Tanda Tanya

11 5 0
                                    

Suara alarm clock terus saja berbunyi mengisi keheningan pada kamar gelap bernuansa galaksi. Sinar matahari sudah siap bertugas sesuai dengan tanggung jawabnya untuk menyinari bumi dengan cahayanya. Hembusan angin pagi yang dingin itu masuk menyeruak melalui jendela pada kamar tersebut, yang membuat sang pemilik kamar itu menarik selimut untuk menghangatkan kembali tubuhnya.

"Ya Allah, Lio! Sekarang udah jam enam pagi, kamu masih belum juga bangun? Kamu gak mau berangkat sekolah?" Mama masuk ke dalam kamar Lio dengan tangannya yang membawa nampan putih berisi susu dan juga sandwich untuk sarapan Lio pagi ini.

Lio hanya mengeluarkan suara erangan saja, dan kembali masuk ke dalam mimpi sebelumnya dengan matanya yang tertutup rapat. Dipeluknya bantal guling dengan erat dan nyaman oleh cowok tinggi itu.

Mama membuka gorden putih yang ada di kamar Lio, agar anaknya itu segera bangun dan menyadari bahwa hari sudah kembali pagi. "Bangun Lio, di luar sudah ada Youra lagi nungguin kamu," ucap Mama menggerak-gerakkan tangan Lio.

"Youra gak mungkin ke sini pagi-pagi. Hari ini hari kamis, dia ada giliran piket di kelas." Lio benar-benar malas hanya untuk sekedar membuka matanya. Sungguh hari ini matanya sangat lengket sekali, karena semalaman ia asyik bermain game.

"Kalo kamu tetep gak bangun-bangun juga, Mama telepon Youra nih," ancam Mama, yang merogoh sakunya untuk mengambil ponsel.

Sedangkan Lio tetap tak menggubris ancaman dari Mamanya itu. "Halo assalamualaikum, Sayang. Lio masih belum bangun ini, coba kamu yang bangunin dia," ucap Mama dengan menempelkan ponsel tersebut pada telinganya.

Setelah mendengar jawaban dari seberang telepon sana, Mama me-loudspeaker sambungan telepon tersebut, kemudian menempelkan ponsel tersebut pada telinga Lio. "LIOO!!" terdengar suara teriakan Youra yang sangat keras langsung masuk ke dalam telinga Lio tanpa permisi terlebih dahulu. Lio refleks membuka matanya dengan lebar setelah mendengar teriakan Youra.

Lio seketika langsung bangun dari tidurnya, dan duduk tegap di atas kasur itu. "Astaghfirullah, Ra. Kalo mau teriak tuh bilang-bilang dulu napa?" Mau sejahil apapun Youra, kejahilannya tersebut tetap di balas dengan kesabaran Lio, ya walaupun Lio juga sering sekali jahil, tapi tetap saja jika itu menyangkut nama Youra sudah jelas Lio akan berusaha tetap sabar.

Mama hanya bisa tersenyum geli melihat anaknya dan temannya itu berinteraksi. Mama kembali mengambil ponselnya. "Sekarang Lio nya udah bangun. Makasi ya, Sayang," ucap Mama pada Youra. Kemudian Mama mematikan sambungan telepon itu.

"Bangun sana mandi terus sekolah!" suruh Mama kemudian ia melangkahkan kakinya untuk kembali ke dapur. "Eh! Jangan coba-coba buat tidur lagi!" ancam Mama yang baru saja akan menutup pintu kamar, Lio hendak menarik kembali selimut yang ia pakai.

Lio terpaksa bangun dari posisi nyaman sebelumnya. Ia tergerak untuk mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia mengenakan kemeja putih sekolahnya dan celana abu. Tak lupa ia memakai arloji hitam di tangan kirinya sambil bercermin menatap tubuhnya yang tinggi. Ia menyisir rambut hitam miliknya, dan menyemprotkan parfum yang wangi maskulin nan segar. Lio memakai sneakers putih miliknya, mengambil tas ransel hitam dan segera keluar dari kamar yang nyaman miliknya.

Lio juga tak melupakan adanya susu dan sandwich yang dibuat oleh Mamanya. Ia duduk terlebih dahulu di tepi ranjang, kemudian mengambil sandwich tersebut dan memakannya dengan lahap. Tangannya terulur untuk mengambil segelas susu hangat itu dan meminumnya hingga tandas.

Lio segera turun dan menghampiri Mama yang sedang berkutat dengan alat masaknya di dapur. Lio mengecup punggung tangan Mamanya, untuk berpamitan pergi ke sekolah. "Ma, Lio berangkat sekolah," ucapnya.

It's Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang