menggeret sekujur tubuh, serasah mengotori pakaian pula wajah. Seisi dunia jungkir balik seiring ia terus berguling.

Ketika anak itu membuka mata, ia terbangun di kasur ruangan rumah sakit. Banyak orang-orang mengerubungi. Kala itulah Clover menyadari sesuatu.

Kuroba telah lenyap dari dunia.

Ia adalah anak yang energik dan ceria, buah hati kebanggaan orang tua. Saat itu adalah hari yang cerah, seperti biasa ia berangkat ke sekolah dengan semangatnya. Tidak ada yang aneh, semua tampak baik-baik saja. Namun, setelah jam pulang sekolah, ia tak kunjung berada di rumah. Ketika orang tuanya menelepon pihak sekolah, wali kelasnya berkata ia tak masuk kelas. Aneh sekali, bukan? Padahal anak itu sudah berpamitan kepada orang tua, tetapi ia tak hadir ke sekolah, maka ke mana? Rekaman kamera keamanan terakhir menyatakan anak itu pergi menaiki kereta di stasiun dan tak ada kabar lagi setelahnya. Sungguh anak yang malang. Anak yang malang.

Garuda membawa Kuroba pergi, ke negeri antah-berantah. Negeri penuh keberanian, yang tak akan bisa orang lain sentuh bahkan sang adik pun.

🍀🍀🍀

Penulis: William_Most

Cerpen 3 Tema: A Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang