Youra menemukan suntikan itu di dalam laci meja, di ruang kerja Bagas. Ia segera mengambil barang tersebut, sebelum ada Lio ataupun Ibu yang memergokinya. "Lagi apa lo di sini?" Tubuh Youra seketika menegang, saat ada suara seseorang di belakangnya.
Youra segera memasukkan barang tersebut ke dalam saku roknya. Kemudian ia membalikkan tubuhnya, melihat siapa yang menghampirinya itu. "Eh, Lio. Gue penasaran aja sama ruangan ini." Youra menjawab dengan alasan yang sebelumnya ia pikirkan.
Lio mengangguk. "Oh, ya udah kalo gitu, yuk keluar. Takut Papa tiba-tiba dateng." Lio mengajak Youra untuk segera keluar dari ruangan tersebut.
Youra dibuat keringat dingin oleh Lio. Ia mencoba menetralkan kembali nafasnya. Ia mengikuti langkah kaki Lio yang ada di depannya. "Tadi itu ruang kerja Papa. Dia gak suka kalo ada orang lain masuk ke ruang kerjanya. Jangan kan lo, gue sama Mama mau masuk aja kadang gak di bolehin."
Lio duduk di kursi yang ada di perpustakaan itu, yang diikuti oleh Youra. "Emangnya kenapa Papa gak suka ada orang lain masuk ke ruangannya?" Youra menatap ke arah Lio, menunggu jawaban yang keluar dari mulut Lio.
Lio menggeleng. "Gue juga gak tau kenapa. Tapi yang pasti, dia emang gak suka." Youra hanya manggut-manggut saja mendengar penjelasan dari Lio.
Youra mengambil ponsel nya yang ada di saku baju seragam putih abunya itu. Ia menempelkan ponselnya pada telinga nya. "Halo?"
Youra menatap ke arah Lio. "Iya, gue ke sana sekarang." Setelahnya, Youra kembali memasukkan ponsel nya pada saku bajunya. "Yo, sorry banget, gue harus pergi sekarang juga." Youra bangun dari duduknya.
"Mau ke mana, Ra?" Lio ikut bangun dari duduknya. "Gue di telepon sama Daiva, dia minta gue buat temuin dia."
"Ya udah, gue anter lo." Youra menahan tangan Lio. "Udah gak usah, gue bisa pergi sendiri. Lo tolong bilang ke Mama aja, ya. Maaf." Lio pun mengangguk, dan mengizinkan Youra untuk pergi.
Setelah Lio mengangguk, Youra segera pergi dari perpustakaan tersebut, yang kemudian ia pergi menuju lokasi Daiva sekarang.
***"Untung aja lo telpon di saat yang tepat." Youra mendudukkan bokongnya di atas sofa.
Gery tersenyum geli, dengan rencana dari sahabat perempuannya itu. "Bisa aja, ya, lo." Gery ikut duduk di samping Youra.
"Ya, 'kan gue udah bilang sama kalian. Oke skip, deh. Nih, suntikan yang lo maksud, bukan, Kak?" Youra mengeluarkan suntikan tersebut, dari dalam saku roknya.
Zafran mengambil suntikan tersebut, kemudian ia mengangguk saat melihat dengan teliti pada barang yang ada di tangannya itu. "Kayaknya iya. Tapi nanti gue mau kasih suntikan ini sama bukti CCTV kemarin ke polisi. Biar nanti polisi yang liat sidik jari di suntikan ini, dan liat apa di sini masih ada sisa dari cairan yang disuntikkan di selang infus Deiji dulu." Gery dan Youra pun hanya mengangguk setuju.
"Gue ada pertanyaan buat kalian." Youra memposisikan tubuhnya dengan nyaman, menatap ke arah Gery dan juga Zafran.
Gery menaikkan satu alisnya. "Tanya apa?"
"Kak Gery bisa ketemu sama Kak Zafran dan Darren gimana?" Gery yang mendengar pertanyaan dari Youra itu pun tertawa. "Loh, kenapa ketawa?"
Gery menggeleng. "Gak. Gak-papa. Cuma aneh aja, lo sama Darren udah lama kenal tapi belum juga tau asal-usul gue sama dia ketemu." Youra hanya berdecak dengan kesal ke arah Gery.
Zafran menghembuskan nafas kasarnya. "Jadi gini. Dulu itu gue sama Kak Darren tinggal di panti asuhan. Awalnya Om Bima mau terima Kak Darren aja, tapi Kak Darren pengen gue bareng dia. Akhirnya gue juga di ajak ke rumah nya Om Bima. Dan, waktu itu karena Om Bima sama Tante Rika bolak-balik Bandung-Cirebon, akhirnya gue sama Kak Darren di kasih rumah ini sama mereka." Zafran menjelaskan bagaimana ia dan Darren diterima dengan baik oleh keluarga Bima.
Youra manggut-manggut mendengar cerita dari Zafran. "Alasan kenapa rumah ini di bangun lumayan jauh dari jalan raya, itu karena emang Kak Darren gak suka sama kebisingan." Zafran melanjutkan ceritanya itu pada Youra dan juga Gery.
"Terus sekarang ada rumah ini, rumah Om Bima di sini ada yang tempat-in, gak?" Youra bertanya pada Gery yang ada di samping nya itu. "Masih, kok. Sama pembantu dan tukang kebun gue. Gue sama Zafran juga kadang tidur nya di rumah ini dan kadang di rumah Papa." Gery menjelaskan pada Youra.
"Dan lo tau, gak, Ra?" Zafran menatap ke arah Youra. "Apa?" Zafran menunjuk ke arah Gery. "Dia walaupun agak tengil gitu, dan kadang gak bener otaknya. Dia loh, yang selama ini ngurus kerjaan kantor Om Bima dari dia SMP."
"Gak, kok. Papa masih tetap mantau gue di Bandung. Dia cuma percaya-in perusahaan kecil di sini, dan nanti kalo gue udah lulus gue di lepas sama dia buat urus perusahaan sendiri." Gery menjelaskan hal yang sebenarnya pada Zafran dan juga Youra yang ada di sana.
"Oh iya, gue penasaran sama bio lo itu nama siapa?" Zafran mencoba mencari topik baru untuk mereka bahas.
Youra tersenyum mendengar pertanyaan dari Zafran. "Maksud lo itu, Min Yoongi?" Zafran mengangguk.
"Dia itu idola gue. Dia itu salah satu member BTS." Zafran merogoh sesuatu di dalam saku celananya. "Ini gelas lo yang sempat gue sita di gerbang." Zafran mengembalikan gelang itu pada pemiliknya.
"Nah ini. Makasih, ya, Zaf." Youra mengambil gelang tersebut, kemudian memakainya.
Gery menggenggam tangan Youra. "Ini apa?" Gery terus melihat ke arah tangan Youra.
Youra menatap ke arah Zafran, ia berusaha meminta pertolongan dari Zafran. Gery pun ikut menatap ke arah Zafran. "Jelasin ke gue. Lo kenapa?"
Zafran menghembuskan nafas kasarnya. "Jadi, dulu waktu Kak Darren meninggal, dia coba buat sakitin dirinya sendiri." Zafran mewakili Youra untuk bercerita.
Gery melepaskan genggaman tangannya itu, kemudian menatap ke arah Youra. "Bener?" Youra mengangguk. "Kenapa?" Youra menundukkan kepalanya.
"Di-" Gery segera memotong ucapan dari Zafran. "Bukan, lo. Tapi Youra." Youra terus menatap ke arah lantai, menundukkan kepalanya tak berani menatap ke arah manik mata Gery.
"Gue sakit, waktu tau Darren meninggal gitu aja tanpa sebab yang jelas, Kak!" Youra mengeluarkan emosinya, dan membentak ke arah Gery dengan matanya yang sudah memerah.
Terlihat genangan air mata sudah berkumpul, menutupi arah pandang Youra saat itu. "Waktu itu gue hancur! Gue gak bisa berpikir dengan jernih, Kak! Gue juga sempat buat coba untuk bunuh diri!" Gery menatap dengan dalam ke arah Youra. "Kenapa?" Gery bertanya dengan lembut pada Youra.
Youra kembali menundukkan kepalanya. "Gue saat itu ngerasa gak ada lagi orang yang mau meraih tangan gue, Kak. G-gue coba buat sakiti diri gue sendiri, berharap gue kembali dapat kenyamanan. Rasa sakit luka yang gue rasain saat itu gak sebanding sama rasa sakit yang ada di hati gue. Gue juga sebenernya benci sama diri gue sendiri, Kak. T-tapi gak tau kenapa gue malah temuin BTS, yang dengan lagu-lagu mereka gue bisa hidup lagi dan bisa bertahan sampe sekarang. Gue juga gak tau sama perasaan gue yang sebenarnya ini kenapa, entah gue seneng karena gue udah keluar dari rasa sakit itu, atau gue malah ngerasa benci karena gue gak mati aja waktu itu!" Youra menatap dengan nanar pada pantulan kaca, pada meja yang ada di depannya.
Zafran dan juga Gery yang melihat bagaiman kondisi Youra sekarang, dan mendengar cerita darinya yang dulu. Akhirnya mereka sadar, akan rasa sakit yang juga Youra rasakan pada saat itu, bukan hanya mereka berdua saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/356425222-288-k130873.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Me!
Novela JuvenilAku Youra, Youra Chrysanthemum. Ini kisah ku dengan seseorang yang bernama Darelio. Aku diam-diam menyukainya, yang entah akan berapa lama rasa ini akan bertahan di dalam hubungan pertemanan ini. Aku tak tahu, ia merasakan hal yang sama atau tidak...