"Apa maksud semua ini?" Lio sudah berada di depan pintu, dengan tatapan kosong nya menatap ke arah mereka berempat.
"Lio?" Dengan serempak, mereka berempat menatap ke arah Lio. Baik Zafran, Gery, Pak Hasbi, maupun Youra sendiri, mereka tak ada yang tahu bagaimana Lio bisa sampai di sini.
"Lo kok ada di sini?" Youra yang memulai untuk bertanya terlebih dahulu, mewakili Zafran, Gery, dan Pak Hasbi yang ada di sana.
Lio beralih menatap ke arah Youra. "Lo juga ngapain di sini? Bukannya tadi lo bilang mau ke Gramedia? Atau lo lagi-"
"Jaga omongan lo, ya, anjing!" Gery langsung menggertak Lio, dengan mulutnya yang tak sopan itu.
Lio beralih menatap ke arah Gery. "Lo, atau gue, anjing nya?"
"Maksud lo apa bilang gitu, hah?!" Youra menahan paha Gery, yang di mana Gery hendak berdiri. Namun, malah Youra sendiri yang berdiri, dan menghampiri Lio.
Plak!
Tanpa basa-basi lagi, Youra menampar dengan kuat pipi kiri Lio. Kebas dan perih, dalam satu waktu itu Lio merasakan hal tersebut di pipi kirinya, dengan tatapannya yang tajam menyorotkan rasa kecewa di dalamnya.
Youra menunjuk lurus, tepat di depan wajah Lio. "Lo. Mulu lo itu kalo gak tau apa-apa mending diem! Dan mata lo itu, lo gunain buat apa sih, hah?! Buat lo pajang doang?!" Youra menunjuk ke arah kepala nya sendiri. "Otak lo pake! Gue jelas di sini cuma duduk aja. Gue gak ngapa-ngapain!"
Lio yang mendengar penjelasan, yang sekaligus menjadi teguran untuk nya pun menundukkan kepalanya, malu. "Lo tau, kenapa Deiji meninggal?" Mendengar nama Deiji pun, seketika Lio menatap ke arah manik mata Youra, yang dilihatnya sudah berair.
"Papa. Lo. Yang. Udah. Bunuh. Dia." Youra mengatakan hal tersebut dengan penuh penekanan, sekaligus jari telunjuk tangan nya yang menunjuk ke arah dada bidang Lio.
Lio yang mendengar itu pun hanya bisa diam, menatap dengan tatapan kosong nya. Ia benar-benar tak ingin mempercayai ucapan Youra, tapi di sisi lain juga dia merasa bahwa ucapan dari Youra ini ada benar nya juga. "Lo pikir, gue bakal percaya gitu aja?" Youra menggelengkan kepalanya, tak percaya akan pertanyaan yang keluar dari mulut Lio dengan mudahnya.
"Lo pikir aja sendiri, kenapa tiba-tiba Papa lo itu mau jodohin lo sama Zhya! Dan kenapa tiba-tiba Papa lo batalin perjodohan itu, cuma karena nyuruh lo buat ambil suntikan di rumahnya Zhya?!" Lio di buat bingung oleh pernyataan-pernyataan yang mendadak ini. Ia hanya bisa diam mendengarkan kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Youra.
Youra menunjukkan gelang yang ada di tangan kirinya. "Ini. Ini gelang gue dari Darren! Dia juga ikut meninggal, karena keserakahan Papa lo itu! Dan Deiji lo itu, dia juga di bunuh sama Papa lo!"
Lio menahan tangan kiri Youra, dan memegangnya dengan kuat. Lio menatap dengan tajam ke arah manik mata Youra, yang di mana dari tatapan tersebut, ia tak lagi melihat Youra yang dulu. Bukan tatapan yang terpancar keceriaan, bukan lagi tatapan mata yang indah. Tetapi, ia melihat tatapan kebencian dan permusuhan, yang terpancar dalam matanya. "Lo bukan Youra yang gue kenal. Lo bukan Youra." Kalimat itulah yang dikatakan oleh Lio. Kalimat sederhana, namun terasa sangat menusuk bagi Youra. Diucapkan dengan nada yang lembut, namun tersirat rasa kecewa di dalamnya. Itulah yang Youra takutkan pada Lio, ia takut jika Lio kecewa terhadap nya. Namun, mau bagaimana lagi? Itu semua sudah jalan takdir mereka.
"Lo gak tau apa-apa tentang gue, Yo." Seketika genggaman kuat tangan Lio, langsung melemas. Lio melepaskan genggaman tangannya itu, menatap tak percaya pada Youra. "Akhirnya gue tau kebusukan lo, Ra!" Luruh sudah pertahanan Youra, ia langsung melepaskan emosinya itu melalu air matanya.
Lio yang sebenarnya tak ingin menatap mata Youra yang sudah dipenuhi oleh air mata itu, ia hendak meninggalkan Youra di sana. Namun, pada saat baru dua langkah ia berbalik, tangannya segera di tahan oleh Youra. Lio hanya menaikkan satu alisnya, dengan tatapan matanya yang dapat menatap ke arah Youra.
"Lo salah paham, Yo. Youra bilang gitu bukan tanpa alasan dan bukti. Lo sendiri bisa liat bukti dan di sini ada saksi nya." Lio beralih menatap ke arah Zafran. "Lo berusaha buat bantu Youra?"
Plak!
Satu tamparan lagi mendarat di pipi kanan Lio. "Gue gak butuh bantuan Zafran, buat jelasin semuanya ke lo, brengsek!"
Lio yang di tempat oleh Youra pun hanya bisa diam, kaku di tempat. "Emangnya lo mau jelasin apa ke gue?" Lio mengatakan hal tersebut, yang seperti sedang mengejek Youra.Youra menarik tangan Lio untuk mengajaknya duduk di sofa. Youra memutar kembali video CCTV yang ada di laptop Zafran, dan memperlihatkan video tersebut pada Lio. "Ini Papa lo. Dan ini Dhaffa, Papa nya Zhya!" Youra menunjuk dua orang pria yang ada di dalam video tersebut pada Lio.
Youra mengeluarkan suntikan, dan menunjukkannya pada Lio. "Ini. Ini suntikan yang lo ambil di rumahnya Zhya, 'kan? Dan gue yang ambil di ruang kerja nya Papa lo kemarin, waktu lo mergokin gue. Di sini, ada sidik jari Papa lo, dan di dalam nya ada cairan yang di suntikkan ke selang infus Deiji."
Youra kembali menunjukkan video yang ada di ponselnya Darren. "Ini. Ini ponselnya Darren. Dan ini, lo bisa liat sendiri di dalam video ini gimana." Lio memperhatikan video itu dengan perasaannya yang tak karu-karuan.
Lagi dan lagi, Youra menunjukkan amplop coklat yang berisi tumpukan uang itu pada Lio. "Ini uang yang Papa lo dan Dhaffa kasih ke Pak Hasbi, buat tutup mulut atas kejadian di tahun 2018 lalu, yang menimpa Deiji sekaligus Darren. Lio benar-benar di buat bingung pada keadaan saat itu. Ia mencoba mencerna satu persatu yang dapat ia cerna.
Sedangkan Zafran, Gery, dan juga Pak Hasbi, yang melihat kedua orang di depannya ini bertengkar, hanya bisa diam saja tak ingin ikut campur.
Selang beberapa menit, Youra kembali bersuara. "Lo udah liat sendiri, 'kan, gimana?" Lio benar-benar mati kutu dibuatnya. Lio sudah kehilangan kata-katanya.
Entah apa dulu yang harus ia cerna. Apakah Papa nya yang seorang pembunuh di balik kejadian di tahun 2018 lalu, yang padahal Papa nya adalah seorang Dokter. Dokter yang seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang-orang, justru malah berbanding terbalik pada apa yang dilakukan oleh Papa nya.
Atau, Lio harus mencerna bagaimana Youra bisa berubah 180 derajat. Youra yang biasanya mengenakan baju-baju yang feminim, sekarang ia harus melihatnya dengan Youra yang mengenakan celana jeans yang dipadukan oleh jaket kulit hitamnya.
Ia benar-benar tak bisa berbuat apa-apa, selain dari diam dan diam saja. Ia berusaha keras untuk menolak, bahwa ini semua adalah nyata. Ia sangat berharap, agar ia segera bangun dari tidur dan mimpi buruknya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me!
Teen FictionAku Youra, Youra Chrysanthemum. Ini kisah ku dengan seseorang yang bernama Darelio. Aku diam-diam menyukainya, yang entah akan berapa lama rasa ini akan bertahan di dalam hubungan pertemanan ini. Aku tak tahu, ia merasakan hal yang sama atau tidak...