01. Pesta Buah

19 7 2
                                    

Pagi itu, Seana, gadis yang penuh semangat dan selalu ingin tahu, menemukan sesuatu yang aneh di kebun apel mereka.

"Ayub! Ayub! Lihat ini!" serunya, memanggil temannya yang pendiam tetapi sangat pintar.

Ayub mendekat dengan tenang. "Apa yang terjadi, Seana?"

"Ada apel berwarna biru!" kata Seana dengan mata berbinar.

Sementara itu Janeh yang ceria dan selalu membawa gitar kesayangannya, melihat keramaian dan mendekat. "Hei, apa ada pertunjukan di sini? Apel biru? Kita harus nyanyi lagu tentang ini!" serunya.

Rowen si pemikir yang bijaksana mendengarkan dari kejauhan dan bergabung dengan mereka. "Apel biru? Ini mungkin akibat dari sesuatu yang terjadi di tanah kita. Kita harus mencari tahu."

Ana si juru masak desa tiba-tiba muncul dengan sekantong buah-buahan. "Mungkin ini bisa jadi bahan eksperimen untuk resep baru!"

Evra yang selalu penuh ide-ide liar dan kreatif, tiba-tiba berteriak, "Mari kita buat pesta buah-buahan! Kita bisa mencoba semua buah aneh ini!"

Molen terkenal dengan kecintaannya pada kebersihan dan keteraturan, mengernyit. "Siapa yang akan membersihkan semua kekacauan setelah pesta, jangan panggil aku," serunya.

Nata yang selalu mencari alasan untuk tidur, mendekat dengan mata setengah tertutup. "Selama ada buah naga, aku setuju."

Wayan yang baru saja kembali dari kebun strawberrinya, penuh antusias mendekat. "Apakah ada monyet di pesta ini? Karena aku punya strawberi segar untuk dibagikan!"

Mereka semua sepakat untuk mengadakan pesta buah-buahan, namun ada satu masalah. Siapa yang akan menjadi juri untuk menentukan buah mana yang terbaik?

Setelah berdiskusi panjang, mereka memutuskan untuk mengundang pak tua Jo, penduduk tertua di desa itu yang terkenal dengan pengetahuannya tentang buah-buahan.

Jo tiba dengan senyum lebar dan berkata, "Anak-anak, mari kita lihat siapa yang bisa membuat buah-buahan paling menarik!"

Pesta pun dimulai. Seana membawa apel birunya, Ayub menemukan beberapa buah eksotis dari perpustakaan desa, Janeh menyanyikan lagu-lagu tentang buah-buahan, Rowen mengadakan diskusi tentang manfaat buah bagi kesehatan, Ana memasak berbagai hidangan lezat, Evra menghias tempat dengan dekorasi buah-buahan yang menakjubkan, Molen memastikan semuanya tetap bersih, dan Nata ... tertidur di bawah pohon buah naga.

Wayan dengan obsesinya pada strawberi dan monyet, membuat minuman strawberi segar dan mengundang beberapa monyet untuk ikut meramaikan suasana. Semua orang terhibur dengan aksi monyet yang lucu, terutama saat mereka menjahili Seana yang mencoba memberi mereka makan apel biru.

Di tengah keceriaan, muncul dua sosok yang tidak diundang Rayon dan Arat. Rayon dengan senyuman licik, berkata, "Apel biru? Kalian tidak tahu bahwa apel biru itu milik kami?"

Arat yang lebih tinggi dan tampak lebih jahat menambahkan, "Kalian mencuri dari kebun kami!"

Seana dengan raut wajah bingung, menjawab, "Tapi aku menemukannya di kebun kita!"

Rayon tertawa. "Kita lihat saja nanti siapa yang benar. Ayo, Arat, kita ambil apel-apel ini!"

Mereka mulai mengumpulkan apel-apel biru, tetapi Wayan dengan cepat menghentikan mereka. "Hei, kalian tidak bisa begitu saja mengambil apel-apel ini! Bagaimana jika kita selesaikan ini dengan cara yang lebih menyenangkan?"

Rayon mengangkat alis. "Apa maksudmu?"

"Apa kalian berani mengikuti kompetisi buah-buahan kami? Jika kalian menang, silahkan ambil apel biru ini. Tapi jika kami menang, kalian harus pergi dan tidak mengganggu kami lagi," tantang Wayan.

Arat tertawa sinis. "Baiklah, kami terima tantanganmu."

Kompetisi dimulai dengan semangat tinggi. Setiap kelompok menunjukkan kreativitas mereka. Rayon dan Arat mencoba mencuri perhatian dengan trik-trik curang, tetapi yang lain bekerja sama dengan baik dan tetap berusaha sejujur mungkin.

Akhirnya, saat penilaian, tua Jo tersenyum bijak. "Pemenangnya adalah ... persahabatan kalian! Karena kalian semua bekerja sama dengan baik dan saling mendukung."

Rayon dan Arat terkejut dengan keputusan itu, merasa malu dan akhirnya meminta maaf. Mereka menyadari bahwa kecurangan tidak pernah membawa kebaikan.
Semua tertawa dan bersorak gembira.
Mereka belajar bahwa kebahagiaan sejati datang dari kebersamaan dan saling mendukung, meskipun hanya dalam hal sederhana seperti buah-buahan.

Di tengah perayaan, Janeh mengambil gitarnya dan mulai bermain, sementara yang lain bernyanyi dan menari. Nata akhirnya bangun dari tidurnya dan bergabung dengan tawa dan keceriaan. Wayan dengan bahagia memperhatikan monyet-monyetnya yang ikut menikmati pesta.

🍀🍀🍀

Penulis: GaladrianEru05

Cerpen 3 Tema: A Long JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang