Still With You

8 6 0
                                        

"Huuuhhh." Youra menghembuskan nafas kasarnya setelah ia merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Youra kembali bangun dari tidurnya, kemudian meletakkan tas ranselnya dan pergi melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Beberapa menit kemudian Youra keluar dari dalam kamar mandi, dengan menggunakan kaus pendek berwarna putih dengan celana pendek berwarna abu.

Ia berjalan menuju meja belajarnya yang berwarna putih itu. Tangannya tertuju pada benda pipih dan segera mengambilnya setelah dilihatnya banyak notifikasi masuk ke dalamnya.

Ia mengabaikan notifikasi tersebut, dan jari-jemarinya menjelajah pergi ke beberapa aplikasi yang ada di dalamnya, salah satunya aplikasi musik untuk memutar musik yang akan ia dengar.

Dan klik! Ia memilih musik yang berjudul 'Still With You-Jungkook'. Terdengar langsung intro dari lagu tersebut dengan indah dan sangat nyaman masuk ke dalam telinga.

Nal seuchineun geudaeui yeoteun geu moksori
Nae ireumeul han beonman deo bulleojuseyo
Eoreobeorin noeul arae meomchwo seoitjiman
Geudae hyanghae han georeumssik georeogallaeyo
Still with you

Semenjak dirilisnya lagu tersebut, Youra jadi sering sekali mendengarnya. Selain karena instrumennya yang nyaman untuk didengar, juga karena artinya yang sangat manis dan romantis.

Youra membuka lemari yang ada di samping meja belajarnya itu. Ia membuka box berwarna merah yang ada di sana. Dilihatnya foto ia sewaktu kecil, senyumannya yang masih terlihat ceria. Entah keberanian apa yang ia miliki sehingga ia membuka box merah tersebut.

Tangan Youra tergerak mengelus pada foto tersebut. Rasa emosinya seakan memaksanya untuk mengeluarkan air matanya. Ingatannya kembali pada masa dimana ia berfoto di atas ayunan berwarna putih. Senyumnya sewaktu kecil merekah kala bermain dengan kedua orang tuanya.

"Aku memang terlihat bahagia sekarang, tapi foto ini terlihat jauh lebih bahagia, tidak seperti sekarang aku menyembunyikan masa itu dari orang-orang di sekitar ku. Aku memang diperlakukan dengan sangat baik sama Ibu dan Ayah, tapi—." Ia menelan ludahnya kasar, tak dapat melanjutkan ucapannya karena mulutnya seakan kelu hanya untuk sekedar mengucapkannya.

Ia membalikkan tubuhnya menatap cermin yang ada dihadapannya. Matanya hanya bisa menatap sendu pada pantulan tubuhnya di dalam cermin tersebut. Hancur, itulah hal yang sempat ia rasakan. Terlihat bekas guratan-guratan kecil yang ada kedua tangannya yang kian memudar.

Digenggamnya kalung yang tengah ia pakai itu dengan erat. Kalung silver yang berbentuk hati berwarna merah muda. Kini ia tak berkata apapun. Hanya diam memandang dirinya sendiri. Terlihat amarah yang membludak ia rasakan. Namun entah mengapa ia tak bisa berkata apapun. Ia hanya berfikir bahwa diam adalah pilihan terbaik untuknya dari dulu hingga kini.

Suara dering telepon membawanya kembali pada dunianya. Ia segera menghapus air matanya, dan menetralkan kembali suaranya. Ia segera mengambil ponsel pipih tersebut dan menggulirkan tombol berwarna hijau oleh ibu jarinya.

"Halo?" tanyanya pada seseorang diseberang sana.

Tak terdengar suara apapun dari ponsel yang digenggamnya kini. Ia kembali melihat siapa yang tengah meneleponnya kini dengan tangan yang gemetar hebat. Dilihatnya keringat dingin mengucur dari pelipisnya. "Nomor tak dikenal?" batinnya.

Ia takut. Ia takut kejadian di masa lalu terulang kembali. Ia takut orang yang sama kembali. Ia takut. Ia takut.

"Halo?" Terdengar suara sahutan dari seberang sana.

It's Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang