"Kalian bahas apa?" tanya Lio yang datang secara tiba-tiba.
"Ya Allah, Nak, Mama kaget tau!" Mama hanya mengatakan hal tersebut, dan Lio pun tersenyum puas karena telah menjahili dua perempuan itu.
"Maaf, Ma," ujar Lio. Lio melihat pada jam yang ada ditangannya itu. "Sudah mau dhuhur, mau shalat bareng?" tanyanya.
"Oh iya, Mama sampe lupa, 'kan, karena ditemenin Youra. Yuk sayang, kita shalat dulu," ajak Mama.
Akhirnya Mama dan Youra pergi untuk mengambil air wudhu, sedangkan Lio langsung pergi ke mushola keluarga yang ada di rumahnya tersebut.
Setelahnya, mereka bertiga melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran dalam agama Islam. Dengan Lio yang menjadi imam dan Mama juga Youra yang menjadi makmum.
Youra melepaskan mukena yang telah ia pakai tadi, dan melipatnya. "Lio, gue mau langsung pulang aja, belum izin ke Ibu soalnya," ucap Youra setelah memakai kembali kerudungnya itu.
"Gak mau sampe sore aja di sini?" tanya Mama.
Youra menggeleng. "Youra belum izin sama Ibu, Ma. Takutnya Ibu khawatir Youra belum pulang," jawab Youra dengan tak enak hati.
"Di sini aja, nanti sore setelah Lio pulang main futsal di anterin ke rumah. Masalah izin sama Ibu kamu, biar Mama yang minta izin," ujar Mama.
Youra menatap ke arah Lio ingin mendapatkan persetujuan darinya. Lio hanya mengangguk sambil tersebut sebagai jawabannya. "Iya, Ma," jawab Youra dengan anggukan kepalanya.
"Nah gitu dong!" Mama terlihat bahagia sekali dengan apa yang Youra bilang tadi. "Ya sudah, kalian main saja dulu, Mama mau masak buat makan siang." Setelahnya, Mama langsung pergi meninggalkan Lio dan Youra.
***"Ra, setelah lulus lo mau lanjut ke mana?" tanya Lio, sambil menatap ke arah kolam renang didepannya.
Kini mereka sedang ada di halaman belakang rumah Lio, yang di mana di sana terletak dua kursi dengan satu meja yang ada didepannya.
"Gue pengennya ke SMK," jawab Youra.
"Lo yakin?" tanya Lio lagi, yang kini ia menatap ke arah Youra.
Youra mengangguk mantap. "Gue yakin," jawabnya. "Soalnya gue gak tau setelah SMK bakal lanjut kuliah atau langsung kerja," jelasnya.
"Kenapa gak kuliah aja? Kan itu yang lo mau?" tanya Lio. Lio bukan tanpa alasan mengatakan hal tersebut, pasalnya ia tau sekeras apa Youra mengejar nilai-nilainya yang tertinggal.
Youra menggeleng. "Emang itu yang gue pengen, tapi kalo emang keadaannya yang gak memungkinkan, gue bisa apa?" Youra terlihat lesu saat mengatakan hal tersebut.
Ada sesuatu yang Lio tak tau dari Youra. "Eh, nanti lo mau ikut nonton gue futsal, gak?" tanya Lio dengan mengalihkan pembicaraan mereka tadi.
Youra mengerutkan keningnya. "Emangnya lo gak-papa?" tanyanya.
"Ya gue gak-papa. Kan gue yang ajak lo buat ikut," jawab Lio apa adanya.
"Tapi bukannya itu waktu lo buat bisa main sama temen-temen lo?" tanya Youra.
"Ya gak-papa. Kan gue bisa ajak temen gue yang satu ini juga."
"Youra, Lio, makan siangnya sudah siap!" Mama berteriak dari arah dapur yang tak jauh dari halaman belakang itu.
"Udah yuk, makan siang dulu," ajak Lio.
***Mama menyendok makanan dari hasil ia bergelut dengan alat masaknya. "Ini makanan kesukaannya Lio," ucap Mama dengan menaruh oseng sawi putih yang di campur dengan telur dan sosis di dalamnya, di piring Youra.
"Kamu coba saja dulu. Ini tuh enaaak banget!" Mama tersenyum setelah menatap ke arah Youra, dengan wajahnya yang kurang meyakinkan dengan makanan tersebut.
Lio hanya diam melihat Mama nya yang sedang menjahili Youra. "Iya, itu enak." Lio menatap ke arah Youra yang di mana Youra ingin mendapat persetujuan darinya.
Kemudian Youra memakan makanan tersebut. "Gimana? Enak, 'kan?" tanya Mama dengan yakin.
Youra mengangguk. "Enak, Ma," jawab Youra setelah memakannya.
"Jelas enak lah! Kan ini resep nya Lio. Dan Mama yang nambahin sosis, biar makin enak!" jelas Mama, dengan senyumnya yang terus merekah.
Lio mengambil makanan kesukaannya tersebut, dan memakannya dengan lahap hingga habis.
"Habis ini, kamu mau ikut Lio buat nonton dia main bola?" tanya Mama, dengan tangannya yang merapihkan kembali alat makan yang telah digunakan tadi.
Youra mengangguk. "Iya, Ma," jawabnya.
Youra pun ikut membantu Mama untuk merapikan alat makan tadi. "Eh? Udah gak-papa, gak usah rapihkan, biar nanti sama Mama aja." Mama mengambil alih piring yang ada di tangan Youra.
"Udah sana kamu sama Lio aja, biar Mama yang beresinnya," ujar Mama. Kemudian Youra mengikuti langsung Lio yang ada di depannya.
Lio pergi ke arah kamarnya, yang di mana Youra hanya diam menunggu di tangga yang menuju kamar Lio.
Tak lama kemudian Lio keluar dengan ia yang sudah mengganti pakaiannya. Lio mengenakan jersey futsal miliknya, dengan tangan yang menenteng tas kecil hitam dan baju hoodie berwarna biru miliknya.
Lio menyodorkan hoodie tersebut ke Youra, dan Youra menerimanya. "Ganti bajunya sana." Lio menunjuk ke arah kamar mandi bawah untuk Youra mengganti pakaiannya.
Youra hanya mengangguk dan membalikkan tubuhnya untuk pergi menuju ke kamar mandi yang dimaksud Lio. "Duuuh, kenapa aku jadi gugup gini sih?" Youra membatin.
Setelah kepergian Youra, Lio tersenyum geli setelah ia berhasil menjahili Youra. "Lucu banget," gumam Lio, dengan terus menatap ke arah Youra yang perlahan menjauh darinya.
"Mama, Lio ada di halaman depan ya, tolong kasi tau Youra, dia masih ganti bajunya," ucap Lio, dengan tangannya yang terulur untuk mencium punggung tangan Mama Floryn.
Mama mengangguk. "Iya sayang. Hati-hati, ya. Pelan-pelan aja nanti bawa motornya. Mama juga udah izin ke Ibu nya Youra," jelas Mama.
"Iya, Ma. Makasih, ya, Ma." Setelah Lio mengucapkan hal tersebut, Youra keluar dari dalam kamar mandi dengan kerudung putih yang ia kenakan, hoodie biru dan juga rok biru khas anak SMP pada umumnya. Namun bedanya Youra kali ini adalah, hoodie biru tua milik Lio yang di mana khas wangi tubuh Lio melekat pada hoodie tersebut.
"Nah, Youra nya sudah di sini," ujar Mama, yang kemudian Lio langsung menarik tangan kiri Youra untuk keluar dari rumah tersebut.
Youra hanya melambaikan tangan kanannya untuk berpamitan dengan Mama, dan Mama tersenyum melihat hal tersebut. "Hati-hati, ya, Nak," pesan Mama.
Lio terus tersenyum dengan tangan kanannya yang terus memegang tangan kiri Youra. Pikirannya kembali pada waktu di mana ia menyemprotkan parfum miliknya ke hoodie yang dikenakan Youra itu beberapa menit yang lalu.
"Huuum." Lio mencium hoodie biru itu dengan parfum miliknya yang sudah disemprotkan pada hoodie tersebut. "Biar gak ada yang berani deketin Youra," gumamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me!
Novela JuvenilAku Youra, Youra Chrysanthemum. Ini kisah ku dengan seseorang yang bernama Darelio. Aku diam-diam menyukainya, yang entah akan berapa lama rasa ini akan bertahan di dalam hubungan pertemanan ini. Aku tak tahu, ia merasakan hal yang sama atau tidak...