06 Juni 2022

7 5 0
                                        

Tak ada kata lelah bagi Lio untuk terus memberikan penjelasan nya pada Youra. Ia terus mencari kesempatan untuk bisa berbicara sebentar pada Youra. Ia benar-benar ingin sekali meluruskan masalah ini pada Youra.

"Ra, gue cuma mau selesain masalah ini aja, Ra. Gue pengen jelasin semuanya, biar lo percaya sama gue." Lio terus saja mengatakan hal tersebut berulang kali.

Kini mereka berdua tengah berada di koridor sekolah kampus satu. Lio setiap hari mencari keberadaan Youra, di mana pun ia akan terus mencari Youra hingga bertemu.

Youra menatap ke arah Lio. "Apa lagi yang mau di jelasin? Semuanya udah jelas, Lio. Jadi tolong, lo jangan cari gue terus." Youra mengatakan hal tersebut agar Lio sadar akan apa yang telah Lio lakukan itu salah.

"Gue mohon lo pergi aja dari sini." Youra pergi meninggalkan Lio seorang diri di koridor tersebut. Lio tak menahan Youra sama sekali karena memang ia juga sudah lelah mengejar Youra untuk hanya sekedar bertemu. Lio hanya menatap punggung Youra yang kian menjauh memasuki ruang kelasnya.
***

Sudah berhari-hari bahkan berminggu-minggu mereka terus saja berdiam seperti itu. Baik Youra maupun Lio, keduanya kini hanya mementingkan ego-nya masing-masing.

Enam bulan setelah kejadian tersebut, keduanya tak saling menyapa pada saat berpapasan, juga tak saling bicara pada saat ada waktu luang. Entah karena mereka hanya tak ingin saling menyapa seperti dulu lagi, atau memang mereka tak ada waktu karena sibuk untuk urusan mereka masing-masing.

Youra mulai mengikuti beberapa ekstrakurikuler, karena ia melampiaskan segala masalahnya itu pada kegiatan-kegiatan yang seperti itu. Dan Lio yang lebih memilih untuk sering bermain bersama dengan teman-temannya.

Tepat pada hari senin, tanggal 6 juni 2022. Youra tengah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah kampus satu, setelah sepulang sekolah. Ia mengikuti ekstrakulikuler Taekwondo, karena itu memang keinginannya sedari SMP.

Youra membungkukkan badannya, memberikan salam pada pelatih Taekwondo nya. Ia terlihat cocok mengenakkan baju dobok berwarna putih itu di tubuhnya.

"Sekarang pemanasan dulu. Lari keliling lapangan sepuluh kali." Sabeum (pelatih) memberikan arahan pada Youra dan muridnya yang lain untuk pemanasan sebelum mereka memulai untuk memasuki materi. Youra dan yang lainnya pun mengikuti perintah Sabeum untuk berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali.

Terlihat manik mata berwarna coklat tengah melihat ke arah lapangan yang berisi anak-anak Taekwondo yang tengah berlari. "Samperin aja kali. Ngapain harus diam-diam liatnya di sini?" Barra menepuk pundak Lio dan ikut duduk di sampingnya.

Lio hanya tersenyum simpul. "Gue masih belum jelasin kejadian dulu ke dia." Kini mereka berdua tengah duduk di antara tangga lantai dua.

"Ya makanya sekarang aja bilangnya. Lagi pula itu bukan kesalahan lo." Barra kembali mengeluarkan suara.

Lio mengangguk. "Iya, emang. Tapi, gimana gue mulai bicara sama dia nya?"

"Lebih baik secepatnya, sebelum ada yang mau deketin Youra selain lo. Apalagi sekarang dia ikut dua ekstrakurikuler sekaligus. Dan waktu buat kalian bisa ngobrol bareng itu semakin menipis setelah nanti kita naik ke kelas sebelas, soalnya Youra bakal lebih sibuk lagi ngurus ekstrakurikuler nya. Semangat!" Barra menepuk pundak Lio sebanyak dua kali, kemudian ia pergi meninggalkan Lio.

"Oke. Kalian boleh minum dulu sebelum masuk ke materi." Sabeum kembali memberikan instruksi setelah Youra dan yang lainnya selesai berlari.

Youra pun mengambil botol minumnya, kemudian duduk dan meneguk air putih di dalamnya. "Ra, itu ada yang mau ketemu lo." Itu Tiara, salah satu teman ekstrakurikuler nya Youra. Ia masih satu angkatan dengan Youra.

Youra membalikkan tubuhnya. "Hai." Lio mengangkat tangannya, melambai, dengan senyumannya yang kikuk.

"Sabeum, saya izin dulu mau bicara sebentar." Youra meminta izin pada pelatihnya itu setelah ia melihat kedatangan Lio. Dan Sabeum pun menganggukkan kepalanya memberikan izin pada Youra.

"Ada apa?" Youra langsung menanyakan perihal kedatangan Lio, tanpa basa-basi.

"Sebelumnya gue mau minta maaf. Gue ke sini buat jelasin kejadian itu." Lio mengatakan apa yang akan ia sampaikan pada Youra.

Kini mereka tengah duduk di salah satu kursi panjang di taman sekolah. "Waktu itu gue emang ke Gramedia sama Zhya, gue nemenin dia buat beli beberapa buku yang dia butuhin. Dan gue tau kenapa lo marah sama gue itu dari Daiva." Lio mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Lio menghembuskan nafas kasarnya. "Tapi kayaknya buat jelasin aja itu gak cukup. Gue waktu itu setuju buat antar Zhya karena gue juga mau beli novel buat lo." Lio mengeluarkan buku novel yang ia pegang itu.

Youra tampak terkejut dengan apa yang telah terjadi. "Ini novel yang lo mau, 'kan?" tanya Lio, dan Youra pun hanya mengangguk.

"Ini buat lo." Lio memberikan novel itu pada Youra. "Semuanya udah jelas, 'kan? Gue benar-benar gak ada perasaan sama sekali buat Zhya. Itu semua karena perjodohan yang dilakukan sama Papa dan Om Dhaffa." Lio kembali menjelaskan secara detail, karena ia tak ingin ada kesalahpahaman kembali pada dirinya dan Youra.

Lio menatap ke arah Youra. "Lo mau maafin gue, gak?" tanya Lio dengan sungguh-sungguh.

Youra mencoba mencari letak kebohongan pada manik mata Lio, namun nihil dengan apa yang ia cari. Ia hanya bisa melihat kesungguhan pada sorot mata Lio. "Iya, gue maafin." Youra mengangguk dengan menampilkan senyumannya.

Senyum bahagia langsung terbit begitu saja pada wajah Lio. Ia bersorak bahagia dalam hatinya. "Makasih," ucap Lio yang setia dengan senyumannya.

"Oh iya. Perjodohan itu udah benar-benar di batalkan." Youra mengerutkan keningnya. "Kok bisa?" tanyanya.

"Jadi sebenarnya gue sama Zhya itu dulu satu Sekolah Dasar, dan Zhya dari situ tertarik sama gue. Gue gak tau jelasnya gimana, yang pasti dia sampai waktu kejadian itu terus terobsesi buat miliki gue. Dan itulah kenapa dia minta sama Om Dhaffa buat jodohin dia sama gue, yang di mana Om Dhaffa itu sahabat sekaligus rekan kerjanya Papa." Youra pun mengangguk mengerti setelah Lio menjelaskan hal itu padanya.

"Terus, sekarang Zhya gimana? Kenapa dia bisa setuju buat di batalin?" tanya Youra dengan penasaran.

"Karena lo. Dia cemburu sama lo, karena gue terus kejar-kejar lo, yang padahal udah jelas gue sama dia di jodohin." Lio tersenyum simpul mengatakan hal tersebut.

"Cemburu? Sama gue? Emang aneh, tuh, anak!" Youra pun ikut tersenyum setelah mendengar pernyataan dari Lio itu.

"Oh iya, lo gak mau lanjutin latihannya?" tanya Lio.

Youra menepuk jidatnya. "Gue lupa!" Youra pun segera berlari menuju teman-temannya yang lain, dan tak lupa membawa novel yang telah Lio berikan padanya.

"Pulangnya bareng gue!" teriak Lio. Dan Youra pun hanya mengacungkan jempolnya, tanda setuju.

It's Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang