Mata pelajaran kedua adalah sejarah. Mata pelajaran yang paling di benci oleh para murid di SMK tersebut. Mungkin bukan di benci, lebih tepatnya malas. Karena guru dari mata pelajaran tersebut adalah guru yang sangat membosankan. Pak Tono, guru yang hanya mengajar dengan membacakan berlembar-lembar halaman buku paket sejarah tanpa adanya suruhan untuk mencatat bagi anak muridnya.
Di bangku paling belakang dan di pojok, adalah tempatnya para murid-murid nakal dan malas seperti Lio. Kali ini ia tengah tertidur pulas dengan di temani oleh dongengan sejarah Indonesia oleh Pak Tono. Benar-benar kesempatan emas bagi Lio yang semalaman ia sudah begadang dan pagi tadi di ganggu tidurnya oleh Mama dan juga Youra. Ia tidur dengan menjadikan tangan kanannya sebagai bantal dan menutupi wajahnya oleh buku paket sejarah.
Sementara di samping Lio tentunya ada Barra yang tengah asyik menonton pertandingan game ML (Mobile Legends) di YouTube, dengan telinganya yang ditutup oleh earphone, sehingga Pak Tono tak dapat menyadari atau mendengar suara dari pertandingan yang tengah di tonton oleh Barra kali ini.
***Jam istirahat telah tiba, semua murid kelas X-TJKT 2 (Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi) segera berhamburan keluar dari kelas untuk memenuhi keinginan perut-perut mereka yang sudah keroncongan sedari tadi.
"Gila tuh guru, dongeng terus setiap jam pelajarannya. Jadi ngantuk, 'kan gue!" celetuk Lio, setelah ia bangun dari tidurnya yang sudah pasti di bangunkan oleh Barra.
"Halah, lo nya aja yang ngantukan, kok salahin guru!" jawab Barra, yang hanya di balas dengan kekehan dari Lio.
"Yo," panggil Barra, dan Lio pun menjawabnya. "Kenapa?" tanya Lio.
"Gue heran aja tiap hari," ujar Barra yang menggantung.
Lio menatapnya penasaran. "Heran kenapa?"
"Ya heran aja gitu." Lagi dan lagi Barra menggantungkan ucapannya.
Lio yang kesal pun menoyor kepala Barra. "Apa? Lo mau ngomong apa? Lo gak lanjutin juga omongan lo, gue tendang lo sampe lapangan sana!"
"Selow dong selow! Kalem!" ucap Barra yang sudah geli akan apa yang akan ia sampaikan.
"Selow selow! Pala lo kayak balon! Apa? Cepet!"
Barra bangun dari duduknya dan terlihat mencurigakan bagi Lio. "Kok gue makin hari makin ganteng, ya?" ucap Barra dengan di akhiri dengan pertanyaan yang sungguh menggelikan.
Barra setelah mengucapkan hal tersebut langsung berlari ke arah pintu kelas, sedangkan Lio yang akan mengejar Barra pun sudah malas di buatnya dan hanya diam saja melihat tingkah konyol temannya itu. "Udah buruan lo mau istirahat, gak?!" tanya Barra dengan sedikit berteriak.
"Gak. Gue mau ke Youra dulu, kasian dia udah kangen berat sama gue," jawab Lio dengan pede-nya.
Sedangkan Barra hanya menggelengkan kepalanya saja. "Ya udah gue ke kantin ya." Dan Lio hanya mengacungkan jempolnya saja. Barra kemudian meninggalkan Lio sendirian di dalam kelas.
Tak lama setelah Barra pergi, Lio pun ikut pergi dan sudah jelas ia akan menemui Youra di kampus satu. Sebelumnya Lio ke koperasi siswa terlebih dahulu untuk membeli es krim coklat yang ia janjikan pada Youra.
***"Nih," ucap Lio menyerahkan sekantung plastik berisi es krim coklat pada Youra.
Youra yang sedari tadi sedang diam dan membaca novelnya pun mengalihkan perhatiannya pada Lio. Terlihat nafas Lio yang tak beraturan seperti seseorang yang sudah berlari puluhan kilometer.
Youra mengernyitkan dahinya. "Habis ngapain lo?" tanya Youra, menerima es krim tersebut dari Lio.
Lio tak menjawab pertanyaan Youra dan malah tiduran di lantai kelas dengan ia yang mencoba mengatur nafasnya. "Tadi, hah... Tadi gue hah..." Lio mengucapkan hal tersebut dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Udah-udah, jangan ngomong dulu," ucap Youra, kemudian membuka plastik es krim tersebut dan memakannya.
Setelah dirasa nafasnya sudah kembali normal, Lio berdiri dan duduk di kursi Dila yang ada di sebelah kursi Youra. "Orangnya gak ada, 'kan?" tanya Lio setelah ia mendudukkan bokongnya di atas kursi tersebut.
Youra pun hanya menggeleng. "Tadi gue abis cari-cari nih es krim ke Alfam*rt soalnya di kopsis habis," jelas Lio.
"Terus lo lari-lari ke sini, gitu?" tanya Youra. Dan Lio mengangguk. "Iya, ya kan gue udah janji sama lo." Lio menampilkan deretan giginya itu. Sedangkan Youra hanya menghembuskan nafas kasarnya.
"Lain kali kalo emang gak ada gapapa gak usah dipaksain buat ada," ujar Youra memperingati.
"Udah gak usah ngomel, makan aja situ es krim nya," ucap Lio.
"Lo gak istirahat?" tanya Youra. Lio menggeleng. "Pas mapel-nya Pak Tono gue tidur, jadi itu juga disebut istirahat, 'kan?" Lio berkata demikian, dan Youra hanya bisa menepuk jidatnya saja.
***Lio memberhentikan motornya, dan mematikan mesin motornya saat ia telah tiba di rumah. Terlihat dua buah mobil hitam dan putih terparkir di halaman depan rumahnya. Ia melepas helm full face nya kemudian pergi melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Saat Lio masuk ke dalam rumahnya, terlihat di ruang tamu sudah ada Papanya yang duduk di sofa dan di temani oleh seorang pria yang sepertinya seumuran dengan Papanya, juga satu lagi seorang gadis yang mengenakan dress berwarna merah muda dengan rambut coklatnya yang bergelombang.
"Lio, sini Nak," panggil Papa Bagas.
Lio lantas menurut saja dan duduk di samping Papanya. "Ini namanya Om Dhaffa," ucap Papanya dengan menunjuk ke arah seorang pria yang seumuran dengannya itu.
"Dia teman kerja Papa di Rumah Sakit. Dan ini anaknya Om Dhaffa, namanya Zhya." Papa memperkenalkan gadis itu pada Lio.
Dan Zhya tersenyum pada Lio, sedangkan Lio hanya mengangguk saja saat setelah Papanya itu memperkenalkan kedua orang yang tadi sempat Lio tanya-tanyakan siapa.
Mama muncul dari arah dapur dengan membawa nampan putih yang berisi tiga gelas teh hangat dan sepiring cemilan manis, kemudian ia letakkan di atas meja tamu.
Setelahnya Mama duduk di samping Lio. "Silahkan di minum teh hangat nya Pak, dan—" Mama menggantungkan ucapannya.
"Zhya," ucap Zhya memperkenalkan dirinya.
"Oh iya, Zhya silahkan di minum, cantik," ucap Mama. Sedangkan Zhya hanya mengangguk dan tersenyum pada Mama. "Iya, Ma," ucapnya.
"Oh iya, jadi yang mau Papa bicarakan sama kamu itu, Papa sama Om Dhaffa berencana akan menjodohkan kamu sama Zhya," ucap Papa.
Lio yang mendengar hal tersebut pun refleks menatap ke arah Papanya. Ia tak menyangka jika Papanya akan mengatakan dan melakukan hal tersebut pada dirinya. "Maksud Papa?" tanya Lio yang masih berusaha untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Papanya.
"Karena kamu sudah kelas sepuluh, dan nanti setelah lulus SMK Papa berniat untuk menjodohkan kamu dan Zhya, dan selama di waktu tiga tahun ke depan hingga lulus itu kamu bisa meluangkan sedikit waktu kamu buat Zhya." Papa menjelaskan tujuan dan rencananya pada Lio.
"Tapi Pa, Lio mau fokus untuk sekolah dulu, Lio masih harus belajar." Lio beralasan demikian, agar ia bisa sedikit menjauh dari Zhya.
"Iya Papa mengerti, untuk belajar dan sekolah masih bisa kamu laksanakan, dan kamu hanya menyisihkan sedikit waktu kamu buat Zhya saja." Papa kembali berucap.
"Ya sudah tidak apa-apa, mungkin Lio hanya butuh waktu untuk mencerna pernyataan yang mendadak ini," ucap Dhaffa.
Mama yang melihat raut wajah anaknya pun ikut berbicara. "Lio, kamu ganti baju dulu sana, bersih-bersih," ujar Mama. Dan Lio pun mengangguk, kemudian pergi ke kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me!
Ficção AdolescenteAku Youra, Youra Chrysanthemum. Ini kisah ku dengan seseorang yang bernama Darelio. Aku diam-diam menyukainya, yang entah akan berapa lama rasa ini akan bertahan di dalam hubungan pertemanan ini. Aku tak tahu, ia merasakan hal yang sama atau tidak...