Aksi Lio

6 4 0
                                    

"Oke. Gue ke sana sekarang." Lelaki yang berbadan tinggi itu, segera melangkahkan kakinya menuju tempat yang telah dikatakan oleh seseorang di dalam telepon nya.

Lelaki itu menemui seseorang yang ada di dalam ruang OSIS. Ia membuka pintu ruang OSIS itu, kemudian memasuki ruangan itu. "Gue mau kasih tunjuk sesuatu buat kalian."

Dua orang lelaki yang ditemui oleh seorang lelaki sebelumnya itu, menaikkan satu alisnya. "Gue mau kasih satu bukti lagi buat kalian, tapi ada syaratnya."

Zafran dan Gery berdecak. "Paan syaratnya?" tanya Gery yang sudah tak sabar. Lelaki itu menunjukkan ponselnya. "Di sini buktinya."

Zafran hendak merebut ponsel Lio, namun sang pemilik ponsel itu segera mengelaknya dengan cepat. "Nanti gue kasih, kalo kalian mau jawab pertanyaan gue."

"Paan. Cepet!" Lio memposisikan duduknya dengan nyaman. Kini mereka bertiga sedang berada di ruang ketua OSIS, yang memang ruang ketua OSIS ini, hanya bisa dimasuki oleh segelintir orang-orang yang menjabat sebagai anggota inti OSIS di SMK Trisakti ini.

Lio meletakkan ponselnya di atas meja, yang ada di depannya. "Sejak kapan Youra bisa kendarain motor, apalagi motor sport gitu? Bukannya dia gak bisa kendarain motor?"

Zafran menyunggingkan senyumnya. "Masa lo gak tau, sih? Kan, lo sama dia udah temenan dari SMP." Lio membulatkan matanya, mendengar apa yang dikatakan oleh Zafran. "Kok lo tau?"

"Apa sih, yang gak gue tau?" Zafran menyombongkan dirinya sendiri, sementara Lio diam-diam mencibir Zafran. "Youra bisa kendarain motor itu dari dia baru masuk SMP. Dia udah tertarik sama motor-motor yang kayak gitu dari dia SD, gara-gara Kak Darren." Lio hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya saja.

"Terus, kalo Darren siapa?" Gery yang semula duduk di pojok belakang Lio, kini ia berjalan dan duduk di atas meja kerjanya Zafran. "Kak Darren itu, Kakaknya Zafran. Dia meninggal dua hari setelah Deiji meninggal." Gery yang menjawab pertanyaan dari Lio.

"Hubungannya Youra sama Darren, apa?" Zafran mengambil sesuatu dari dalam laci mejanya. "Mereka berdua cuma teman biasa sama kayak kita semua. Tapi, Youra emang paling istimewa-in Kak Darren, dan begitu pula sebaliknya." Zafran menunjukkan foto pada saat Darren dan Youra berada di kolam.

"Foto itu, gue yang ambi. Bagus, ya?" Gery tersenyum, setelah melihat foto tersebut. Sementara Lio, ia segera mengambilnya. "Cantik banget, calon pacar gue." Lio memperhatikan dengan dalam, pada foto yang ada di tangan kirinya.

"Kenapa Youra istimewa-in Darren?" Lio kembali meletakkan foto itu, setelah ia puas melihatnya. "Soalnya, dulu waktu Youra masih kecil ada yang bully dia."

"Bully?" Zafran mengangguk, setelah ia mendengar respon dari Lio. "Namanya Ellie. Dia sekelas sama lo." Lio mengerutkan keningnya. "Ellie?" Lio mengingat kembali, pada saat di mana Youra langsung pergi begitu saja ketika melihat dirinya bersama dengan Ellie.

"Oh, jadi itu alasan kenapa dia langsung lari gitu aja." batin Lio.

"Iya, gue tau Ellie. Dia bully Youra gimana?" Zafran mengingat kembali pada saat Kakaknya dulu, menceritakan awal pertemuannya dengan Youra.

"Youra kalo gak salah itu, mulutnya dimasukin penggaris sama Ellie. Katanya juga berdarah, dan pas Kak Darren liat itu kayak ada lukanya gitu, di langit-langit mulutnya." Lio mendengarkan dengan seksama, saat Zafran menceritakan tentang masa kecil Youra padanya.

"Oke. Cukup. Makasih, informasinya." Lio bangun dari duduknya. "Lo mau ke mana? Buktinya dulu." Gery menahan pundak Lio, dan mendorong Lio untuk kembali duduk.

Lio menunjukkan deretan giginya. "Gue lupa." Kemudian, ia mengirim sebuah gambar ke nomor Zafran dan juga Gery. "Tuh. Udah gue kirim." Setelahnya, Lio meninggalkan kedua Kakak kelasnya itu.
***

Bel istirahat berbunyi, sebagai pertanda bahwa semua murid SMK Trisakti menghentikan kegiatan belajarnya. Ada yang langsung berlari pergi ke kantin, untuk memenuhi rasa laparnya itu. Ada juga sebagian ada yang betah di dalam kelas, karena membawa bekal dari rumah.

Di kelas 10 TJKT-2, yang di mana kelas Lio itu, di dalam kelas hanya menyisihkan beberapa murid saja. Lio melirik ke arah Ellie yang sedang menyantap bekalnya itu, dengan nikmat. Lio menghampiri Ellie, kemudian duduk di depan Ellie. "Hai."

Ellie yang melihat apa yang dilakukan oleh Lio pun tersenyum. "Tumben lo nyapa gue duluan." Lio tersenyum ke arah Ellie. "Emangnya salah, kalo gue nyapa lo duluan?" Ellie menggelengkan kepalanya.

"Jadi. Gue boleh, dong, tanyain sesuatu ke lo?" Ellie tetap menyantap makanannya itu, walaupun ia sedikit tidak nyaman karena terus ditatap oleh Lio. "Tanya apa?"

"Lo kenal sama yang namanya Youra Chrysanthemum?" Ellie mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat siapa dari pemilik nama tersebut. Kemudian, ia mengangguk. "Gue kenal. Dia temen sekelas gue waktu masih SD. Kenapa?"

Lio menyunggingkan senyumnya. "Dia pacar gue." Ellie yang mendengar penuturan dari Lio pun mengerjapkan matanya. "Iya. Lo gak salah denger, kok. Dia pacar gue. Jadi, lo harus minta maaf sama dia."

Ellie berdecih. "Minta maaf? Kenapa juga, gue harus minta maaf ke dia?" Lio tersenyum. "Oh, oke. Jadi, lo lebih milih buat gue sebarin foto-foto lo itu, daripada minta maaf?"

Ellie seketika menghentikan kegiatannya, yang sedang makan itu. "Jadi, lo lagi ngancem gue?" Lio mengedikkan bahunya. "Menurut lo, gimana?" Setelahnya, Lio pergi meninggalkan Ellie yang sedang kesal dibuatnya.

Barra yang melihat interaksi keduanya dari tempat duduknya pun hanya diam saja, karena dia memang tak tahu apa pun. Lio tersenyum dengan puas, setelah ia membuat Ellie diam tak berkutik itu.

Lio mengeluarkan ponselnya yang ada di saku celana seragam nya. Ia mengetikkan sesuatu di ponsel tersebut.

Caper.

Gue tunggu sampe besok.

/Read.

Lio kembali menutup ponselnya, kemudian duduk bersama Barra, dengan senyumannya yang terus merekah.
***

Saat bel pulang sekolah telah tiba. Youra buru-buru memasukkan semua barangnya ke dalam tas, dan berlari melewati banyaknya murid SMK Trisakti, menghiraukan panggilan dari teman-temannya.

Ia segera pergi ke kampus dua, berlari dengan sangat kencang. Ia buru-buru untuk menemui Lio, ada hal yang harus ia katakan pada Lio. Ia tidak ingin Lio mengetahuinya dari orang lain, harus dari dirinya.

Ia memikirkan hal itu semalaman, hingga ia tak bisa tidur. Kalimat-kalimat yang ia katakan pada Lio sebelumnya, terasa begitu menyakitkan. Maka dari itu, ia ingin segera bertemu dengan Lio, dan menceritakan segalanya, padanya.

Youra segera memasuki area Kampus dua. Terlihat banyak murid di Kampus dua ini, sudah pada pulang. Saat Youra hendak memasuki ruang kelas 10 TJKT-2, ia mendengar suara seorang perempuan di dalamnya. "Maaf, Yo. Gue pengen sama lo. Gue sayang sama lo."

Youra membuka pintu ruang kelas itu, dengan tangannya yang bergemetar. Ia sedikit membuka pintu kelas itu, untuk melihat siapa yang ada di dalam kelas tersebut.

"Lio?" Sang pemilik nama itu pun, segera menatap ke asal suara. Dan perempuan yang sedang memeluknya pun, ikut menatap ke arah di mana Lio menatapnya. Youra melihat dengan mata kepalanya sendiri, di dalam ada Lio yang sedang dipeluk oleh Zhya.

It's Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang