Esok harinya Youra berangkat sekolah dengan perasaan yang cemas dan takut. Ia sedari tadi memegang rok abunya dengan erat, takut jika ia nanti memasuki kelas dan disuruh untuk mengumpulkan barang yang harus ia bawa hari ini tidak ia kumpulkan.
Ia masih saja berdiri di luar gerbang, menunggu temannya—Dila untuk menemaninya saat memasuki kelas. Ia masih belum terbiasa dengan lingkungan sekolahnya ini.
Dilihatnya Dila dari arah parkiran sekolah. Youra melambaikan tangannya ke arah Dila, dan Dila berlari menghampiri Youra. "Gimana? Lo beneran gak bawa?" tanya Dila.
Youra lantas menggelengkan kepalanya. "Enggak, Dil. Gue harus gimana dong?" tanya Youra dengan ekspresi wajahnya yang terlihat begitu cemas.
"Udah gak-papa, paling juga lo di suruh nyapu kelas aja pas pulang sekolah," ucap Dila dengan enteng.
"Ra!" Terdengar suara panggilan untuk Youra. Dan ia segera membalikkan tubuhnya melihat siapa yang memanggilnya.
"Lio? Kenapa?" tanya Youra.
Lio menyodorkan sekantung plastik putih ke Youra. "Ini. Lo katanya gak sempet beli kemaren," ucap Lio.
Youra hanya diam saja dan menerima pemberian dari Lio. "Lain kali jangan jadi pelupa, ya. Udah kelas sepuluh. Udah gih sana masuk, sebentar lagi mau bel," ucap Lio dengan senyumannya yang manis. Kemudian tangannya terulur untuk mengelus lembut pucuk kepala Youra yang ditutupi oleh hijab segiempat berwarna putih.
Youra tak sempat mengucapkan terimakasih pada Lio. Ia masih terdiam saja sedari tadi dengan tatapan tak percayanya itu. "Itu tadi pacar lo?" tanya Dila.
Youra tersentak dengan pertanyaan mendadak dari Dila. Youra hanya menggeleng. "Bukan," jawabnya dengan singkat. "Udah yuk masuk," ajak Youra dengan menarik tangan Dila memasuki gerbang sekolah.
***Saat jam istirahat tiba. Youra dan juga Dila pergi ke kantin untuk membeli makanan yang dapat memuaskan perut laparnya itu. "Ra, tadi itu beneran cuma temen lo?" tanya Dila, dengan mulutnya yang terus mengunyah bakso.
"Iya, Dil. Emang gue sama dia cuma temenan kok," jawab Youra setelah ia menyeruput es teh manisnya.
"Tapi kalo diliat dari cara dia ngomong sama lo itu kaya ada perasaan lebih buat lo," ucap Dila lagi.
"Gak, Dil. Gue sama dia emang udah temenan dari SMP kok. Jadi, gak mungkin kalo dia suka sama gue," elak Youra.
"Tapi, Ra—"
"Suutt! Udah. Di makan baksonya, sebentar lagi kita masuk ke kelas." Youra memotong ucapan Dila.
"Apaan masuk. Orang baru aja tadi bel istirahat nya kok." Youra hanya tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya saja saat mendengar Dila berkata demikian.
Dila kembali menikmati makannya dengan tenang. Kini di kantin hanya terdengar suara bising obrolan para siswa lain dari arah kanan dan kiri mereka. Dila sibuk dengan makanannya, sedangkan Youra sibuk dengan isi pikirannya sendiri.
"Ya ampun, Ra. Lo makannya lama banget sih! Gue udah abis, lo malah masih utuh gitu," ucap Dila, setelah ia menyelesaikan makannya dan melihat ke arah Youra.
"Sorry, Dil. Lo kalo mau ke kelas duluan juga gak-papa," ucap Youra.
"Perlu gue suapin?" tanya seorang lelaki dari arah belakang kanan Youra.
Youra pun tersentak dan menengok ke arah belakang. Terlihat Lio tengah tersenyum ke arahnya dengan tatapannya yang menyejukkan mata Youra.
"Gak. Gak usah, Yo. Gue bisa makan sendiri," jawab Youra.
Lio segera duduk di samping Youra. "Kenapa gak mau?" tanya Lio.
"Lo kenapa bisa ada di sini?" tanya Youra mengalihkan pembicaraan.
"Kan emang nanti selesai istirahat kegiatan semua murid baru di kampus satu, Ra. Mau PBB," jelas Lio. "Lupa lagi?" tanya Lio.
Youra hanya tersenyum kikuk dengan pertanyaan Lio. "Lagi mikirin apa sih?" tanya Lio.
Ekhem!
"Lo lupa di sini masih ada gue?" tanya Dila dengan mendramatis.
Lagi. Youra lupa bahwa selain dirinya dan Lio, masih ada makhluk lain yang ada dihadapannya. Dila, ia terlupakan.
"Ini mie ayam nya, Yo!" Barra terlihat lagi setelah sekian lama Youra tak melihatnya.
"Barra? Lo sekolah di sini juga?" tanya Youra tak percaya.
"Iya lah. Nih, di ajak sama Lio," jawabnya dengan menunjuk ke arah Lio.
Barra meletakkan mie ayam miliknya dan Lio, kemudian mendudukkan bokongnya di atas kursi samping Dila.
"Nih curut satu siapa lagi, Ra?" tanya Dila.
"Ohh, ini Barra temen gue. Dan ini Lio yang tadi pagi sempet ketemu juga, dia te—" Belum sempat Youra melanjutkan ucapannya, Lio menerobos ucapan dari Youra. "Calon pacarnya," ucap Lio.
Dan ya! Dua kata itu berhasil membuat Youra diam kaku dibuatnya. "Yaelahh, Yo! Gak bakal di rebut juga kok. Santai aja," ujar Barra.
Youra memilih untuk diam saja dan kembali melanjutkan memakan bakso yang ada dihadapannya yang kian mendingin, karena lama ia diamkan.
Dila pun yang mengerti akan sikap dari Youra dan ucapan dari Lio, hanya manggut-manggut dan memilih untuk berjelajah di Instagram pribadinya yang menampilkan sejumlah artis-artis Indonesia.
Beberapa menit kemudian, Youra telah selesai menghabiskan baksonya dan segera bangun dari duduknya untuk membayar.
Saat ia menyodorkan uang dua puluh ribu ke Ibu kantin. Lio lebih dulu menyodorkan uang lima puluh ribu ditangannya. "Sekalian Bu, bayar yang empat mangkuk tadi," ucap Lio.
"Loh? Gak usah Lio! Gue masih ada kok uangnya," ujar Youra.
"Udah gak-papa," jawab Lio. "Udah yuk, bentar lagi mau PBB," ajak Lio.
Youra pun mau tak mau ikut mengekori Lio dari belakang dengan tangan kanannya yang menarik tangan Dila.
***Ratusan siswa Sekolah Menengah Kejuruan itu tengah berbaris rapi di lapangan yang cukup luas. Panas teriknya matahari menusuk pandangan netra Youra yang berwarna coklat terang itu.
Ketua OSIS dari sekolah tersebut tengah memimpin mereka semua untuk mengistirahatkan di tempat. Terlihat di samping kanan dan kirinya ada anggota inti OSIS, mulai dari Wakil Ketua OSIS, Sekretaris OSIS, hingga Bendahara OSIS.
Untuk para anggota OSIS lainnya berdiri di samping kanan para inti OSIS. Itu dia, Kak Gery. Wajah yang tak asing bagi Youra. Tatapan mereka berjumpa dalam waktu yang cukup lama, dan detik berikutnya Youra mengalihkan pandangannya kembali pada Ketua OSIS yang tengah berbicara di depan.
Sementara itu, Gery hanya tersenyum setelah Youra mengalihkan pandangannya. Ia teringat kembali pada beberapa hari yang lalu, saat para siswa baru memperkenalkan dirinya di Instagram menggunakan template twibbon yang sudah disiapkan oleh OSIS.
"Oh jadi dia yang namanya Youra Chrysanthemum," batin Gery.
Setelah sepuluh menit berlalu, setelah Zafran—Ketua OSIS itu menyelesaikan amanatnya pada para siswa baru. Ia kemudian membubarkan para siswa baru itu untuk istirahat dan mengambil air wudhu untuk shalat dhuhur berjamaah di masjid sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me!
Teen FictionAku Youra, Youra Chrysanthemum. Ini kisah ku dengan seseorang yang bernama Darelio. Aku diam-diam menyukainya, yang entah akan berapa lama rasa ini akan bertahan di dalam hubungan pertemanan ini. Aku tak tahu, ia merasakan hal yang sama atau tidak...