02. juvita to jupiter.

22 3 0
                                    

"'Aku akan mencintaimu secara ugal-ugalan'. Apa maksudnya ugal-ugalan?"

Tedi yang juga tengah berkutat dengan ponselnya sambil memeluk lutut, menoleh aneh ke arahku. "Ugal-ugalan?" dia bertanya memastikan. "Kau mabuk sambil menaiki kendaraan bermotor dengan laju yang meliuk-liuk, itu namanya ugal-ugalan."

Hengki menabok kepala Tedi. "Salah," katanya. "Ugal-ugalan itu gila. Jika maksudmu adalah mencintai secara ugal-ugalan itu berarti mencintai dengan gila."

"Gila bagaimana?" aku bertanya lebih lanjut.

"Kau rela melakukan hal-hal paling bodoh untuk gadis yang kau sukai."

"Memangnya ada orang seperti itu?"

"Lah, kau menemukan tulisannya di mana?"

Aku menunjukkan layar ponsel yang menampilkan beranda aplikasi media sosial berlogo huruf silang. Ada seseorang bernama akun '@curukukukjeruk' yang mengunggah tulisan tersebut dengan tagar 'bucin' dan 'setiasampaimati'.

Hengki yang terlihat lebih berpengalaman tentang masalah cinta dibanding Tedi, tersenyum maklum. "Sudah biasalah laki-laki seusia kita hormonnya sedang tinggi-tingginya. Target utamanya ya, perempuan."

"Terus kau sendiri, Re," kata Tedi. "Kau tidak mencintai seorang perempuan dengan ugal-ugalan?"

"Tidaklah."

Aku yang duduk di pinggiran lapangan bersama siswa-siswa lain kelasku yang berkeringat sehabis pelajaran olahraga, memandang jauh ke seorang gadis berkuncir kuda yang sedang bermain voli.

Aku mencintainya secara biasa saja.

"Itu berarti, kau sedang naksir seorang perempuan, ya?"

"Iya."

Dia Juvita. Nama dan parasnya seindah cincin Saturnus dan seterang bintang Sirius.

Tapi dia tidak pernah memandangku balik. Tidak pernah menatap wajahku, menyapa namaku, membicarakan tentangku. Dia begitu sulit kuraih.

Saat itu, entah karena dia terlalu gesit bergerak atau karet rambutnya sudah rapuh, kunciran rambut Juvita tiba-tiba terlepas, menyebabkan rambut itu kini tergerai sampai ke bawah pundak. Aku tak bisa melepas pandang sedetik pun darinya. Juvita tampak semakin cantik di mataku.

Astaga, ingin sekali kumusnahkan seluruh ikat rambut di dunia ini agar dia tak perlu lagi mengikat rambutnya.

"Yah, lepas deh." Aku mendengar Juvita berkata menyayangkan.

Segera aku berlari menuju koperasi sekolah dengan keringat masih bercucuran di kening. "Permisi, ada ikat rambut perempuan?"

Si penjaga koperasi malah tertawa tidak jelas. "Ikat rambut yang warnanya merah muda maksudmu? Yang tidak mungkin dipakai oleh mahasiswa teknik tingkat akhir?"

Ada yang memerhatikanku dari belakang.

Ah, dia muncul lagi.

Aku memajukan kepala ke si penjaga koperasi, berbisik. "Kau lihat ada seorang gadis yang mengintipku di luar pintu?"

Pria tua itu terkejut, mengarahkan bola matanya jauh ke belakang punggungku, dan terkejut lagi. "Apa dia sering mengintilimu akhir-akhir ini?"

"Hampir setiap hari!" Aku sengaja menjawab keras agar si gadis stalker itu mendengarnya dan merasa bersalah sebab aku merasa tak nyaman.

"Kenapa tidak kau laporkan dia ke guru BK?"

"Aku bisa mengurusnya sendiri. Sekarang aku beli dulu ikat rambutnya."

Lawan bicaraku mengambil salah satu ikat rambut berwarna pink cerah dengan bulu-bulu halus di sekitarnya dan masih terbungkus plastik ke dekatku. "Kau mau memberikannya untuk gadis yang kau suka?"

"Iya, dia akan kerepotan jika bermain voli dengan rambut tergerai."

Setelah urusanku di koperasi selesai, langkahku berikutnya mengarah menuju seorang gadis dari kelasku yang rambut hitamnya tergerai sampai bawah pundak.

Karena aku menghampirinya di tengah-tengah pertandingan, timnya Juvita tidak keburu menangkap bola dan kehilangan poin.

"Pakai." Kusodorkan ikat rambut itu ke Juvita, yang dibalasnya dengan senyuman.

"Akhirnya Tuan bicara padaku."

Apa?

Juvita menatapku serius. "Tuan Muda Real, kapan Tuan akan kembali ke Jupiter? Ratu telah uring-uringan menunggu kepulangan Tuan dan menyebabkan kerajaan hancur."

"Kau...," aku bingung, "siapa?"

"Aku Serina."

Serina? Serina teman masa kecilku?

"Aku mengejar Tuan sampai ke Bumi, sengaja mengubah wajah dan identitas saya di sini hanya agar Tuan menyukai saya dan mau kembali ke Jupiter. Bahkan saya berkali-kali mengintili Tuan ke mana-mana, tapi Tuan tidak pernah mau menoleh dan bicara ke saya."

Serius dia Serina?

"Sekarang Tuan Real mau ya, kembali ke Jupiter dan mengakhiri kehidupan Tuan di sini sebagai manusia normal?"

Ada apa dengan informasi yang tiba-tiba ini?

Tapi itu artinya jika Juvita adalah Serina....

Aku menyukai cinta pertamaku lagi.

🍀🍀🍀

Penulis: pinnavy

Cerpen 3 Tema: A Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang