"Ra? Ini gue Lio. Gak keluar juga gue dobrak nih pintu."
"Yakin mau dobrak pintunya?" tanya seseorang yang berada di belakang Lio.
Lio terkejut dengan kehadiran Ayahnya Youra dibelakangnya nya itu. "E-eh Om, maaf Om itu tadi cuma bercanda aja." Lio menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dan segera mencium punggung tangan Ayah Zayyan.
"Kenapa gak masuk aja?" tanya Ayah, yang kemudian membukakan pintu rumah dan mempersilahkan Lio untuk masuk.
"Tadi Lio panggil-panggil gak ada yang nyaut, Om," jawab Lio, sambil mengekori Ayah Zayyan dibelakangnya.
"Bentar Om panggil Youra dulu, ya. Kamu duduk aja silahkan." Kemudian Zayyan pergi ke dalam rumah untuk mencari keberadaan anak perempuannya itu.
"Iya Om, makasi Om."
"Ibu? Youra?" Ayah memanggil kedua perempuan kesayangannya, setelah masuk ke dalam rumah.
***"Ayah sudah dateng tuh, sayang. Sana samperin Ayahmu dulu, Ibu mau beresin barang-barang yang tadi Ibu pake dulu ya, bilangin ke Ayahmu itu." Ibu memerintahkan anaknya itu.
Youra pun hanya mengangguk kemudian segera beranjak dan pergi menghampiri Ayahnya. "Iya Ayah?" tanya Youra.
"Dari mana kamu, sayang? Itu ada tamu cariin kamu," jawab Ayah.
"Tamu?" gumam Youra sambil menautkan keningnya.
"Lio," jawab Ayah yang kemudian pergi ke dalam kamar. "Oh iya, Youra Ibumu di mana?" teriak Ayah, saat ia sudah berada di dalam kamar.
"Di halaman belakang!" jawab Youra juga dengan berteriak.
Youra kemudian pergi ke ruang tamu untuk menghampiri Lio yang sedang menunggunya itu. "Ngapain lo ke sini?" tanya Youra dengan sedikit songong.
"E-eh a-anu, ini." Lio bingung hendak menjawab apa pada Youra.
Meong... Meong...
"Iiih, kucingnya lucu." Youra yang hendak marah pun tak jadi, karena perhatiannya teralihkan pada anak kucing berwarna putih bersih yang lucu.
Lio bernapas dengan lega setelah nyawanya di selamatkan oleh anak kucing yang ia bawa tadi. Bisa-bisanya ia melupakan kucing itu yang padahal sedari awal ia sudah berniat untuk mengorbankan kucing tersebut untuk menolongnya.
Youra segera menghampiri kucing tersebut yang terduduk di atas sofa di samping Lio. Youra menggendong kucing tersebut dan memangkunya di atas paha Youra.
"Euum, lucu banget sih kamu. Namanya siapa?" tanya Youra pada Lio, yang kedua tangannya sibuk mengelus-elus bulu-bulu halus berwarna putih kucing tersebut.
"Gue belum pikirin namanya sih, tapi kalo misalkan namanya Lyora bagus, gak?" tanya Lio.
"Boleh-boleh, namanya bagus tapi berasa gak asing dengernya," jawab Youra.
"Itu nama gue sama lo, bego!"
Youra diam sejenak dan menatap ke arah Lio. "O-ohh. Nemu di mana nih kucing?" tanya Youra.
"Gue nemuin dua hari yang lalu sih. Kasian dia ada di pinggir jalan, jadi ya udah gue bawa aja," jawab Lio.
Youra mendengar jawaban dari Lio, tetapi ia tak menghiraukannya dan lebih memilih untuk terus memainkan anak kucing yang ada di kedua tangannya itu.
"Ra, lo ga mau nawarin gue minum?" tanya Lio dengan wajah lempengnya.
"Ambil sendiri aja sana, kaya bukan biasanya aja lo gitu," jawab Youra.
"Basa-basi doang elah."
"Basa-basi lo itu udah basi banget!"
Lio meninggalkan Youra sendiri di ruang tamu, dan ia segera pergi ke arah dapur untuk mengambil segelas air putih untuknya.
"Eh Lio, mau belajar, Nak?" tanya Ibu.
"E-enggak Bu, Lio cuma main aja sih, jenuh di rumah sendirian," jawab Lio seadanya.
Ibu mengangguk. "Sering-sering main aja ke sini, Youra juga tiap hari sendirian. Kalo gak belajar ya pasti ngerusuh Ibu di halaman belakang kaya tadi ada kamu dateng gak pada tau," ucap Ibu.
"Iya Bu, nanti Lio bakal sering-sering main ke sini," jawab Lio.
"Iya, Lio. Ya udah kalo gitu, Ibu mau ke toilet dulu ya, mau cuci tangan," pamit Ibu.
"Iya, Bu," jawab Lio. Kemudian ia segera mengambil air putih yang sempat terpotong tadi mengobrol dengan Ibu.
Lio meneguk air yang sudah ia tuangkan tadi pada gelas, kemudian ia mencari sesuatu di rak piring. "Ini gak ada mangkuk yang plastik kah?" gumam Lio, sambil mencari-cari barang yang ia maksud tadi.
"Cari apa sayang?" tanya Ibu, saat sudah mencuci bersih kedua tangannya itu.
"Eh ini Bu, Lio cari mangkuk plastik," jawab Lio.
"Ooh, kalo itu ada di rak yang satunya sayang," jawab Ibu.
"Oh iya Bu, Lio ambil ya." Kemudian Lio langsung mengambil mangkuk yang telah ia temukan itu.
"Makasih ya, Bu," ucap Lio.
"Iya sama-sama, sayang. Ngomong-ngomong itu mangkuknya buat apa?" tanya Ibu.
"Buat minum kucing, Bu," jawab Lio.
"Kucing? Kamu bawa kucing ke dalam rumah?" tanya Ibu.
"I-iya Bu, kenapa?" tanya Lio keheranan.
"Sekarang kucingnya di mana?" tanya Ibu.
"Ada di ruang tamu, Bu," jawab Lio.
"Aduhh, maaf ya sayang, Ibu alergi bulu kucing. Kamu mainin kucingnya di halaman depan aja ya," ucap Ibu.
"Maaf Ibu, Lio gak tau."
"Udah gak-papa, sekarang gih sana ambil air buat minum kucingnya, terus main nya di halaman depan, ya."
"I-iya Bu, nanti Lio bersihin dulu bulu kucing yang ada di ruang tamu nya. Maaf ya, Bu." Lio merasa menyesal karena telah membawa anak kucing yang ia temukan itu ke rumah Youra. Pasalnya ia tak tau jika Ibu memiliki alergi terhadap bulu kucing.
Lio segera mengambil air ke dalam mangkuk yang telah ia ambil tadi, kemudian pergi ke ruang tamu.
"Ra, kok lo gak bilang sih kalo Ibu alergi bulu kucing?" tanya Lio, saat ia sudah tiba di ruang tamu.
"Oh iya gue lupa. Ya udah sekarang lo bawa kucingnya ke halaman depan, terus nanti ini yang bersihin sofanya biar gue aja," ucap Youra, kemudian ia memberikan kucing yang ia gendong tadi ke pelukan Lio.
Youra segera pergi ke dapur untuk mengambil sapu, sekop, dan lap serta alat pel untuk membersihkan bulu-bulu kucing yang menempel di sofa dan juga lantai.
Sementara itu, Lio membawa Lyora—kucing tadi ke halaman depan untuk diberi minum, yang telah Lio bawa tadi.
"Ra, lo kok gemes banget sih?" tanya Lio pada Lyora, kucing yang ada dihadapannya kini.
"Berasa manggil Youra, gue, klo bilang ke nih kucing nya 'Ra'," gumam Lio.
"Aah, bodo amat ah, yang jelas gue bilangnya ke Lyora kok."
"Tapi asik juga sih kasi nama nih kucing Lyora, biar kalo Youra ga ada, gue bisa ajak ngomong si Lyora."
"Ayo minum yang banyak Lyora."
"WOY PANTEK!" Terdengar suara teriakan yang kurang mengenakan dari arah dalam rumah, dan suara itu tak ramah masuk terdengar oleh telinga Lio.
"NGAPAIN LO AJAK NGOMONG TUH KUCING?" Youra berteriak sangat kencang dari arah dalam rumah.
"Lah tadi lo bilang biar lo aja yang bersihin bulu-bulu kucing di dalem, ya udah gue ajak ngobrol aja nih kucing sambil kasi dia minum," jawab Lio.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me!
Teen FictionAku Youra, Youra Chrysanthemum. Ini kisah ku dengan seseorang yang bernama Darelio. Aku diam-diam menyukainya, yang entah akan berapa lama rasa ini akan bertahan di dalam hubungan pertemanan ini. Aku tak tahu, ia merasakan hal yang sama atau tidak...